Berita tentang Almo

1.9K 131 2
                                    

Diven menatap wanita di depannya dengan sorot iba. Wanita itu terlihat lebih kurus dan penampilannya tidak serapi dulu. Ia nampak menderita dengan rambut acak-acakan.

"Sabar. Aku yakin kita akan menemukannya. Aku dan polisi akan berusaha." ucap Diven menenangkan Cessy, istri Almo.

"Bagaimana aku bisa bersabar. Ini sudah hampir dua bulan dan suamiku belum ditemukan." Cessy kembali menangis sesenggukan.

"Kau tidak mendengar apa yang dikatakan polisi. Kemungkinan ia diculik atau yang lebih parah dibunuh." ucap Cessy lagi disela tangisnya.

"Tapi, itu masih kemungkinan. Mayatnya tidak ditemukan. Dan aku kurang percaya pria dewasa seperti Almo diculik. Aku rasa ia baik-baik saja." Diven mencoba memberi harapan pada Cassy.  Walau sebenarnya ia kurang yakin juga. Saat ini yang Diven inginkan adalah Cessy bisa tenang.

"Tapi, mobilnya ditemukan di dasar jurang, Dive. Di dasar jurang." ucap Cessy frustasi. "Aku benar-benar tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi padanya."

Diven diam. Bingung ingin berkata apa lagi. Tiba-tiba, suara tangis bayi terdengar.

Diven menoleh ke sumber suara itu. "Byan menangis, Cess. Pergilah, sepertinya ia lapar."

Cessy menghapus air matanya. Ia berdiri dan hendak menghampiri putra bungsunya yang masih bayi.

"Ingat, Cess. Selalu jaga kesehatanmu. Tetaplah berdoa untuk Almo. Dan jangan terlalu bersedih. Saat ini, hanya kamu harapan anak-anakmu." ucap Diven sebelum Cessy pergi.

Cessy mengangguk tanpa menatap Diven. Kemudian, ia pergi ke kamar memeriksa putranya.

*****

"Sudah lama menunggu?" tanya Diven pada Sarala yang tengah duduk di salah satu kursi cafe.

"Tidak terlalu. Tapi, kau sedikit terlambat."

Diven duduk di hadapan Sarala. "Iya, tadi aku masih harus pergi ke rumah saudaraku. Cessy, ia istri sepupuku. Ia sedang terguncang hebat." Diven mencoba menjelaskan.

"Maksudmu? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi?"

"Iya, bahkan sangat buruk. Suaminya yang tidak lain adalah sepupuku. Menghilang. Sudah hampir dua bulan. Tadi, polisi baru memberi kabar. Bahwa mereka menemukan mobil Almo di dasar jurang." Diven mengusap pangkal hidungnya. Kepalanya sedikit pening.

Sarala tertegun mendengar nama itu. "Si...siapa namanya?" tanya Sarala memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Almo. Dia sepupu yang paling dekat denganku." ucap Diven lirih.

Sarala hanya bisa menelan ludah.

"Aku kasihan pada Cassy. Anak-anak mereka masih sangat kecil. Aku tidak bisa membayangkan jika sesuatu yang buruk itu benar-benar terjadi pada Almo. Bagaimanapun anak-anaknya masih sangat membutuhkan sosok Ayah."

Sarala hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan kegugupannya.

"Aku hanya berharap semoga dia baik-baik saja." ucap Diven.

Sarala menggangguk kecil. "Semoga."

Kemudian, mereka membicarakan hal lain. Seputar pernikahan mereka. Selama itu pikiran Sarala tidak terlalu fokus. Ia kembali mengingat kejadian itu.

Sarala menatap bandul kalung yang tergantung di lehernya. Sayangnya harapanmu itu tidak akan terjadi Diven.

*****

Akhirnya bisa up lagi.

Bagaimana pendapat kalian mengenai chapter ini?

Sarala Fioriele [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang