Part 2 CSD: Hati sang moderator dan nara sumber

21.8K 1.2K 8
                                    


Acara seminar dosen tentang enterprenuership dilaksanakan. Aku datang sedikit terlambat karena mengantar adikku Adiba kuliah dulu. Peserta seminar cukup banyak juga kenapa aku jadi nervous ya...sebelumnya aku tak pernah segugup ini.
Tak lama aku dipersilahkan MC untuk mengambil tempat duduk di meja moderator, kulihat juga dua nara sumber mengambil tempat duduknya. Deg. Tiba-tiba pandanganku berhenti ke salah satu nara sumber.

“Ya Allah, itukan cowok yang di perpustakaan beberapa hari yang lalu” batinku kaget. “A...aku akan menjadi moderatornya”. Ku lihat nama nara sumber pertama di kertas yang diberikan panitia tadi ‘dr.Zein Ahmad Farez’. “Di..dia ternyata seorang dokter. Kenapa aku yang jadi moderatornya” batinku. Aku gugup sekali.

Bismillah. Aku mulai membuka sesi nara sumber bersamanya dengan judul “Kiat menjadi Enterprenuer muda dan sukses” dan mempersilahkan dia untuk menyampaikan materinya. Aku ikut menyimak penjelasannya biar nyambung kalau nanti ada peserta yang bertanya.
Mataku sempat beradu pandang dengannya. Ku lihat dia sempat menyunggingkan senyum kecil ke arahku. Deg. Jantung berdetak kencang. Ya Allah kenapa dengan hatiku ini. Aku menunduk menepis setiap tatapannya ke arahku. Mungkin dia mengingatku kalau aku pernah teriak dengannya di perpustakaan dan kekesalanku di parkiran. Oh ya ampun kalau ingat sikapku dengannya waktu itu, rasanya malu sekali.

“Baiklah, untuk para peserta saya bagi tiga sesi pertanyaan kepada dr. Zein. Pada sesi pertama saya persilahkan untuk dua orang penanya dulu?” aku tersadar dari lamunanku setelah dia selesai menyampaikan materinya dan melanjutkan tugasku sebagai moderator.

Aku harus kosentrasi dan fokus, kalau sampai terlena dan terpesona dengan ketampanannya, tugasku sebagi moderator akan kacau. Ya dia memang berwajah tampan aku saja yang baru menyadarinya hari ini. Mataku selalu beradu pandang dengannya. Dan tatapan tajamnya itu membuatku jadi salah  tingkah, semoga tidak ada yang memperhatikan ekspresiku ini. Arghhhh.

Zein POV

Aku cukup terkejut, ternyata si cantik yang galak itu seorang dosen juga. Itu ku tahu setelah MC memperkenalkannya sebagai moderatorku. Aku kira mahasiswi, soalnya penampilan dan facenya kayak mahasiswi banget. Arumi Syakira Putri, dosen akuntansi di fakultas keguruan dan fakultas ekonomi. Aku tidak bisa lepas dari memandangannya, beberapa kali mata kami beradu pandang, dan sesekali dia menepis tatapanku. Beberapa kali aku menatapnya ku lihat dia sempat salah tingkah, melihat ekspresinya seperti itu membuatku tersenyum kepada peserta padahal sebenarnya aku tersenyum karena sikap salah tingkah si cantik galak itu.
Suaranya bagus, dan ku lihat dia begitu mahir mengarahkan peserta yang bertanya di luar topik bahasan. Smart sekali. Ku lihat juga peserta laki-laki banyak yang melihat ke arahnya bukannya fokus pada nara sumber. Wajar saja menurutku banyak mata yang memandangnya karena dia memang begitu cantik. Tapi kenapa aku tidak rela mata laki-laki lain menatapnya.
Selesai seminar, aku duduk di meja peserta. Sebagian sudah beranjak pergi termasuk si cantik galak itu udah ga kelihatan lagi bayangannya. Aku bertemu dengan teman lamaku, dia dosen di fakultas ekonomi jadi bersay hello sebentar. Mungkin bisa dapat sedikit info tentang si cantik galak. Entahlah meskipun aku tahu namanya tapi lebih suka menyebutnya seperti itu. Hehehe.

“Zein, ane perhatiin nih ye ente dari sini tadi ga lepas menatap bu dosen Arumi. Hati-hati lho” Furqon emang berdarah arab makanya bahasanya ane ente gitu. Teman semasa SMA ku dulu.

“kenapa, emang dia udah ada yang punya apa?” tanyaku terkekeh.

“Ente ga tau berita, dosen jomblo di kampus ini udah banyak yang patah hati Zein. Bu Arumi itu seperti bunga mawar, cantik di pandang tapi tidak bisa di petik karena berduri” jawab Furqon tertawa.

Aku mengeryitkan keningku. Ternyata  dia masih gadis, dan banyak juga yang udah mendekatinya. Pikirku. Kenapa aku baru melihatnya di kampus ini yaa,, hei Zein kamu kan baru selesai ambil S2 Manajemen. Emang sih ga ada hubungannya dengan kesehatan tapi bisnisku erat kaitannya.

“Ente tau darimana?” tanyaku kurang yakin.

“Ya Allah bro, temen-temen kita nih banyak juga yang minta comblangin ane karena Arumi ngajar di kampus ane juga. Tapi ane ga berani, kalau ngomong ama laki-laki masya allah tu dosen ketus banget. Keder duluan ane.”

“iya sih ketus emang orangnya, tapi mungkin itu salah satu protection dia supaya ga digangguin “ lamunku.

“Hei bro..kalau ente mau? coba aja, siapa tau ente  berhasil menaklukkan si mawar berduri. Ente punya banyak modal, tampang oke...pekerjaan juga oke siapa tau berjodoh” Furqon terkekeh.

“udah bro, ane pamit dulu ya” aku menjabat tangan Furqon.

“Mau kemana, Arumi udah pulang bro” ledek Furqon. Sialan tuh anak godain aku terus.

***

Tbc

Cinta Sang Dosen √ (Complete)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang