Part 4 CSD: Malam ta'aruf

20.3K 1.2K 21
                                    


Malam ini keluarga om Edo akan datang ke rumah kami. Acara taarufku dengan anak lelakinya. Aku saja bahkan belum tau namanya. Eh namanya juga taaruf ya nanti deh tanya-tanya. Aku tersenyum geli menatap cermin memasang jilbabku.

"Bismillah saja, semoga ini yang terbaik" Doaku.

"Mba Kira, tamunya udah datang.  Buruan keluar “ teriak Adiba. Huh tuh anak mulutnya apa ga bisa dikecilin volumenya. Omelku.

“Silahkan masuk, Mba Elin“suara mama menyambut tamu terdengar olehku.

Aku keluar kamar menuju dapur, menunggu disana. Ngapain aku buru-buru ke ruang tamu. Aku deg-degan seperti apa ya rupa calon suamiku itu. Ah inikan baru taaruf kalau di hati ga sreg kan bisa dicancel. Pikirku.

“Dek, mba Kira mana kok belum keluar juga” umi menyikut Adiba.

“ga tau Mi, tadi udah adek panggil. Huh” dengus Adiba kesal.

“Kira!” teriak abi memanggilku.

“Iya Bi” sahutku dari dapur.

“Mana minuman buat tamunya” lanjut abi.

“Iya sebentar” Aku menggambil minuman yang udah disiapin umi di meja makan.

Ku bawa nampan air teh hangat buatan umi berjalan menuju ruang tamu. Ku lihat teman abi, om Edo dan istrinya. Kok ga ada anaknya. Bisikku.

“Silahkan om, tante, diminum” sapaku mempersilahkan mereka untuk minum. Aku tersenyum lalu duduk di samping umi.

“Ini yaa si imut Kira yang masih kecil dulu, sekarang  udah besar cantik banget ya Zha, gadismu” puji istri Om Edo melihatku.

“Alhamdulillah mba” umi tersipu melihatku.

Kemudian pandangan kami tertuju ke arah pintu masuk, berjalan seorang laki-laki masuk mendekati Om Edo.

“Maaf om Zaidan tadi ada telpon dari rumah sakit” suara yang ga asing ditelingaku.

Deg. Jantungku berdetak kencang ketika melihat wajahnya. Di..dia...si nara sumber!!! teriak hatiku kaget. Dia pun kaget ketika melihatku. Aku hanya menunduk menggenggam kedua tanganku. Keringat dingin mengalir dibalik gamisku padahal ruangan sudah dingin.

“Bagaimana bisa ?” tanya hatiku bingung.

“Oya, Kira. Ini Zein anak Om. Nama lengkapnya Zein Ahmad Farez” Om Edo mengenalkan.

"Udah tau” bisikku dalam hati. “untuk info lebih lengkapnya nanti tanya sendiri dengan Zein” goda Om Edo melihatku. Aku hanya tersenyum tanpa melihat ke arah anaknya.

“Nak Zein, kenalkan juga ini putri pertama om, Arumi Syakira Putri. Usianya hampir masuk 28 tahun. Putri saya ini bukan tipe yang ramah, mungkin itu sebabnya tidak ada laki-laki yang berani datang ke rumah” toleh abi tertawa melihatku.

“ihh abi apa sih, kok menjatuhkan anak sendiri sih” omelku.

Om Edo dan istrinya tertawa kecil. Ku lihat sekilas dia hanya tersenyum.

“hari ini kalian berkenalan dulu, setelah ini mau lanjut atau tidak kami serahkan dengan keputusan kalian berdua” lanjut abiku.

“Ayo Do, kita ke belakang istriku udah menyiapkan makan malam. Adiba temenin Mba ya”

“Siap Abi” sahut Adiba semangat.

Kedua orang tuaku dan orang tuanya meninggalkan kami berdua eh bertiga ada Adiba soalnya di ruang tamu. Haduh jantungku masih berdetak belum normal.

“Ehem...kita kenalan dulu kalau gitu” dia membuka suara memulai percakapan.

“Ga perlu, kan udah tau waktu di seminar” tolakku.

Cinta Sang Dosen √ (Complete)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang