Author POVKeluarga Zein sudah bersiap-siap meluncur ke kediaman Arumi. Sementara disana sibuk menanti kedatangan keluarga Zein. Adiba merasa heran kenapa Abi dan uminya sibuk sekali. Karena sejak mendengar kalau kakaknya menolak lamaran Zein dia mengunci diri di kamar.
“Diba, kamu udah siap-siap sayang?” tanya uminya.
“Siap-siap untuk apa umi?” Adiba membuka pintu kamarnya.
“Lho mba Kira mau lamaran malam ini” serta merta Adiba melongo dan bengong.
“La..lamaran? Sama siapa?”
“Kamu ini gimana, ya sama Zein lah, emang mba mu ada calon lain apa” umi mencubit pipi anak bungsunya itu.
“Hah...yang bener umi, ja..jadi ka Zein bakal nikah sama mb Kira?” tanya Adiba lagi kurang percaya.
“Iya sayang, makanya kalau mb lagi ngomong itu dengerin dulu sampai selesai. Itu sebabnya nguping pembicaraan orang itu ga baik” nasihat uminya sambil mencubit hidung mancung Adiba.
Adiba merasa bahagia sekali mendengar kabar kalau mba nya akan dilamar malam ini.
******
Suara klakson mobil datang terdengar di luar. Umi segera ke ruang tamu membukakan pintu. Dan mempersilahkan keluarga Edo masuk.
“Baiklah kita langsung saja Dan” buka Edo.
“Assalamualaikum. Maksud kedatangan kami sekeluarga untuk menindaklanjuti proses ta’aruf kemaren setelah tahu keputusan dari Kira. Jadi malam ini keluarga kami, khususnya Zein ingin melamar Arumi Syakira Putri” kemudian Om Edo melirik Zein untuk menyampaikan maksudnya.
“Arumi Syakira Putri. Saya Zein Ahmad Farez ingin mengkhitbahmu menjadi pendamping hidupku dunia akhirat. Apakah kamu mau?”
Aku hanya menunduk mendengarkan kalimat Zein dengan jelas bahwa Zein menginginkanku menjadi istrinya.
“Kira, ayo jawab” umi menyentuh tanganku.
“Eh..iya mi. Insya allah Kira mau” jawabku pelan.
“Alhamdulillah” jawab yang lainnya serempak setelah mendengar jawabanku.
Setelah itu abi dan om Edo menentukan tanggal pernikahan kami. Kesepakatan bersama akad nikahnya akan diadakan sebulan setelah khitbah. Tepatnya bulan depan. Ah kenapa cepat sekali. Pikirku.
******
Selama menunggu waktu akad nikah tiba, aku meminta Zein untuk tidak terlalu sering menghubungiku. Justru Adiba yang sering berkomunikasi dengannya, huh dasar tuh anak. Aku sibuk mengisi waktuku seperti biasa mengajar di kampus dan ke panti asuhan. Di kampus aku juga sempat beberapa kali bertemu dengan Zein, tapi sikapku biasa saja seperti tidak ada apa-apa diantara kami. Ngapain juga aku tebar senyum sama dia kan belum halal.
“Mba Kira” panggil Adiba berlari menghampiriku di kampus.
“Ada apa adikku yang bawel?" aku menghentikan langkahku.
“Mba tadi ka Zein telpon dia mau bicara dengan mba boleh ga?” kata Adiba ngos-ngosan sambil menarik napas.
“Mau bicara apa? Sama adek aja ntar baru sampein ke mba” elakku.
“Yaelah mba panjangin tali kelambu aja, langsung aja ke mba biar ga miss comunication”
“Buruan kalau mau telpon, mba bentar lagi ada kelas”
Kulihat adiba menekan ponselnya menghubungi Zein. “Nih mba” serahnya padaku setelah Zein mengangkat telpon Adiba.
[Assalamualaikum. Kata adiba kamu mau bicara. Bicara apa?]
[Waalaikumsalam, ada yang mau kutanyakan soal mahar]
[Kenapa soal mahar? Aku kan ga minta terserah kamu mau ngasih apa, insya Allah kuterima kok” kataku pelan sambil menata hatiku sejujurnya jantung berdetak kencang ketika mendengar suaranya.
[Oh gitu, bener ga ingin sesuatu untuk maharnya]
[Iya Zein, menikah denganku ga ada syarat apa-apa kok. Semua pemberian darimu akan ku terima. Maaf ya aku ada kelas sekarang. Assalamualaikum] kuputus sambungan telpon lalu kuberikan pada Adiba.
“Wuih, bentar lagi bakalan hujan deras nih” ucap Adiba.
Aku mengeryitkan dahi melihat cuaca panas begini. Adiba terkekeh melihatku yang belum connect.
“Ada yang ngomongnya lemah lembut banget hari ini “
“Adiba!!” teriakku baru nyambung tapi Adiba sudah berlari meninggalkanku.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen √ (Complete)√
Storie d'amoreSequel PNS in Love Arumi Syakira Putri seorang dosen muda dan cantik tapi sayang jutek banget sama cowok. Sudah banyak cowok yang mendekatinya tapi tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Sejak kecil ternyata orang tuanya sudah menjodohkannya d...