ZEIN POVSetelah menerima telpon dari mama, aku masuk lagi ke dalam ballroom. Mataku tertuju pada sosok istriku sedang berbicara berdua dengan seorang laki-laki yang tidak ku kenal. Rasanya aku belum pernah melihat wajahnya di almamater kedokteran.
Mereka berbicara akrab sekali bahkan Kira ku lihat sempat tertawa , dan sesekali Kira menunduk ketika mata laki-laki itu menatapnya.
Darahku mendidih, berani-beraninya dia menatap istriku. Iya aku cemburu. Aku tidak rela laki-laki lain menatapnya seperti itu. Aku tidak tahan lagi untuk mendekati mereka berdua.
"Ehem.." aku mendekati mereka.
Kira menoleh, melihat wajah datarku dan menatapnya dingin. Tanpa senyuman sedikitpun.
"Ej..Fahri kenalkan ini suamiku, Zein" liriknya mengenalkanku pada lelaki itu.
"Saya Fahri Fatahillah. Teman SMA Arumi" dia menghulurkan tangannya.
"dr.Zein Al Fattah" kenal ku masih tanpa senyuman menjabat tangan Fahri.
"Kak, aku ambil minum dulu ya" tiba-tiba Kira meninggalkan kami berdua. Baiklah aku ingin tahu siapa laki-laki ini sebenarnya.
"Kenapa kau menatap istriku seperti itu. Apa hubungan kalian di masa lalu?" tanyaku setelah Kira menjauh pergi.
Dia terlihat kaget dengan pertanyaanku. Ya aku memang suka to the point. Tidak suka basa-basi.
"Hmm...aku orang yang pernah mencintainya dan dia juga pernah mencintaiku" jawabnya santai.
Aku tersentak kaget. Seorang Arumi pernah mencintai laki-laki sebelum aku. Bagaimana mungkin?
"Tapi takdir tidak mempersatukan kami. Sejak tamat SMA kami tidak pernah bertemu lagi. Hingga hari ini takdir mempertemukan kami kembali.." sambungnya tersenyum.
"Kau sudah menikah kan?" tanyaku datar.
"Iya, kenapa?" dia balik tanya.
"Ku dengar kau lulusan Kairo. Tolong jaga pandanganmu dari istri orang lain. Ku rasa kau lebih paham tentang itu" aku menepuk pundaknya lalu berjalan meninggalkannya.
Aku tidak mau tau lebih banyak lagi, karena lama-lama akan menyulut emosiku. Karena aku sedang terbakar api cemburu.
Aku menghampiri Kira yang sedang menikmati es buah. Ku gamit tangannya. "Ayo kita pulang" ajakku.
"Tapi kak, acaranya belum dimulai" katanya bingung dengan sikapku.
Aku menatapnya tajam, seolah memaksanya untuk menuruti keinginanku. Kira akhirnya mengikutiku dari belakang.
Moodku untuk mengikuti acara reuni hilang sudah dengan kejadian tadi."Kak pelan-pelan" panggilnya karena langkahku begitu cepat agar sampai diparkiran.
*******
Arumi Pov
Kenapa kak Zein tiba-tiba mengajakku pulang, bukankah acaranya belum dimulai. Sepertinya dia marah sekali. Apa yang sudah mereka berdua bicarakan sampai Kak Zein terlihat emosi sekali.
Aku tahu dia sedang menahan emosinya agar tidak meledak di ruangan tadi. Langkahnya cepat sekali hingga aku susah untuk mensejajarkan langkahku dengannya.
"Kak pelan-pelan" ucapku ngos-ngosan.
Ku lihat dia memelankan langkahnya menuju lift. Setiba di parkiran, aku langsung duduk di sampingnya. Tanpa banyak bicara mobil sudah keluar dari area parkir.
Kalau langsung pulang dalam keadaan emosi seperti ini bisa bahaya. Dua jam perjalanan ke rumah. Oh..aku tidak mau jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Ku genggam tangan kirinya. "Kak kita makan dulu, laper" ujarku memegang perut.
Bagaimana mau makan kalau udah pulang duluan. Udah datang dari jauh masa cuma mau marah aja.
"Mau makan dimana?" tanyanya.
Aku diam berpikir bagaimana kalau kami beristirahat di hotel saja dan makan disana. Tapi mau ga dianya.
"Kita makan di hotel Duta aja kak. Nginep semalam besok pagi baru pulang..." kataku bersemangat meliriknya. "Besok juga kan hari minggu, ya hitung-hitung refreshing" sambungku.
"Fine" jawabnya singkat melepaskan genggamanku.
Masih marah kayaknya. Sebenarnya apa yang terjadi, ingin rasanya kutanya, tapi takut malah tambah marah.
******
Tiba di Hotel Duta, Kak Zein langsung memesan kamar untuk kami. Sejujurnya aku lelah sekali.
"Kalau mau makan, makan saja duluan. Kakak ke kamar" ucapnya di lobi.
What!! Aku memang lapar tapi mana mungkin aku makan sendirian tanpanya.
"Aku ikut" aku mengiringi langkahnya.
Kamar kami berada di lantai tiga. Sampai di kamar dia menghempaskan badannya di atas tempat tidur ku lihat matanya terpejam. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan. Aku hampir menangis tapi masih dapat ku tahan.
Aku ke kamar mandi lalu menelpon umi. Ku ceritakan semua apa yang terjadi di acara reuni tadi. Kesimpulan yang ku dapat dari umi. Kak Zein terbakar api cemburu. Aku tersenyum heran. Aku dan Fahri tidak ada hubungan apa-apa.
Keluar dari kamar mandi ku lihat dia sudah duduk di tepi tempat tidur. Aku duduk di sampingnya."Kak sebenarnya ada apa? Apa yang Fahri ceritakan sama kakak?" tanyaku memberanikan diri.
Kata umi aku harus mendengarkannya dan jangan keras berbicara dengan suami yang sedang cemburu.
"Dia masih mencintaimu" tatap kak Zein. Astaghfirullah. Aku kaget.
"Kakak bicara apa?" tanyaku bingung.
"Aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya kak. Setelah tamat SMA kami tidak pernah bertemu lagi"
"Iya hari ini kalian bertemu lagi. Dan dari cara dia menatapmu, aku tahu masih ada cinta disana" potong kak Zein masih menatapku tajam.
"Ya Allah Kak, bagaimana aku harus menjelaskannya. Saat ini, detik ini aku hanya mencintai suamiku, tidak ada laki-laki lain" ucapku hampir berteriak mendekatkan wajahku ke wajahnya. Aku frustasi dengan situasi ini.
"Percayalah padaku, aku hanya mencintaimu" sambungku pelan menatapnya tanpa kusadari butir-butir air mata mengalir di pipiku.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen √ (Complete)√
RomanceSequel PNS in Love Arumi Syakira Putri seorang dosen muda dan cantik tapi sayang jutek banget sama cowok. Sudah banyak cowok yang mendekatinya tapi tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Sejak kecil ternyata orang tuanya sudah menjodohkannya d...