Ba’da ashar, aku bersiap-siap untuk bertemu dengan Zein. Ingat, ya, ini semua ku lakukan karena terpaksa lagi. Aku tidak mau kepikiran jika seseorang belum memaafkan kesalahanku.“Mba, anterin Adiba ke rumah Vira, ya. Diba mau kerja kelompok” ujar Adiba tiba-tiba muncul di balik pintu kamarku.
”Maaf, Dek. Mba nggak bisa. Mba mau pergi, udah ada janji dengan seseorang” ujarku sambil merapikan jilbab segi empat yang kupakai agar tidak miring sebelah.
Adiba duduk di sisi ranjang sambil menatap ku dengan tatapan penuh tanda tanya. Pasti dia penasaran dengan siapa aku janjian.
Dia mengamatiku yang sedang memakai jibab pink, senada dengan warna gamisku. Selesai memakai jilbab, aku segera berpamitan dengan Adiba.
“Mba pergi dulu, ya. Jaga rumah. Kamu tunggu abi dan umi pulang dulu, baru pergi ke rumah Vira” pesanku.
"Iya" sahut Adiba.
Aku kemudian berjalan meninggalkannya keluar dari kamar. Adiba pun mengekor dari belakang.
"Mba janjian dengan cowok atau cewek?" selidik Adiba sebelum aku keluar dari rumah.
"Diba, nggak baik mengetahui urusan orang lain" elakku mencari alasan.
"Kalau Mba janjian dengan cowok, dosa tahu nggak? Kan Mba sedang proses dengan Kak Zein" ujar Adiba mengingatkan ku.
"Udah, ah. Bawel!! Mba bisa terlambat, nih. Assalamualaikum" Aku bergegas meninggalkan Adiba.
Zein mengajak ketemuan di City Mall. Setiba di sana, aku membaca pesan dari Zein.
“Aku udah di depan bakso malang” pesannya.
Dimana lagi tempatnya. Aku berkeliling mall. Tiba di sana, aku langsung mencari posisi bakso malang berada di mana. Dari jauh aku melihat sosok lelaki sedang berdiri di samping pintu masuk tempat makan tersebut, sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan menatap lurus ke arahku.
“Mau makan di mana?” tanyaku datar tanpa senyuman ketika sudah berada di dekatnya.
“Di sini” jawabnya singkat.
“Makan bakso!! Hah, jauh amat mau makan bakso malang aja harus ke City mall. Padahal didekat rumahku kan ada cabangnya” batinku terpaku sambil menatap judul tempat makan yang Zein maksud.
“Ayo, masuk” ajaknya.
Aku berjalan mengiringinya masuk ke dalam. Ku lihat tempat makan ini cukup ramai. Banyak juga anak muda yang makan di sini, tepatnya sih mereka berpasangan.
Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, agak pojokan dikit. Pelayan datang membawakan menu dengan berbagai variasi bakso.“Kamu mau pesan yang mana, Kira?” tanyanya sambil melihat daftar menu.
“Aku pesan jus alpukat aja” jawabku.
“Nggak pesen bakso?" tanyanya heran melihat ku hanya memesan minuman saja.
“Nggak, aku masih kenyang. Di sinikan yang minta traktir itu kamu, ya. Jadi kamu aja yang makan” ketusku.
Hm. Zein hanya menarik napas dengan sikapku.
“Setelah makan temeni aku. Aku mau mencari kado untuk seseorang” ujar Zein.
“Apa!! Tidak ada dalam kesepakatan, Zein” teriakku pelan. Perjanjiannya tadi kan hanya minta traktir saja.
“Maaf kamu mau aku terima nggak?” tatap Zein sambil tersenyum manis.
"Nyebelin!!" dengusku kesal. Aku merasa sudah dikerjai olehnya.
“Awas, ya. Kamu tunggu pembalasan dariku” Ancamku dalam hati.
“Terserah!!” aku menyeruput jusku sekali hisap langsung habis. Zein terkekeh melihat sikapku.
“Nggak ada yang lucu” kataku jutek.
“Kamu tuh kalau laper, ya pesan makanan” ucap Zein masih tertawa.
“Udah, cepetan makannya. Keburu sore, nih. Belum mau mencari kado lagi” aku melirik jam di tangan kananku.
Selesai makan, aku langsung membayar semua makanan di meja kasir. Zein sudah menunggu diluar.
“Kita ke toko pakaian itu saja, ya” ajak Zein.
Aku hanya mengekor dari belakang. Sambil mendengus kesal. Sungguh aku merasa tidak nyaman dengan semua ini.
“Enaknya dikasih gamis aja kali, ya” bisiknya, tapi aku masih bisa mendengarkan.
“Untuk siapa, sih?” tanpa sadar aku bertanya.
“Untuk seseorang yang spesial” jawabnya sambil tersenyum. Dia berjalan mendekati gamis yang terpajang di patung mannequin.
Aku berbalik ke arah lain, mau melihat gamis lain yang menarik perhatianku. Huh, gamis silver itu bagus banget, tapi menurutku harganya terlalu mahal.
ZEIN POV
Kira tampak terpaksa menemaniku membeli sebuah hadiah untuk seseorang. Ku lihat Kira ke arah tempat lain, dia sedang memegang gamis yang terpajang di patung mannequin dan menanyakan harganya dengan pelayan. Kemudian kulihat dia hanya tersenyum seolah mengatakan ‘Lain kali saja, Mba’, lalu berjalan menjauh untuk melihat pakaian yang lain. Aku kemudian mendekati pelayan tersebut.
“Mba, saya ambil gamis silver ini. Langsung bungkus kado, ya” ucapku cepat takut Kira melihat ke arah ku.
“Baik, Mas. Ditunggu sebentar, ya. Silahkan bayar dulu di kasir” tinggalnya melepaskan gamis tadi dari patung.
Setelah selesai membeli gamis, aku mencari Kira yang sudah berjalan entah ke mana. Ini mah bukannya menemeni, tapi aku ditinggal olehnya. Tidak apalah, ini bisa menjadi kejutan untuknya. Ku lihat Kira sudah menunggu di luar toko. Aku tersenyum menghampirinya.
“Sudah dapat?” tanya Kira melihat bungkusan plastik yang aku pegang. Aku hanya mengangguk.
“Ya, udah. Aku mau pulang. Udah impas, ya. Aku nggak punya hutang maaf lagi sama kamu. Assalamualaikum” tatapnya sekilas lalu meninggalkanku.
“Kira!” panggilku. Dia menoleh seolah ekspresi wajahnya mengatakan kepadaku ‘apalagi’.
“Terima kasih untuk hari ini” lanjutku tersenyum sambil menatapnya.
Ku lihat dia hanya menepis tangan kanannya dan berbalik lagi berjalan menjauh meninggalkanku yang masih menatap kepergiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen √ (Complete)√
RomanceSequel PNS in Love Arumi Syakira Putri seorang dosen muda dan cantik tapi sayang jutek banget sama cowok. Sudah banyak cowok yang mendekatinya tapi tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Sejak kecil ternyata orang tuanya sudah menjodohkannya d...