Selesai sholat subuh, mataku memperhatikan bingkisan kado di atas meja rias. Aku tidak menyadari sejak kapan kado itu ada disana. Ku ambil kado itu, kalau ada di kamarku, berarti itu memang untukku. Penasaran dengan apa isinya, aku langsung membuka kado itu. Aku terkejut melihatnya lalu tersenyum bahagia. Kado itu berisi gamis silver yang ku inginkan ketika menemani Zein mencari kado untuk orang yang spesial baginya. Ya Allah...aku menutup mulutku terkejut dan baru menyadari siapa orang spesial yang dimaksud Zein."Ehem...kamu suka hadiahnya?” tanpa sadar Zein sudah berdiri di belakangku. Ketika aku berbalik wajah kami berhadapan hanya beberapa centi saja akan bersentuhan.
“Mm...kok kakak tahu aku suka gamis ini. Gamis ini kan gamis yang pernah kulihat di City Mall waktu nemenin kakak beli kado” tanyaku aneh.
“Karena kakak lihat kamu lama banget memegang gamis itu dan bertanya ke pelayan, tapi ga jadi beli...jadi kakak pikir kamu pasti menyukai gamis itu. Makanya kakak beli diam-diam untuk kamu. Kalaupun waktu itu ternyata kamu bukan jodoh kakak, gamis itu tetap akan kakak berikan sebagai hadiah pernikahan untuk kamu” jawab Zein
“Iya...tapi ini kan mahal banget kak. Makanya aku nggak jadi beli. Sayang uangnya mending aku kasih ke anak-anak di panti” aku menunduk ku lihat tangannya sudah melingkar di pinggangku.
“Untuk orang yang spesial di hati kakak ngga ada yang mahal” ucapnya pelan mendekatkan wajahnya lagi sehingga hidung mancungnya menyentuh hidungku. Dapat ku rasakan hembusan napasnya. Jantungku masih saja berdegup kencang jika berdekatan seperti ini.
Tok.tok.tok. Kami sama-sama kaget dan saling pandang. Siapa sih. Pikirku.
“Biar kakak yang buka” Zein tersenyum melepaskan tangannya di pinggangku lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.
“Kak Zein maaf ya Adiba ganggu, Mba Kira udah bangun kan?” tanya Adiba berdiri di muka pintu kamar.
“Iya dek, udah bangun. Kenapa?” tanya Zein.
“Ditunggu umi di dapur” jawab Adiba lalu Adiba pergi menemui umi lagi.
“Ada apa kak?” tanyaku karena mendengar suara Adiba di luar kamar.
“Ditunggu umi di dapur dek” ucap Zein menghampiriku duduk di tepi tempat tidur.
Astaghfirullah. Aku menepuk jidat. Aku harus menyiapkan sarapan pagi. Aku jadi terlena gara-gara Zein tadi.
“Kenapa sayang, kamu kok panik gitu?” tanya Zein penasaran melihatku. Zein lalu berdiri tepat di depanku.
“Aku harus nyiapin sarapan pagi kak. Gara-gara kakak tadi aku jadi lupa” aku pun lalu berdiri. Huft posisinya sama seperti tadi. Aku tersenyum kikuk menatapnya.
“Hmm...jadi gara-gara kakak nih” godanya merapatkan tubuhnya membuatku hampir terduduk di tempat tidur.
Zein langsung memelukku agar tidak jatuh. Ahh dia benar-benar menggodaku. Wajah tampannya sungguh membuat mataku tak berkedip.
"Kak...aku udah ditunggu umi di dapur" elakku.
"Sebentar saja. Umi nggak akan marah kok...Kita ini pengantin baru masa mau diganggu sih" ujar Zein seolah tidak mau melepaskan ku.
Zein membelai lembut pipiku dan menatap lekat mataku. Jantungku pun mulai berdetak tak karuan. Ku harap dia tidak mendengar debaran jantungku itu. Perlahan Zein mendekatkan wajahnya lalu ku rasakan ciuman hangat darinya. Zein tidak memberiku ruang untuk bernapas. Aku pun mendorongnya.
Zein melepas ciumannya dan tersenyum kikuk menatapku. "Pergilah...aku tunggu sarapannya" ucap Zein.
Aku tersenyum malu. Wajahku memanas bisa kurasakan pasti merah seperti tomat. Aku segera keluar dari kamar meninggalkan Zein.
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dosen √ (Complete)√
RomanceSequel PNS in Love Arumi Syakira Putri seorang dosen muda dan cantik tapi sayang jutek banget sama cowok. Sudah banyak cowok yang mendekatinya tapi tidak ada satu pun yang membuatnya tertarik. Sejak kecil ternyata orang tuanya sudah menjodohkannya d...