Part 14 CSD: Pengakuan

21K 1.2K 6
                                    


Suasana rumah sudah sepi. Setelah sholat Isya’ ku lihat dia sudah pamit sama abi mau istirahat di kamar. Sementara aku masih sibuk membereskan dapur bersama Adiba selesai makan malam tadi. Setelah semua beres aku segera ke kamar menyusul suamiku yang sudah ada di kamar. Jantungku berdebar kencang menaiki tangga menuju kamarku.

“Assalamualaikum” sapaku membuka pintu kamar.

Ku lihat dia sedang membaca Quran di sisi tempat tidur. Melihat kehadiranku dia menghentikan aktivitasnya sambil menatapku tersenyum.

“Lama banget, sampe udah habis 2 juz” ucapnya melirik Quran ditangannya.

“Maaf, tadi bantu Adiba membereskan dapur” kataku duduk disampingnya tapi masih berjarak.

“Kamu lama di bawah, bukannya mau menghindariku kan?” selidiknya.

“Ng..nggak kok” kataku gugup karena Zein sudah menggenggam erat tanganku.

Lama kami saling terdiam. Hanya keheningan meskipun tangannya masih menggenggam erat tanganku.

“Kak Zein, ada yang ingin ku sampaikan..” kataku meliriknya sekilas.

“Hm..apa itu sayang” tubuhku berdesir mendengarnya memanggilki sayang.

“Sebenarnya sebelum perjodohan ini, aku sudah menyukai dan mengagumi seseorang...” kataku menunduk dan kulihat tangannya merenggangkan sedikit genggamannya di tanganku. Mungkin dia kaget. Biarin. Batinku.

“Benarkah” ku lihat ada gurat kecewa di wajahnya, tapi hatiku tersenyum melihat ekspresinya begitu. Wajahnya tetap terlihat tampan.

“Iya”kataku mengangguk.

“A..apa kamu mencintainya juga?” tanyanya lagi. Kali ini dia melepaskan genggaman tangannya.

“Iya...ternyata aku sangat mencintainya” ucapku mantap. Ku beranikan menatapnya. Agar dia bisa melihat kebenaran itu dari mataku.

Zein berdiri menjauh dan membelakangiku. Bagaimana dia tidak emosi, di malam pertama kami aku malah membuat dia kecewa bahwa aku sudah jatuh cinta dengan seseorang sebelum perjodohan ini. Aku hanya ingin berkata jujur dengannya.Dia masih bisa menahan amarahnya karena ku lihat dia hanya mengepal erat kedua tangannya.

ZEIN POV

Selesai sholat Isya’ aku beristirahat di kamar. Sambil menunggu Kira aku tilawah, udah habis 2 juz dia baru masuk ke kamar. Rupanya dia membantu Adiba membereskan dapur. Kupikir alasannya saja untuk menghindariku. Hehe.

“Kamu lama di bawah, bukannya mau menghindariku kan?” selidikku.

“Ng..nggak kok” katanya gugup sambil ku genggam erat tangannya
Lama kami saling terdiam.

“Kak Zein, ada yang ingin ku sampaikan..” katanya melirikku sekilas. Aku terkejut juga dia memanggilku dengan sebutan Kakak.

“Hm..apa itu sayang” panggilan baruku untuknya.

“Sebenarnya sebelum perjodohan ini, aku sudah menyukai dan mengagumi seseorang...”katanya menunduk.

Ku renggangkan sedikit genggamanku karena aku begitu tersentak mendengar pengakuan Kira di malam pertama kami.

“Benarkah” kataku dengan nada kecewa.

“Iya” dia mengangguk.

“A..apa kamu mencintainya juga?” tanyaku lagi.

“Iya...ternyata aku sangat mencintainya” ucapnya mantap.

Ku lepaskan genggaman tanganku lalu berdiri menjauh membelakanginya.

Dadaku bergemuruh mendengarnya, ternyata dia tidak mencintaiku. Lantas kenapa meneruskan proses kami hingga  ke pernikahan. Batinku. Aku mengepal erat kedua tanganku, tapi masih dapat ku tahan emosiku.

“Jadi kamu menyesal menikah denganku, Kira?” tanyaku bergetar.

LKira diam tidak menjawab pertanyaanku. Aku penasaran siapa laki-laki itu, laki-laki yang telah membuatnya jatuh cinta. 

“Boleh aku tahu siapa dia?” tanyaku lagi memberanikan diri.

Aku masih berdiri membelakanginya, dia masih juga belum bersuara. Tak lama kurasakkan dua tangan melingkar dipinggangku, Kira memelukku dari belakang. Kenapa dia memelukku. Pikirku heran. Kurasakan kepalanya menyandar di punggung belakangku.

“Kakak bener ingin tahu” bisiknya.

Walaupun menyakitkan mendengar namanya nanti, aku tetap ingin tahu siapa dia. “Iya, Kira” tegasku.

“Laki-laki itu adalah...” dia diam sejenak. Aku memejamkan mataku.

Siapa dia Kira?? Batinku terus bertanya-tanya. Tidak sabar mendengar nama laki-laki itu.

“Laki-laki itu adalah... suami yang sedang kupeluk sekarang” ucapnya pelan.

Kira mengeratkan pelukannya. Aku membuka mataku terkejut mendengar jawaban darinya lalu berbalik menghadapnya. Ku tatap wajahnya sedang tersenyum melihatku masih dengan muka kaget.

“Kau...!” aku masih tidak percaya.

Jantungku sudah berdetak tak karuan dibuatnya. “Kau ini..”aku tersenyum malu mencubit gemes pipinya.

Dia hanya tertawa melihatku. Baru kali ini aku melihat Kira tertawa lepas.

“So..sebelum perjodohan ini, adek sudah menyukai dan mengagumi kakak? Kapan?” Ulangku menatap mata indah di hadapanku.

“Waktu acara seminar dosen, kak” jawabnya menunduk.

Ku angkat dagunya agar dia melihatku. Sementara kedua tangannya masih setia melingkar di pinggangku.

“Benarkah” sekali lagi ku tatap matanya.

“Iya, soalnya waktu itu mata kakak terus menatapku, dan itu membuat jantung ku berdetak kencang. Makanya...” dia berhenti bicara karena aku terus menatapnya lebih dekat.

“Makanya...apa?” tanyaku pelan melingkarkan tanganku dipinggangnya.

“Makanya, aku ga bisa bersikap ramah dengan kakak, karena untuk menutupi perasaanku” jawabnya.

Hm pandai sekali istriku ini menyimpan perasaannya sampai akupun tidak bisa menebaknya.

“Kira, kita sudah halal. Emm boleh kakak membuka jilbabmu?”

“Iya kak” lalu aku membuka jilbab instan yang dikenakannya dari tadi.

Rambut hitamnya yang lurus terurai sebahu. Masya Allah indah sekali rambutnya. Gumamku melihat rambutnya.

“Sebenarnya, kakaklah yang jatuh cinta duluan dengan adek” ungkapku sambil membelai rambut hitamnya. Kira membulatkan matanya, kaget.

“Oya..kapan kak?” tanyanya penasaran.

“Waktu pertama kali kakak melihat adek di perpustakaan. Tapi waktu itu adek jutek banget ya” jawabku tersenyum.

“Habisnya kakak juga waktu itu nyebelin, berisik di perpustakaan” katanya cemberut. Aish cemberut aja tetap kelihatan cantik istriku ini.

“Tapi kakak suka sikap adek ketus sama laki-laki” kulihat dia heran mendengar kata-kataku.

“Karena... ga ada laki-laki yang berani deketin adek sampai kakak datang” lanjutku menjawil hidungnya sambil terkekeh.

“Ihh Kak Zein kok gitu” Kira memanyunkan bibirnya sambil memukul dadaku.

Ku tangkap tangannya dan langsung ku cium bibirnya dengan mesra. Malam semakin sunyi suasana yang dingin menjadi hangat ketika cinta kami menjadi satu.

***
Tbc

Cinta Sang Dosen √ (Complete)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang