Part 6 CSD: Rencana Adiba

18.4K 1K 6
                                    


Ketika mau ke dapur aku melihat Adiba sedang bertelponan dengan seseorang. Siapa?? Kok seneng banget.

“Iya kak, kebetulan mobil kami lagi di bengkel. Pas banget deh kita bisa pergi bareng kakak” ucap Adiba senang.

“Makasih ya ka, kami tunggu. Assalamualaikum” ihh manis banget tuh anak.

“Eh Mba..” Adiba kaget melihatku.

“Kenapa dek, kayak lihat apa aja “ gerutuku.

“Nggak... Oya mba kita dapet omprengan gratis ke kampus. Bentar lagi orangnya datang”

“Hah..siapa dek? Yang mau ngomprengin nenek bawel kayak kamu” cibirku.

“Ihh...nenek jutek ga tau terima kasih. Kalau ga ada omprengan telat lho mba, masa dosen ga bisa kasih contoh yang baik ke mahasiswanya”

Paling bisa ya nih anak bikin hati dongkol. Ga lama terdengar suara klakson mobil di luar. Adiba segera berlari mengambil tasnya sambil membuka pintu. Aku menyusul dari belakang dan mengunci pintu rumah, karena abi dan umi sudah pergi duluan.

Ketika membalikkan badan dan melihat si pemilik mobil sudah berdiri di luar mobilnya. Mataku rasanya mau keluar, bagaimana bisa Adiba meminta Zein menjemput kami. Arrrgh, ingin rasanya ku timpuk Adiba dengan tas kerja yang ku bawa ini. Aku berjalan kesal menghampiri mereka.

“Udah siap?” tanyanya tersenyum.

Penampilannya kuakui memang selalu keren. Aish kenapa aku jadi memujinya. Aku belum beranjak masuk ke dalam mobil.

“Ayo mba, nanti telat. Mba duduk di depan ya” ujar Adiba centil.

“Nggak!!” tolakku.

“Ayo mba kelamaan mikir” Adiba menarik tanganku lalu membuka pintu depan mobil dan mendorongku masuk untuk duduk.

Eh nih anak apa-apain sih. Kemudian Zein masuk duduk di sampingku. Ya Tuhan...apa-apan ini Kira. Kamu belum resmi jadi istrinya lagipula masih tiga hari lagi kamu akan memberikan jawaban kepadanya. Gerutu batinku.

“Jangan ke geeran ya, aku terpaksa ikut numpang karena nenek bawel di belakang” ketusku menatap ke depan.

“Kalian berdua kok kayak Tom and Jerry aja” ujarnya melirik ke arahku.

“Kita mah biasa kayak gini kak, kakak di traning dulu biar tahan banting dengan nenek jutek di sebelah” balas Adiba cekikikan.

Sepanjang perjalanan hanya Adiba dan Zein yang asik ngobrol, kayaknya Zein lebih cocok dengan adikku daripada denganku. Aku ga bisa akrab dengannya. Ternyata dia enak juga diajak ngobrol kalau dilihat dari percakapan mereka berdua. Aku mengeluarkan buku di tas lalu membacanya.

“Ehem..membaca di dalam mobil yang sedang berjalan itu ga baik. Bisa merusak mata” tegurnya melirikku.

“Bener tuh mba, dengerin kata pak dokter” dukung Adiba.

Huh aku menutup keras bukuku lalu menyimpannya di tas dengan kesal.  Adiba dan Zein tersenyum kecil melihatku.
Akhirnya sampai juga. Aku lega bisa keluar dari mobil itu.

“Nanti telpon aja ya kalian pulang jam berapa, aku jemput” tawarnya.

“Terima kasih..ga usah repot-repot kami bisa naik...” ketusku.

“Iya kak, nanti Adiba telpon kakak. Dadah” potong Adiba melambaikan tangannya lalu menggamit tanganku berjalan menuju kampusnya.

“Apaan sih dek, Mba pulang bisa naik bis aja” aku melepaskan pegangan tangan Adiba.

“Emang Mba pernah naik bis yaa, jam berapa coba bisnya ada?” kerling mata Adiba.

Shit..aku emang belum pernah naik bis, kemana-mana Ayla maron menemaniku. Oke Kira ikuti saja, hari ini kamu kalah. Gumamku menyerah.

Adiba tertawa bahagia seperti merayakan suatu kemenangan. Bagus sekali dia tertawa di atas penderitaanku. Arghhhh.

******

Tbc

Cinta Sang Dosen √ (Complete)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang