Part 18 CSD: Reuni (2)

18.6K 1K 3
                                    


Aku tersenyum saja melihat kak Zein. Aku tidak cemburu toh sekarang dia memilihku sebagai isterinya. Tapi ku akui perempuan yang menyukai suamiku cantik-cantik semua tapi kenapa tidak satupun yang membuatnya tertarik. Justru dia mencintaiku dulu gadis yang selalu ketus dengannya.

Beberapa teman perempuan seangkatan Zein menghampiri kami lalu berkenalan dan ngobrol. Zein merasa tak enak lalu meninggalkanku dan dia bergabung dengan kumpulan sesama laki-laki.

"Arumi, ternyata kamu lah sosok yang dicari Zein selama ini" goda Hasna dokter gigi yang juga sempat mengagumi suamiku. Hasna sudah menikah dengan seorang polisi.

"Aku juga tidak tahu kenapa dia menyukaiku waktu itu, padahal aku ini orangnya jutek lho mba" kataku tertawa kecil.

"Yah..namanya juga jodoh" celetuk dr. Cintiya salah satu dokter kandungan di rumah sakit umum.

"Iya..ya kita ga nyangka bakal berjodoh dengan siapa, kadang orang yang kita cinta mati-matian ternyata bukan jodoh kita" sambung Hasna mengingat masa lalunya.

Tak lama mereka berdua meninggalkanku karena suami mereka memanggil. Sedangkan kak Zein masih asik mengobrol dengan teman-temannya. Lagi-lagi mataku berkeliling dan menangkap sepasang mata sedang melihatku.

Deg. Wajah itu.Mengingatkanku pada seseorang. Dia tersenyum lalu menghampiriku. Setelah dia mendekat. Astaghfirullah. Fahri. Ya tidak salah lagi dia seseorang di masa laluku.

"Assalamualaikum" sapanya.

"Waalaikumsalam" aku tak menatapnya tapi menoleh mencari sosok seseorang, suamiku.

Dimana dia? Aku ingin menghindari orang ini. Berharap dia datang dan menolongku.

"Arumi, kau masih seperti yang dulu bahkan bertambah cantik" pujinya. Aku hanya diam salah tingkah.

"Masih ingat denganku kan?" tanyanya.

Tentu saja aku ingat, bagaimana mungkin aku lupa, dia cinta monyetku waktu masih SMA. Aku tidak menganggapnya serius. Dalam hal agama Fahri sangat baik, hapalan Qurannya banyak,dan ayahnya seorang ustadz.

"Ku harap kamu bukan seorang dokter Arumi? Karena kamu juga,aku tidak menjadi seorang dokter" ingatnya.

Flashback on

"Arumi, aku akan melanjutkan kuliah di kedokteran. Aku ingin jadi dokter" ungkap Fahri.

"Aku tidak suka dokter" ucapku ketus.

"Baiklah agar kau menerima cintaku, aku akan kuliah di STAI biar nanti bisa jadi dosen agama" aku hanya tersenyum.

Aku tidak menyukai profesi dokter. Bisa dilihatkan bagaimana sibuknya seorang dokter. Aku mau dia banyak waktu untukku.

"Sudahlah Fahri, kalau mau jadi dokter ya ga masalah. Tapi karena hapalanmu sudah banyak kan sayang kalau tidak dilanjutkan ke tempat yang bisa memperkuat hapalanmu dan memperdalam ilmu agamamu" kataku.

Flashback off

"Jadi, kamu tidak mengambil kuliah di kedokteran?" tanyaku heran.

"Itu karena aku mencintaimu, jadi aku mengikuti kemauanmu. Tapi setelah tamat SMA abiku mendaftarkanku kuliah di Kairo. Dan aku lulus" ceritanya.

Pantas saja setelah tamat SMA tidak ada kabar lagi darinya. Aku pun tidak ambil pusing, kalau berjodoh pasti bertemu. Itu prinsipku dulu. Hmm jadi sekarang Fahri datang kesini bukan karena status dokter lantas bagaimana bisa dia ada disini.

"Kamu seorang dosen kan?" tebaknya.

"Iya, betul sekali" jawabku tersenyum. Ah Fahri adalah masa laluku. Lupakan.

"Istriku yang dokter" ungkapnya.

"Sudah kuduga" kataku menunduk.

"Ternyata kau menikah dengan dokter, profesi yang tak kau suka" katanya mengingatkanku.

"Kau sudah punya anak?" tanyanya lagi. Aku terkekeh. Dia tersenyum heran.

"Fahri, aku baru menikah tiga bulan yang lalu" jawabku.

"Oh ya, kalau begitu sama. Aku juga baru menikah tiga bulan yang lalu. Istriku lagi hamil satu bulan" sambungnya.

Aku terdiam mendengar istrinya sudah hamil. Kita menikah di bulan yang sama tapi dengan orang yang berbeda, Fahri.

"Ehem.." suara deheman lelaki mendekati kami.

Ketika ku toleh, wajah datar Kak Zein menatapku dingin. Tanpa senyuman sedikitpun.

"Eh..Fahri kenalkan ini suamiku, Zein" lirikku mengenalkannya pada Fahri.

"Saya Fahri Fatahillah. Teman SMA Arumi" Fahri menghulurkan tangannya.

"dr.Zein Al Fattah" kenal kak zein masih tanpa senyuman menjabat tangan Fahri. Sepertinya ada aura tak sedap ini. Batinku.

"Kak, aku ambil minum dulu ya" ku tinggalkan mereka berdua.
Huh jantungku udah mau copot melihat dua lelaki tersebut. Satu laki-laki dimasa laluku dan satunya dimasa sekarang.

Dari jauh tempat aku mengambil es buah, ku lihat ka Zein mengobrol dengan Fahri. Tapi mimik wajahnya tidak berubah. Masih datar tanpa senyuman.

Apakah dia marah melihatku berbicara berdua saja dengan Fahri. Entahlah.

Tbc

Cinta Sang Dosen √ (Complete)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang