2. Jadian

1.2K 109 23
                                        

Hening.

Tak ada yang membuka suara sepanjang perjalanan. Kini kedua adik kakak sedang berada di perjalanan menuju sekolahnya, siapa lagi kalo bukan Audrey dan Marcell. Mereka berangkat menggunakan mobil yang diberikan oleh ayahnya di hari ulang tahun Marcell yang ke 15 tahun. Tentu saja Marcell-lah yang mengendarainya. Sebetulnya Audrey pun punya mobil sendiri namun mengingat dirinya yang baru menginjak kelas 9 tidak di perbolehkan dulu mengendarai mobil. Ya, meskipun sekolah itu milik kedua orang tuanya, namun ia tak boleh bertingkah seenaknya. Sedangkan Marcell kini sedang duduk di bangku kelas 11 maka dari itu sudah diperbolehkan.

Audrey sudah sangat jengah, tentu saja karena dirinya tidak suka keheningan apalagi di dalam mobil ada dua makhluk bukannya saling berbicara bukan? Namun kini hanyalah keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Jujur saja sebenarnya Audrey sudah tak tahan lagi untuk membuka suaranya karena ia sudah gatal untuk berbicara apapun. Audrey adalah tipe orang yang cerewetnya tingkat akut.

Setelah melamun beberapa menit untuk berpikir, akhirnya Audrey memberanikan diri untuk membuka suara duluan, tentu saja karena menunggu abangnya membuka topik pembicaraan duluan itu akan sangat lelah. Mungkin sampai sekolah pun ia tak akan membuka suaranya.

"Bagi cokelatnya ya, Bang," izin Audrey seraya mengambil cokelat dari toples kecil yang sengaja di sajikan di depannya untuk cemilan.

Marcell menatap adiknya heran. Tadi pagi sudah heran karena tidak biasanya adiknya itu bangun pagi, dan kali ini keheranannya bertambah manakala Audrey izin terlebih dahulu untuk makan cemilan yang tersaji. Biasanya, anak itu main makan saja tak ambil pusing untuk minta izin segala.

"Jangan bikin gue merinding, deh," gumam Marcell kecil namun masih di dengar oleh Audrey.

"Merinding kenapa, ya?," Tanya Audrey bingung belom konek.

"Sikap lo itu.... Agak agak berubah gitu, loh," sungkan Marcell untuk mengutarakan pikiran yang sedari tadi muncul diotaknya.

"Ya terus?," Tanya Audrey lagi.

"Biasanya, kan, kalo orang mau meninggal itu---"

Plak

Belum saja Marcell melanjutkan ucapannya, bibirnya sudah ditampar duluan oleh Audrey.

"Kampret lo, Bang! Nyumpahin gue mati?!" Sembur Audrey tak terima.

"Iya, nggak gitu juga. Abis aneh, sikap lo nggak kayak biasa," opini Marcell.

Audrey mengangguk paham. "Iya, kan, emang setiap hari sikap gue beda kan, Bang? Namanya juga cewek, tau lah... Moodnya suka berubah gitu," jawab Audrey memberi penjelasan.

Marcell tersenyum. Agak tertekan dengan otak rada lemot yang adiknya punya itu. "Sungguh pinternya Adek Abang... Hingga tidak bisa memahami," tekan Marcell sedangkan Audrey melotot tak terima.

"Oke. Gue mau tanya aja, deh! Kenapa, sih, tiba-tiba bangun pagi, biasanya gue bangunin ampe tukang kebun rumah sebelah juga ikut andil lo nggak bangun bangun juga?," Tanya Marcell.

Audrey menekuk alisnya. Masa, sih, sampe segitunya dirinya tidur? Ngarang kali, ya? Namun tak cewek itu pikirkan lagi. Cewek itu berpikir, jika memang benar iya berarti faktanya seperti itu, jika itu hoax... Bisa-bisanya abangnya berbicara seperti itu.

"Ravael yang ketos itu kemarin dia bilang besok gue disuruh ketemuan sama dia. Gitu," jawab Audrey.

Marcell tersenyum tipis. "Cuma karena itu lo bangun pagi?," Tanya Marcell memastikan.

Audrey mengangguk, Marcell menghela napasnya lelah dan mematikan mesin mobilnya karena memang sudah sampai.

"Setres! Gih, turun udah nyampe. Pulang tunggu aja di parkiran," respon Marcell seraya berpesan.

Without You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang