27. Dia Berbeda

245 31 7
                                    

"Angel pindah ke Indo," kasih tahu Monica tiba tiba yang membuat Ravael, Alex dan juga Gian melotot kan matanya tak percaya.

"Mantan sahabat lo itu?!" Tanya Gian tak selow.

Alex yang berada tepat di samping Gian itu memukul Gian. "Gak usah teriak dikuping gue juga kampret! Kuping gue ternodai gara gara umpatan lo itu!" Sentak Alex. Pemuda ini---Gian cuma nanya, apa salahnya? Ini Alex kayaknya mulutnya harus dikasih cabe biar gak nyibirin orang terus kerjaannya.

"Gue gak tau Audrey bakalan tetep nerima gue atau enggak nantinya. Pasti Angel udah bongkar semua masa lalu gue ke Audrey. Secara dia benci banget sama gue," tutur Ravael seraya mengembuskan napas berat.

Gian bergedik jijik. "Napas lo berasa kayak punya beban hidup lebih!" Semprot Gian.

Suasana macam apa ini?!! Mellow sekali.

"Jangan nethink dulu, lah. Gue yakin Angel orang baik," lanjut Gian yang tanpa mereka sadari Gian tengah memuji gadis itu.

Terlebih lagi kini ada kekasih Gian yang memang ikut peran juga dalam persahabatan mereka.

Charly menatap Gian tajam. "Oh, jadi sekarang kamu udah mulai berani ya, muji muji cewek lain di depan aku?!!" Tuntut Charly berapi api.

Gian sontak saja gelagapan. "Bu---bukan gitu maksud aku---aku cuma mengutarakan apa yang aku pikir," balas Gian sempat terbata bata.

"Mampus! Kena semprot, kan lo," ledek Alex dengan kepuasan yang membara jiwanya.

Sahabat macam apa itu?!! Bahagia di atas penderitaan sahabatnya sendiri. Pikir Gian.

Alex mungkin mempunyai jiwa cenayang didirinya itu. Seolah olah ia tahu apa yang dipikirkan Gian.

Dengan enteng dan wajah tumpengnya itu Alex berbicara.

"Kalo lo mikir gue bahagia di atas penderitaan sahabat gue sendiri---jawabannya salah besar!" Cetus Alex. Tidak! Gian salah paham terhadap Alex.

Baru saja Gian ingin memeluk Alex tapi pemuda tersebut angkat bicara.

"Karena pada dasarnya lo bukan sahabat gue!" Lanjut Alex sarkas.

Wah, ngeselin parah.

Gian mengumpat beribu ribu serapah ia suarakan dibatinnya itu.

Pemuda ini dengan satu waktu membuatnya terbang tinggi lalu di jatuhkan lagi di jurang yang paling dalam.

Namun ucapan Alex selanjutnya langsung membuat dirinya terbang dari yang sebelumnya.

"Tapi udah gue anggap sebagai keluarga," lanjutnya lagi.

Sontak saja Gian langsung tertawa. Sahabatnya yang satu ini---sungguh, muka datar, kadang dingin dan sarkasnya itu tapi mampu mencairkan keadaan kadang kadang dan suka membuat orang jatuh dan terbang secara bersamaan.

Ingin rasanya ia mengumpat pelan untuknya.

"Kampret! Bilang aja kek, kayak gitu dari tadi! Gak usah setengah setengah," ujar Gian berapi api disusul oleh tawa.

Alex mendelik tak suka. "Lo nya aja yang gampang baper."

Nah kan, apa yang tadi Gian bilang.

Baru aja dirinya terbang kini sudah jatuh lagi.

Monica, Ravael dan Charly yang jengah atas perdebatan itu pun angkat bicara untuk kembali ke topik pertama.

"Gue percaya kok Angel bakalan jaga rahasia ini. Lo gak salah gimana pun, Rav. Gue bisa liat dari mata Angel kalo dia itu gak mudah buat lupain gue sebagai seorang sahabatnya. Cuma dianya aja yang pinter akting, tapi di depan gue enggak. Sejauh dan sekeren apa pun dia akting or bersandiwara, tetep aja. Jiwa gue sebagai sahabat bisa membedakan mana yang pura pura mana yang sungguh sungguh," papar Monica penuh arti yang mampu sedikit menenangkan jiwa Ravael yang panik.

Without You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang