30. Dia Kembali

340 31 3
                                    

"hshh," desis Audrey ketika ia terbangun dari tidur nya.

Dari arah pintu, terlihat Yoga yang sedang memegang nampan berisikan bubur lengkap dengan lainnya.

"Gue kenapa?," Tanyanya masih setengah pusing.

"Tadi pingsan. Apa sakit banget?," Sahut Yoga cemas seraya menaruh nampan itu diatas nakas.

Audrey menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak kok. Kan udah biasa."

Audrey merenung sesaat. "Bukannya tadi kata Samuel lo udah pulang?," Tanya Audrey.

Yoga mengambil sesendok bubur itu lalu ia menyuapkan Audrey. "Tadi cuma ada urusan sebentar. Gue balik karna tadi Samuel nelpon. Katanya lo pingsan. Jadi nya gue balik lagi. Gue juga memutuskan buat nginap aja, besok libur ini," jelas Yoga yang hanya didengarkan oleh Audrey.

Tak terasa suap demi suap dimakan oleh Audrey dan kini habis tak tersisa.

Yoga mengambil air putih di atas nakas, tak lupa beberapa obat obatan. Lalu ia sodorkan itu semua ke Audrey seraya berucap.

"Di minum. Biar cepet sembuh," bujuk Yoga lembut.

Audrey melakukan sesuai keinginan Yoga. Bagaimanapun juga ini untuk kesembuhan dirinya sendiri. Seenggaknya sebelum ia menjalani pengobatan dan transplantasi ginjal nantinya, ia masih bisa meminum penawar rasa sakit untuk sementara.

"Nurut sama Mama Papa lo. Bagaimanapun juga yang dia saranin, itu yang terbaik," ujar Yoga tegas.

Audrey menggigit bibir bawah nya. Air mata cewek itu luruh seketika.

Ia menunjukkan sisi lemahnya ke arah kekasihnya itu.

Yoga memeluk Audrey dengan erat, seraya mengelus puncak kepala kekasihnya itu dengan rasa sayang.

"Hiks-gue-gue belom siap, Ga. Gue takut. Lebih baik, untuk saat ini gue jalanin kemoterapi dulu aja," Isak Audrey.

Yoga menatap rambut Audrey yang rontok itu. Cowok itu tersenyum.

Senyum itu lagi.

"Walaupun fisik lo gak sama seperti sekarang nantinya, gue bakalan tetep di sisi lo. Sampe kapanpun." Ada jeda. "Meskipun gue tau lo belum lupain Ravael." Lanjut Yoga.

Audrey semakin menumpahkan isakannya di dekapan kekasih nya itu. Kurang apa dirinya di dalam hidup Audrey? Yoga terlalu baik untuk dirinya. Sedangkan dirinya? Audrey sama sekali tidak bisa untuk mencintai Yoga. Sudah di paksa, sudah di jalankan, sudah berusaha. Tapi tetap saja hatinya hanya untuk masalalu nya itu.

Yoga menguraikan pelukannya. Memegang bahu Audrey dengan tatapan menyemangati.

Yoga tersenyum lebar. "Semangat! Lo pasti bisa. Seengaknya di dunia ini banyak banget yang sayang sama lo. Gak ada yang lebih berarti di dunia ini dari pada kehidupan dan gak ada yang lebih berharga dari diri kita sendiri. Tetep percaya diri," ujar Yoga memberi semangat ke arah kekasihnya.

Audrey tersenyum.

"Makasih."

•••••••••

"Syutt! Syut! Oy," bisik Chatrine ke arah Ferisha yang tepat duduk di belakang nya.

Ya,kini mereka semua tengah melaksanakan ujian kenaikan kelas. Sebentar lagi Audrey dkk ingin menginjakkan kakinya ke kelas 12 dan di ruangan ini lah mereka semua berusaha berlomba lomba untuk mendapatkan nilai yang terbaik.

Chatrine sedari tadi ketar ketir membaca soal soal matematika di hadapan nya.

Ingin rasanya ia membakar kertas tersebut. Dirinya jengkel. Pelajaran yang malam ia pelajari sama sekali tidak keluar. Lebih tepatnya tidak ingat rumusnya.

Without You✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang