"Park Chanyeol, keluarlah dari kelas"
Saat itu juga, aku menyadari gerombolan anak-anak baru yang lewat dari jendela kelas.
"Ada yang mencarimu"
Oh ternyata. Kukira aku benar-benar dikeluarkan dari kelas.
Saat aku membuka pintu kelas, koridor cukup ramai karena kusadari kalau anak-anak baru cukup banyak. Emm, mungkin mulai sekarang aku harus mulai memanggil mereka kelas satu. Yah, bagaimanapun mereka sudah resmi menjadi siswa disini.
Tapi yang membuat aku heran, wajah mereka tidak ada yang semanis Kyungie-ku. Meskipun saat ini dia sedang melotot 'manis' padaku sambil menyodorkan lipatan dasi yang aku yakin itu milikku.
"Hyung makan apa, sampai jadi pelupa begini"
Ah, lihat kan? Kyungie-ku perhatian sekali. Dia menanyakan makanan apa yang aku makan. Meskipun itu hanya untuk menyindirku. Tapi tetap saja dia menanyakannya.
"Ah iya. Sekarang baru terasa, kalau aku tidak pakain dasi" aku mengambil dasiku dari tangannya dan secepat kilat mencuri pipinya. Hanya menepuknya pelan, dan itu membuatku gemas sendiri.
Bugh!
Kyungsoo memang anak yang suka balas budi. Makanya ia membalasku dengan 'tepukan' serupa pada bahuku. Dan itu cukup sakit mengingat aku sampai terhuyung. Yah, Kyungsoo suka 'menepuk' aku dengan mengepalkan tangannya.
Kakak tingkat di sampingnya terkikik dan aku bisa lihat itu karena wajahnya yang mirip kucing itu memerah. Kalau aku tidak salah, namanya seperti Kim Minseok, dia salah satu ketua kelas tambahan. Aku mengenalnya sebagai Xiumin Hyung.
Kyungsoo berlalu setelah memukulku. Dan aku kembali memasuki kelas yang sudah tidak begitu ramai. Baekhyun sudah berhenti bernyanyi dan mungkin Chen sudah selesai membacakan sajaknya, karena itu aku tidak harus menanggapinya lagi atau mengiringi Baekhyun.
Keduanya menoleh padaku, dan aku menggeleng sambil memasukkan dasiku kedalam saku celana alih-alih memakainya.
Sebenarnya aku sengaja menitipkan dasiku pada Kyungsoo dan beralasan sedang gerah dan akan memakainya di bus nanti. Aku sudah terbiasa tidak memakai dasi, bahkan rupanya masih baru sekarang karena memang tidak pernah dipakai.
Baekhyun masih menuntut dengan matanya benar-benar sipit itu. Dagunya berkali-kali mengangguk.
"Dasi," ucapku lirih.
Entah spontan atau apa, Baekhyun menyentuh dadanya dan meraba kerah seragamnya. Lalu mulutnya membentuk huruf O sambil mengangguk mengerti.
Baekhyun juga tidak memakai dasi, omong-omong.
Guru didepan sana sudah mengoceh, sedangkan aku bersama Chen dan Baekhyun sibuk bermain batu kertas gunting. Aku tidak ikut campur pada pemilihan pengurus kelas, menurutku membuang waktu saja.
Ada diantara mereka yang ingin menjadi pengurus kelas, tapi tidak mau mengatakannya, malah menyebut kadindat lain yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Dan pada akhirnya, saat pengurus kelas sudah dibentuk, mereka keberatan dengan cara pengurusan mereka. Ini banyak terjadi di kalangan anak perempuan.
Bel sekolah berbunyi, dan aku sudah menghabiskan hampir separuh minumanku di kantin. Masih bersama Chen dan Baekhyun.
Aku tidak membolos. Di kelas, guru hanya mengatakan hal-hal yang tidak penting dan tidak berfaedah. Karena aku haus dan lapar, maka lebih baik aku ke kantin, setidaknya ini berfaedah untuk perutku.
Dan karena aku teman yang baik, maka aku mengajak Chen dan Baekhyun.
Aku tidak salah kan?
Tidak banyak anak kelas satu yang datang ke kantin, dan aku tidak melihat Kyungie-ku. Mungkin ia sudah menelusup ke dalam rak buku di perpustakaan.
Aku sedang tersenyum membayangkannya duduk tenggelam diantara rak buku saat Chen menepuk bahuku.
"Itu Kyungsoo bukan?"
Mataku melesat kearah yang ditunjuk Chen. Di koridor depan kantin, aku melihat Kyungie-ku berjalan dengan tumpukan buku di pelukannya. Juga dua anak lain disampingnya membawa barang serupa.
"Kyungsoo siapa?" tanya Baekhyun. Chen kemudian menceritakan Kyungsoo yang adalah Dosaeng-ku. Lalu mereka membahas ketidakcocokan Kyungsoo sebagai adikku. Peduli setan!
Setelah mendengar kabar-kabar pulang pagi, aku dan Chen mengambil tas dan melemparnya melalui jendela kelas yang mengarah keluar pagar sekolah.
Kami berpisah dengan Baekhyun karena anak itu punya cara sendiri untuk membolos. Aku dan Chen keluar lewat pintu belakang yang biasanya hanya dilalui petugas kebun. Dan segera memungut tas kami yang tergeletak kemudian lari menuju halte bus.
Dengan cup bubble tea ditangan kami masing-masing, aku dan Chen menunggu bus dengan bermain menghitung orang-orang yang memakai kaus kaki panjang sebelah.
Kemudian anak-anak lainnya yang mulai berdatangan. Saat aku melihat salah satu anak yang bersama Kyungsoo di koridor depan kantin, rasanya jantungku jatuh berdebum ke dasar perut. Aku baru teringat Kyungsoo!
Aku berlari meninggalkan Chen begitu saja. Di depan gerbang sekolah, Kyungsoo berdiri menggenggam bukunya dengan mata tajam terpincing meneliti setiap siswa yang melewatinya.
"Kyung!" tegurku sambil menepuk bahunya. Kyungie-ku terperanjat mungkin karena kaget. Lalu matanya membulat melihatku dari luar gerbang.
"Hyung kenapa dari luar? Aku tadi ke kelas Hyung, tapi sudah kosong. Pasti Hyung bolos kan?!"
Ih, aku gemas sekali dengan mulutnya yang mengomel dengan cepat itu. Tanpa sadar tanganku melayang mencuil dagunya.
Bugh!
Dadaku didorong sampai aku terhuyung. Dan Kyungsoo menggandeng tanganku dan berjalan menuju halte bus. Lalu kami bergegas memasuki bus karena hampir saja supir sinis itu menjalankan busnya.
Di dalam bus sudah penuh sesak, hanya tersisa satu bangku yang segera aku duduki sebelum Kyungie mendapatkannya. Aku beri dia cengiran dan ia memutar bola matanya. Aku gemas, Ya Tuhan!
Kyungsoo berdiri di samping kursiku, dan aku adalah orang yang jahil. Ku rengkuh pinggang Kyungie-ku dan menariknya hingga ia duduk di pangkuanku.
Kaki Kyungsoo sempat menendang udara dengan bebasnya, bahkan hampir mengenai kepala seseorang yang duduk di bangku seberang. Mungkin saking terkejutnya, Kyungsoo tidak memukulku sama sekali.
"Hyung!!" pekiknya tertahan. Selanjutnya ia duduk diam dipangkuanku. Seorang Yeoja senior disampingku sudah menatap risih, tapi, peduli setan!
Aku memeluk perut Kyungsoo yang masih terdiam. Beberapa kali kuajak Kyungsoo bicara tapi dia masih diam. Nah, marah ini yang tidak aku sukai.
Setelah turun dari bus, kami berjalan menyebrangi persimpangan menuju rumah. Aku sudah berkali-kali mengajaknya bicara dan Kyungie masih diam. Bahkan saat membuka gerbang rumah, Kyungsoo tidak menghiraukanku. Selalu setelah aku memasuki gerbang, ia akan berbaik hati mengunci kembali gerbang. Karena aku selalu berlari masuk mendahuluinya.
Tapi tidak kali ini, Kyungsoo benar-benar meninggalkan gerbang yang mau tidak mau aku yang menguncinya.
"Eomma, aku pulang" serunya. Aku masih bisa melihat ujung sepatunya di ujung tangga disusul suara pintu kamarnya yang tertutup.
Biasanya Kyungie akan mengatakan 'kami pulang'. Itu artinya dia benar-benar marah sekarang.
Eomma berjalan dengan apron melekat padanya. Tentu saja dari dapur. Apa yang kau harapkan ha?!
"Kau apakan Kyungsoo, Park Chanyeol?"
Saat Eomma menyebut seluruh komponen namaku, itu artinya aku sedang dalam musibah.
Aku bahkan belum melepas kaos kakiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Park Siblings
Fanfiction.. Selamat datang.. This my first story. Dont judge, and just fanfict. Chansoo Shipper, okay. Tapi ini bukan romance, sorry. Cerita ini tentang Brother Ship. Okay, just read. Bacalah 1-2 part dulu, kalau suka lanjutkan dan dukung aku. Tidak suka...