22

914 115 66
                                    

Chanyeol POV.

.
.

"Dengar-dengar, Naehyun akan pindah sekolah"

"Mwo? Kenapa-maksudku, benarkah?"

Kyungsoo mengangguk mengiyakan. Lalu aku bimbang sendiri dengan segala pikiranku tentang anak centil itu.

"Sayang sekali" gumamnya. Apanya- "Padahal dia baru saja masuk sekolah, apa yang membuatnya ingin pindah ya Hyung?"

Ooh.. Kukira dia menyayangkan tidak bertemu dengannya lagi.

"Mana ku tahu, mungkin saja ia tidak memiliki teman?" tebakku. Kemudian Kyungsoo terdiam, seperti mengingat sesuatu.

"Tapi memang sepertinya ia tidak memiliki banyak teman, selalu menempel pada Sehun yang selalu bersama Kai"

Dipikir-pikir, betul juga. Tapi kenapa berani sekali dengan anak lelaki? Taerin memang berani dengan anak lelaki, tapi bukan untuk menye-menye dan bertingkah polos, lugu dan centil, tapi berusaha menggebuk dan mencari masalah.

Memang sih ia sedikit berusaha pada Lay Ge. Tapi hanya padanya saja, selebihnya tidak ia anggap lelaki mungkin?

Kalau Naehyun, anak itu dekat dengan Taerin yang sekalian dengan Kai adiknya. Juga pasti sepupunya si Setan Albino kecil itu. Bahkan keduanya tetangga apartemen.

Belum lagi ia mengenal adikku lalu menempelinya kemana-mana, dan apa, ia mengklarifikasi pada teman-temanku kalau aku adalah tipe idamannya.

Dia bahkan banyak bicara dengan teman-teman lelakiku.

Bukankah bagus jika dia pindah sekolah?

Tiba-tiba pintu kamar Kyungsoo terbuka, disana ada Lay-ge yang melongok dari celah pintu.

"Boleh aku buka pintunya?"

"Err.. Sebenarnya kau telah membukanya, ge" sahut Kyungsoo.

Lay-ge menatap daun pintu lalu menggaruk pelipisnya yang mungkin tidak gatal.

"Masuklah, ada apa ge?"

Lay-ge kemudian meninggalkan pintu dan bergabung bersama kami. Aku masih menatapnya diam, sedang mengamati yang sepertinya ia sedang bingung.

Apakah dia masih memikirkan pintu yang telah dibukanya tadi atau-

"Aku lupa mau apa kemari"

-seperti biasa.

"Lay-ge! Gege! Dimana ge! Gege! Maafkan aku ge! Aku tidak sengaja! Gege huaaa! Gege!"

Dari luar keributan datang bersama suara tangis Tao. Anak itu masuk ke kamar Kyungsoo dengan langkah berdebum-debum.

"LAY-GE!! HUAA!"

Ia menubruk Lay-ge setelah menemukannya disamping kami, lalu menggerung-gerung seperti orang kesetanan.

"Lay-ge, mianhae. Aku tidak sengaja"

"Aku tidak bisa bernapas, tolong" suaranya teredam tubuh Tao yang mendekap kepalanya erat. Aku dan Kyungsoo berusaha melepaskan dua anak itu.

"Ada apa sebenarnya?"

"Aku sesak" keluh Lay-ge. Aku mengibas udara disekitar wajahnya, terlihat sekali mukanya merah. Kasihan.

"Kau jangan begitu lagi, Tao. Lihat muka Lay-ge," tegurku. Tao masih berusaha mengusap air matanya keras-keras setelah Kyungsoo mengejeknya.

"Sudahlah jangan menangis, kau sudah begini besar"

"Ah aku ingat sekarang, anak itu meneriakiku agar pergi dan menyuruhku untuk segera mati. Lalu ia menendang pintu kamar tepat setelah aku membukanya. Kupikir dia tidak mau lagi sekamar denganku. Makanya aku kemari" jelasnya. Sedangkan Tao, usahanya sia-sia karena air matanya kembali tumpah kemana-mana.

[1] Park SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang