20

1.4K 138 58
                                    

Chanyeol POV.

.
.
.

Termenung. Itulah yang aku lakukan semejak bebaring di kasur Kyungsoo. Adikku sudah mendengkur pulas disampingku, membelakangi dan meringkuk berkerubut selimut hampir mencapai telinganya.

Masih terngiang ditelingaku perkataan Baekhyun yang sempat bertemu Naehyun dan membicarakan tentang tipe idamannya. Aku merasa sangat bersalah pada Kyungsoo, bagaimanapun aku terlihat seperti orang ketiga.

Tapi, hei. Memangnya apa yang aku lakukan? Aku tidak mendekatinya atau berusaha menacari perhatiannya. Yang aku lakukan adalah membantu adikku mengejarnya.

Lagian aku tidak akan balas menyukainya, toh sebenarnya dia bukan tipeku. Gadis pendiam yang ternyata centil.

Kulayangkan kakiku untuk mendekap Kyungsoo, memeluknya dari belakang. Menindih wajahnya dengan lenganku dan berniat tidur.

Belum sempat aku terlelap, suara gonggongan Toben dan Moekmol terdengar di lantai bawah.

Sesaat aku mendiamkannya, tapi kemudian suaranya mendengking dan entah siapa yang satunya menggonggong lebih keras.

Aku beranjak berdiri diikuti Kyungsoo yang rupanya ikut terbangun. Keluar dari kamar yang ternyata Appa sudah keluar lebih dulu.

"Apa itu?" tanya Appa, aku mengedikkan bahu sementara aku tidak ingat lampu lorong dimatikan, jadj mungkin Appa tidak melihat kedikanku.

Kami bertiga berbondong-bondong turun menyusuri keremangan, di dinding anak tangga aku meraih saklar lampu dan ruang keluarga di lantai atas dan ruang tamu terang benderang.

Sesaat setelahnya Kyungsoo berlari ke pintu teras sambil meneriaki Toben dan Moekmol. Aku tentu mengejarnya, sementara dengkingan dan gonggongan mereka makin menjadi.

Begitu terkejut ketika melihat Moekmol menggonggongi jendela, sementara Toben terpincang-pincang dengan dengkingannya yang pilu. Kyungsoo mendekap Toben dan memangkunya, aku menghampirinya dan membawa Moekmol mundur dari jendela.

Sementara Appa menggapai pintu dan menghambur keluar dan berlari entah mengejar apa.

"Hyung.." Kyungsoo meratap, menunjukkan bercak darah yang aku yakin milik Toben. Anjing itu mendengking-dengking sambil menggaruk dada Kyungsoo. Anak itu hampir menangis ketika Eomma dan Lay-ge menghampiri kami.

"Ada apa? -Omo!" Pekik Eomma.

"Kyungsoo, bajumu.. " desau Lay-ge.

Kyungsoo benar-benar menangis ketika melihat piama putihnya berkubang darah, Toben masih mengais-ngais dadanya.

Aku masih diam, entah harus berbuat atau bicara apa. Toben dan Moekmol adalah hadiah dari Eomma dan Appa, aku diminta untuk merawat mereka bersama Kyungsoo.

Anak itu awalnya biasa-biasa saja melihatku mengurus dua anjing kembar itu, tapi makin kemari ia makin sering terlihat menjunjung salah satunya atau dua-duanya sekaligus.

Membawanya bermain dan kadang membuat bola-bola benang bersama Eomma.

"Bawa ke dokter hewan, sebentar Eomma ambil kunci" ujar Eomma. Moekmol melompat dari pangkuanku untuk menghampiri Toben.

Duduk didepan Kyungsoo yang masih bersimpuh menangis sesenggukan. Aku bangkit untuk menuntunnya berdiri menuju garasi.

Didepan gerbang terlihat Appa sedang berbicara bersama beberapa tetangga yang mendengar keributan, datang juga petugas keamanan kompleks.

Aku merangkul bahu Kyungsoo untuk memasuki mobil bersama Toben dalam pelukannya, aku menitipkan Moekmol pada Lay-ge.

"Hyung.. " aku tidak tega melihat Kyungsoo meratap sampai terbungkuk-bungkuk. Aku menggapainya agar bersandar padaku.

[1] Park SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang