4

1.9K 218 1
                                    

"Aku pintar mengupas kentang loh," ucapku. Kyungsoo menyerahkan pisau padaku dan pergi meninggalkanku sendirian di dapur.

Dilain kesempatan, aku menemukan Kyungsoo sedang membersihkan lensa kacamatanya. Lalu aku menggodanya.

"Kau lebih bundar jika memakainya"

Kemudian ia pergi setelah memakai kacamatanya yang aku yakin baru sebelah yang dia bersihkan.

Selanjutnya, aku memergoki Kyungsoo di dapur, sedang makan meski sudah hampir tengah malam. Dengan sebuah buku di tangannya sedangkan mulutnya sibuk menyeruput ramen.

"Aha! Sekarang aku tahu kenapa kau semakin gendut,"

Kyungsoo sedikit kaget pastinya, karena suaraku begitu keras saat malam hari seperti ini. Mungkin Eomma dan Appa terbangun juga.

Tapi Kyungsoo hanya menoleh sejenak dan kembali membaca bukunya. Aku memutuskan duduk disamping Kyungsoo, dan pura-pura tertarik dengan isi bukunya.

Kyungsoo melirikku dan menggeser mangkuk ramennya yang masih separuh ke hadapanku. Aku tentu dengan senang hati menyambutnya. Ku rebut sepasang sumpit dari tangannya.

Sesaat kemudian aku teringat kalau Kyungsoo sedang marah padaku. Kuberanikan diri melihatnya.

Duduk tegak, masih bersama bukunya.

"Kyung"

Tidak ada respon. 

"Kyungie" tegurku lebih keras. Ia mengangkat kedua alisnya, tanda ia mendengarku.

"Maafkan aku. Tentang aku membolos dan menjahilimu di bus tadi" ucapku lirih. Tanganku tidak bisa untuk tidak memainkan sepasang sumpit. Sambil menatap Kyungsoo penuh harap.

Kemudian Kyungie-ku menghela nafasnya dan menoleh padaku.

"Sudahlah, Hyung. Habiskan ramenmu dan segera tidur. Aku sudah memaafkanmu, hanya saja aku masih kesal saat kau menarikku duduk tadi" gerutunya.

"Tapi aku sudah meminta maaf" tentu aku membela diriku dulu.

"Dan aku sudah memaafkanmu sebelum kau punya pikiran meminta maaf. Sudahlah cepat habiskan ramenmu" aku suka sekali melihatnya mengomel begini.

"Tapi ini ramenmu" godaku lagi sambil memainkan sumpitnya.

"Jangan mulai lagi, Channie Hyung" balasnya datar.

Malam ini, Park Chanyeol ini berdamai dengan Park Kyungsoo. Dan aku merayakannya dengan cara menyetel lagu-lagu lewat speaker di kamarku dan aku bersenang-senang.

Sebenarnya aku sudah memastikan alat peredam suara kamarku. Dan aktif. Tapi entah kenapa Eomma beserta Kyungsoo menggedor pintuku dengan brutal.

Katanya aku menganggu sekali.

"Anak apa kau sebenarnya?! Sadarkah kau ini pukul berapa?! Kenapa kau membuat konser tengah malam begini?! Kau sedang berpesta dengan para hantu, heh?!"

Begitulah.

Pada akhirnya Appa menyita speakerku. Eomma serta Kyungsoo tersenyum puas karenanya. Dan aku? Biasa saja.

Oh ayolah, aku masih mempunyai segudang cara untuk merayakan apapun yang aku mau.

Ingatkah kalau kegunaan headphone untuk apa?

Paginya aku linglung. Sungguh.

Rasanya baru saja aku menggulung kabel headsheat dan meletakan benda itu di nakas. Tanganku menggapai saklar lampu dan memejamkan mata setelahnya.

Aku yakin sekali aku belum sempat merapatkan selimut dengan benar. Tapi ketukan pintu kamarku kembali terdengar. Kupikir mereka masih bisa mendengar suaraku bernyanyi tadi.

Tapi terlihat Kyungsoo di ambang pintu dengan seragam sekolah. Tangan kanannya menjinjing tas sedang tangan satunya menjinjing sepatu.

"Hyung sedang apa disana?! Cepat bangun dan bersiaplah. Ya ampun, Hyung!"

Begitu katanya.

Pagi ini Kyungsoo benar-benar banyak bicara. Tepatnya mengiringiku yang tergesa menyiapkan ini itu. Kujejalkan segala alat sekolahku yang hanya seberapa.

Omelannya benar-benar tidak membantu sama sekali. Belum lagi saat berpamitan dengan Eomma, telingaku ditariknya cukup keras. Sakit tentunya.

Masalah selanjutnya adalah seisi bus menatap nyalang padaku dan Kyungsoo. Belum lagi supir kemarau didepan sana. Bisa ku hitung lipatan wajah keringnya dari bangku belakang.

Sempat Chen menyapaku dari bangku di depan sana. Sapaan sarat akan sarkasme tentunya.

Di sekolah belum habis perkara. Baekhyun tanpa sengaja melesatkan karet gelang dari belakangku, dan itu mengenai telingaku yang jujur sangat pedas rasanya. Dan perlu diketahui bahwa ini telinga yang sama dengan yang Eomma tarik tadi pagi.

Dengan luwes, aku mengumpat dengan kasar. Sialnya, aku mengumpat saat guru di depan sana menanyakan sesuatu.

Tidak perlu tahu apa yang aku ucapkan. Tapi rupanya cukup kasar hingga membuatku keluar dari kelas.

Jujur saja aku sudah terbiasa. Aku tidak berkeluh kesal sambil menempelkan punggung dengan tembok dan merosot duduk dengan dramatis. Ouh, tidak. Aku tidak sepintar itu bermain drama.

Kejadian seperti itu hanya pada cerita-cerita drama. Oh ayolah, ini hanya dikeluarkan dari kelas.

Bahkan saat kelas satu kemarin, sebanyak biji jangung aku dikeluarkan dari kelas.

Melangkah tanpa beban menuju kantin. Bedanya, aku sedikit menghibur diri dengan berkeliling koridor sekolah.

Saat melewati kelas Kyungsoo, aku mendapati anak itu sedang berdiri di depan papan tulis dengan tangan meliuk bersama spidol di permukaan papan tulis.

Sudah aku katakan. Kyungsoo, dongsaeng-ku itu anak pintar bukan?

Dari balik kaca jendela ini aku bisa melihat beberapa anak menulis dengan berapi-api. Entah kapan terakhir kali aku berkelakuan seperti itu. Penuh semangat belajar.

Ada juga dua anak yang kemarin aku lihat berjalan dengan Kyungsoo. Mereka sibuk dengan acara batu-kertas-gunting yang mereka lakukan di bawah meja.

Beberapa kali mereka saling menjitak kepala diam-diam. Saat salah satunya terlalu keras menjitak hingga wajah satunya menubruk meja dengan dramatis.

Aku terbahak tanpa tahu diri. Alhasil seluruh atensi di kelas Kyungsoo mengarah padaku. Bahkan guru di dalam sana melongokkan kepalanya. Aku malu seketika.

Dengan mengumpat lirih, aku membungkuk sebentar lalu lari menyusur koridor.

Sampai di kantin, aku cukup terkejut melihat Chen dan Baekhyun sudah duduk disana.

"Kenapa-"

"Kau darimana saja, Chan? Kukira kau pulang tanpa membawa tas-mu" Chen menyambar cepat.

"Aku keliling sebentar tadi, lalu mau apa kalian kesini?"

"Uh, aku tidak enak padamu Chan. Gara-gara karetku tadi kau jadi keluar kelas"

"Santai saja, Baek. Aku sudah biasa keluar dari kelas"

"Kubilang juga apa" Chen menimpali.

"Aku tadi membuat sedikit keributan agar bisa menyusulmu, tapi kemudian Chen beralasan perlu ke kamar mandi untuk menemaniku kesini"

Baekhyun kemudian bercerita apa-apa yang guru katakan setelah aku keluar dari kelas. Yang membuatku meledak, kata Baekhyun, guru itu menyebut-nyebut tentang didikan orang tuaku.

Bah! Omong besar!

Tahu apa dia tentang Eomma Appa?

Guru terbaik di dunia adalah Eomma dan Appa.

[1] Park SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang