(Republish, judul sebelumnya: AlTar)
𝐅𝐚𝐭𝐚𝐥 𝐂𝐡𝐚𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠
Yang namanya geng penggila tawuran pasti selalu mendapat perspektif buruk di mata manusia tukang julid. Itu namanya hukum alam. Cybertron memang geng beken di kalangan anak muda, ikat...
Akhirnya bisa update juga. Jangan lupa komen yang banyak yaa biar aku makin semangat update lagi 😆 Semoga part ini bisa menghibur di tengah jadwal kalian yang padat atau santai 🔥
Happy Reading ❤❤
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
20. Identitas Raider
“Tantangan kali ini lebih ekstrem karena melewati jalan besar, gue harap lo bisa lebih berhati-hati, Ra. Jangan sampai diri lo sendiri atau orang lain terluka, paham? Minimalisir terjadinya kecelakaan, jangan bebal kalau ngerasa enggak memungkinkan untuk menambah kecepatan, keselamatan lo jauh lebih penting dari pada sekedar menang atau kalah,” pesan Alfrey dengan penuh penekanan di setiap intonasi suaranya.
Tara mengangguk paham. Bagaimana pun dia juga memperhitungkan keselamatan agar esok pagi tetap bisa melihat matahari terbit di dunia yang kejam ini.
“Gue enggak ngerti, kenapa lo pilih jalur yang beresiko kayak gini. Apalagi, lawan lo malam ini juga menekankan syarat; baik lo atau pun dia, sama-sama enggak dilindungi semacam asisten, bodyguard, atau sejenisnya. Murni, yang ada di arena nanti cuma kalian berdua, dan dipantau lewat kamera pengawas di beberapa wilayah,” jelas cowok berbalut kaus hitam itu. “Agak mencurigakan.”
“Bukannya itu peraturan umum dalam balapan? Jadi gue gak perlu heran,” jawab Tara yang tetap tenang sambil mengamati situasi di sekitarnya. Para penonton dan supporter dari masing-masing kubu berkumpul di pinggir jalan bak serdadu.
“Yah, kalau itu memang peraturan umum, kenapa dia perlu memastikan ulang?” Alfrey melipat tangannya di depan dada.
“Kewaspadaan sebelum melakukan sesuatu itu penting.”
Jika Tara tidak curiga dan sudah memperhitungkan itu semua, maka Alfrey tak memiliki pilihan selain yakin pada cewek di sebelahnya.
Seseorang mengetuk kaca helm Tara, membuatnya langsung menoleh dan mendapati cewek bermasker hitam berdiri di sebelahnya. Cynthia menyimpan kunci motor KLX-nya di dalam saku celana sebelum berbicara dengan nada rendah, “Jalan yang bakal lo lintasin nanti udah gue cek, kamera pengawas juga aman-aman aja, kok. Tapi tetap ingat untuk selalu hati-hati,” katanya.
“Lima kamera pengawas di lintasan awal, enam di area jalan besar, lima di lintasan akhir menjelang garis finish. Semuanya dalam keadaan aktif. Mirana juga udah gue kasi tau soal ini.” Cynthia mengeluarkan selembar kertas dari saku celananya dan menyerahkannya pada Tara. “Ini untuk titik-titik lokasinya.”
“Lo tau dari mana?” tanya Tara sambil membuka lipatan kertas di tangannya.
“Gue sempat liat rekaman kamera pengawas, dari situ gue bisa memperkirakan posisinya. Jadi, setelah tadi gue cek langsung, memang analisa gue terbukti.” Tara hanya mengangguk sebagai jawaban.