19| The Dark World

29.2K 1.2K 289
                                    

❤❤❤

❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19. The Dark World

“Bayangan penuh luka itu tidak akan pernah hilang, jika kamu tidak beranjak pergi darinya.”

I love you, sosiologi!” Soya berkali-kali mencium kertas ulangan harian sosiologi nya dengan penuh cinta. Suatu fenomena alam yang mengagumkan ketika Soya mendapat nilai 90 dalam sejarah hidupnya hingga sekarang.

Nilai segini saja sudah sangat susah untuk dia raih, apalagi nilai sempurna. Soya bisa sujud syukur bila mendapat nilai 100 dalam ujian, satu mata pelajaran saja pun tidak apa-apa, terlebih matematika dan kawan-kawannya.

“Aruna, lo dapet berapa?” tanyanya ketika melihat ekspresi temannya begitu manyun tepat di belakangnya.

Aruna menghela napas dan membalikkan lembar ujiannya menghadap Soya. “Delapan setengah. Padahal lo nyontek sama gue, tapi kenapa nilai lo lebih besar?!” protesnya.

“Heh, nyontek sama lo? Gue cuma tanya satu soal aja, kok, itu pun salah,” bela Soya.

“Lo dapet nilai berapa, Egu-chan?” Eguchi membalikkan lembar jawabannya menghadap Soya. “Delapan lima? Tapi bukannya itu cuma salah dua? Harusnya sembilan puluh, kan?”

Eguchi mengangguk kemudian beranjak dari tempat duduknya di sebelah Aruna dan melangkah ke meja guru untuk mengajukan perbaikan nilai tanpa bicara lebih jauh.

“Dia gak suka sama gue, ya? Apa gue terlalu banyak bicara?” tanya Soya dengan pandangan tak enak hati tertuju pada cewek berambut sebahu di depan kelas.

“Eguchi memang kayak gitu,” jawab Aruna seraya menyimpan kertas ujiannya ke dalam tas ungu pastelnya.

“Udah lewat beberapa minggu gue kenal dia, tapi kayaknya enggak pernah Eguchi ngomong duluan ke gue.”

Aruna pun tak tahu harus berpendapat apa soal ini. Pandangan cewek itu mengarah pada bangku kosong di sebelah Soya. Terdapat selembar kertas yang di balik di atasnya, dia pun kembali buka suara, “Tara ke mana?”

Soya mengedikkan pundak. “Izin ke toilet mungkin.” Cewek berbando biru itu melirik kertas ulangan milik Tara yang tergeletak begitu saja di atas meja bersama dengan sebuah buku catatan. “Nilai ulangan Tara berapa, ya?” tanyanya pada Aruna.

“Enggak tau, tanya nanti aja.”

Soya tidak bisa menunggu sampai Tara kembali, dia penasaran. Teman sebangkunya itu jarang aktif di dalam kelas ketika guru menjelaskan atau bertanya, hanya sesekali mencatat dan selebihnya memperhatikan. Tidak mungkin dengan kebiasaannya yang seperti itu Tara mendapatkan nilai tertinggi.

Harap-harap cemas agar Tara tidak datang dalam waktu dekat, Soya sedikit menyingkap kertas ulangan di sebelahnya. Angka 1 yang pertama dia lihat, kemudian angka nol. Ah, apa mungkin Tara mendapat 10? Berarti cewek itu harus mengikuti remedial. Terselip rasa bangga dalam benak Soya karena berhasil melampaui siswi yang menyandang peringkat pertama dalam ujian masuk sekolah beberapa minggu lalu.

CYBERTRON: A Raider Is The BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang