16| Pukulan Tenaga Dalam

26.2K 1.2K 303
                                    

Mohon maaf karena aku gak update selama seminggu ini yaa, aku masih kekurangan ide buat susun konflik jadi cari referensi dulu 🙏🙏🙏 makasi banyak yang udah nunggu.

Maunya hari ini aku double update, tapi waktu udah mepet dan part ini nyaris 4000 kata ://
Jadi, biar kalian gak tergesa-gesa baca, aku undur double update nya. Nanti kalau memungkinkan aku bakal double update 🔥

Happy Reading, jangan lupa ramaikan part ini yaa ❤❤❤

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. Pukulan Tenaga Dalam

“Bogeman lo memang sakit, tapi kenapa penolakan lo lebih sakit lagi?”

Pukul 1 dini hari, Yama merasakan angin malam membelai halus kulitnya. Kedua tangannya terlipat di atas penyangga balkon yang terbuat dari besi dengan pandangan lurus mengamati langit yang tampak begitu luas dari balkon kamarnya. Yama tidak tahu sejak kapan dirinya memiliki insomnia, tapi akhir-akhir ini dia merasa sulit terlelap di tengah malam.

Sebelah tangan cowok itu menyentuh sudut bibirnya yang terluka. Dia masih bisa merasakan rasa darah akibat luka yang dia dapatkan, tapi itu mampu membuatnya menyeringai.

Tara itu… orang yang aneh sekaligus menarik. Medan magnet miliknya sudah menarik Yama terlalu jauh. Tapi sayangnya, Yama tidak bisa melibatkan perasaan pribadi ke dalam urusan semacam ini.

Cowok itu memandang gantungan kunci tengkorak yang berada di genggaman tangan kirinya. Ingatannya berputar pada kejadian siang hari tadi di halaman belakang sekolah. Insiden yang membuatnya jengkel setengah mampus!

“Hah? Ada perlu apaan?” Dengan gaya congkaknya yang berbeda dari biasanya, Tara melipat tangan di depan dada dan bertanya setelah keduanya sampai di tempat tujuan pilihan Yama.

Cowok itu tak langsung bicara, tampak sedikit ragu seolah semua ucapannya tertahan di tenggorokan. Yama hanya memandang Tara di depannya. Cewek itu sudah banyak berubah beberapa waktu belakangan ini, seharusnya itu pertanda yang bagus. Iya, tapi entah kenapa Yama merasa resah.

Apa jika dia mengembalikan gantungan kunci ini sekarang, Tara akan membentaknya dan yang paling buruk justru memukulnya?Atau mungkin dia hanya mengomel sedikit dan menceramahi Yama karena tidak langsung mengembalikan gantungan kunci miliknya?

“Lo bakal marah, gak, ya,” kata Yama.

Tara justru terbahak. “Lo takut gue marah? Hahahaha, lo kejedot tiang juga, ya, kayak gue? Makanya jadi aneh.”

Secuil hati Yama takut kehilangan tawa itu. “Ngapain gue takut? Gue cuma nebak-nebak. Emang lo bisa apa kalau lagi marah?”

Tara meredakan tawanya. “Gue, sih, gak bisa apa-apa.” Tapi Tara yang bisa, bisik Manda.

CYBERTRON: A Raider Is The BosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang