Aku masih bersembunyi di balik tembok, melihatnya yang sedang mengawasi Nadira yang berjalan meninggalkannya.
Aku menunggunya sampai agak jauh, kemudian aku memberanikan diri keluar dari tempat persembunyianku untuk menghampiri sosok tinggi yang selalu dipuja di lapangan basket itu.
"Kalo gue bilang gue suka sama lo gimana?" celetukku asal padanya dengan pandangan polos yang menatapnya tanpa dosa.
"Hah? Apa lo bilang?"
"Bukan 'hah,'" ulangku, "Kalo gue bilang gue suka sama lo gimana?"
Aku bisa melihatnya bingung.
Tangan kukuhnya itu menghampiri wajahku. Dia meletakkan punggung tangan kirinya di keningku, sementara tangan kanannya memegang keningnya.
"Lo masih demam ya? Belom sembuh kan?" terkanya, "Bisa kena omelan Ledwin sama bokap-nyokap lo nih gue kalo emang lo masih sakit. Nanti kita ke dok--"
Aku membuang tangannya dari keningku. "Ih apaan sih? Gue sehat tahu! Lu aja yang lebay!"
"Kalo sehat kenapa tiba-tiba lo ngomong kayak barusan?" tanyanya balik sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Lo masih ngawur, dan lo masih belom sehat. Nanti kita ke dokter titik!"
Kalimat imperatifnya yang terakhir membuatku geram.
Emangnya siapa yang sakit sih? Aku sehat kok! Sembarang nuduh aja!
"Nggak mau. Gue udah sembuh! Sehat walafiat, jasmani dan rohani, dunia-akhirat kok!"
Akhirnya dia mengembuskan napas panjang dan berkata, "Ya udah. Balik ke kelas lo gih sana."
"Lo belom jawab pertanyaan gue tadi."
"Emang perlu dijawab?"
Aku hanya menatapnya, tidak mengatakan apapun, tapi dia tahu bahwa aku menuntut sebuah jawaban darinya atas pertanyaan yang asal kuucapkan tadi.
"Ya udah, sekarang gue tanya balik."
Tanya balik?
Mau tanya balik apaan dia emangnya?
"Kalo gue bilang gue yang suka sama lo gimana?"
Glek!
Aku menelan ludahku, dan berkedip beberapa kali saat dia menanyakan hal itu padaku balik.
Asha bego! Ngapain coba aku harus tanya gitu ke dia sih?!
Kami berdua akhirnya hening cukup lama. Baik aku maupun dia tidak ada yang mengucapkan kata apapun.
Kami mematung.
---
Hai teman-teman!
I'm back with new chapter of new book. Hehe!
Jadi, beberapa bulan terakhir aku mendapatkan ide untuk menulis cerita genre cinta-cinta SMA gitu. Ini sebuah tantangan baru buatku karena biasanya aku nulis chicklit, medical romance gitu. Sekali-kali mencoba genre teenlit kayaknya menarik nih!
Jadi, semoga kalian suka dengan cerita Dinda-Gamal-Marco ini ya.
Please kindly give vote and comments to each chapter for feedbacks!!!
With love,
a.p.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wonderful
Teen FictionSudah jadi rahasia umum satu sekolah kalau Dinda suka kepada Marco, dan Marco tidak menyukai perempuan sleboran seperti Dinda. Tapi semenjak Dinda dan Marco terpaksa harus dekat karena sebuah kompetisi piano, semuanya berubah. Dinda Marco kini mulai...