Empat Tahun Kemudian.
"Aku turut senang padamu Sai."Sakura memeluk kekasihnya dengan erat. Sakura tidak menyangka bahwa Sai akhirnya membawakan kabar gembira, mimpi besar pria itu akhirnya tercapai.
"Kau kenal Yamanaka Ino? Si pembawa acara itu? Bukannya dia tunangan sahabatmu itu yah?" Mereka berdua melepaskan pelukan dan bergenggaman tangan menuju restoran untuk merayakan keberhasilan terbesar Sai dalam karirnya.
Ini adalah akan menjadi kado natal lebih awal untuk mereka. Yah, Natal masih 3 hari lagi, tapi ini adalah kado terindah dari Tuhan. Sakura sudah mendukung Sai dari awal pria itu meragukan dirinya. Tapi Sakura tidak melihat adanya kegagalan itu. Sai memiliki bakat natural dan sangat hebat. Ia sangat yakin dengan sedikit usaha dan dorongan, cela dan pintu itu akan terbuka. Sai akan menjadi orang yang memiliki nama terkenal.
"Tentu saja aku tahu. Tapi sayang sekali kami tidak pernah punya waktu untuk mengenal."Sakura menyenderkan kepalanya pada bahu Sai. Berusaha terlihat cuek. Malam ini cuacanya kembali dingin dan walaupun Sakura sudah mengenakan jaket yang cukup tebal, baju berlapis dan syal, ia masih belum bisa menolerir dingin tersebut. Sai memasukkan tangan Sakura kedalam saku jaketnya. Ia bahkan dapat merasakan dingin tangan Sakura dari sarung tangan yang dikenakan perempuan itu.
Sakura tersenyum kecil. Mereka berdua adalah pasangan normal yang sangat bahagia. Wajahnya bersemu menahan malu dan dingin disaat bersamaan. Namun rasa hangat memenuhi dirinya. Sai memang adalah orang yang tepat.
"Dia akan menjadi salah satu model pameranku. Kau tahu Uchiha sekarang sudah terlalu kuat. Lagipula kita harus berterima kasih pada Sasuke. Dia telah membantu banyak kita."Ucapan Sai membuat Sakura berkedip beberapa kali. Serang hangat itu mendadak berubah menjadi cubitan pelan pada jantungnya. Sakura tersenyum kecil.
"Tenang saja sayang, kau juga memiliki lensaku tersendiri."
"Kau benar. Akan ku sampaikan padanya kabar gembira ini."
Sakura tertawa. Apa yang harus ia khawatirkan sekarang? setelah sekian lama ia yakin perasaan itu sudah tidak ada. Sudah hilang bersama kebodohan lalu. Lagipula ia sudah punya Sai sekarang.
"Sebaiknya kita segera masuk sebelum kau mati kedinginan disini."ejek Sai.
...Sakura sedang mengerjakan laporan keuangan ketika notifikasi Skype masuk. Kirio. Anak kecil itu sekarang sudah besar. Namun di mata Sakura, Kirio tetaplah bayi besar yang mencuri kue miliknya di dapur 4 tahun yang lalu.
"Halo bibi."
Sakura dapat melihat senyuman bahagia di wajah Kirio. Seperti biasa, Kirio sangat bersemangat dan menggebu-gebu. Anak ini tidak pernah absen untuk meneleponnya seminggu sekali. Bahkan Sakura tahu ditengah kesibukan anak itu di sekolahnya ia tidak akan melewatkan kesempatan mengganggu Sakura.
"Kirio..."Baru saja ini menanyakan kabar anak itu, tapi sepertinya Kirio sudah tidak sabar untuk memberitahunya suatu hal. Kirio sudah memotong perkataannya dengan cepat.
"Dengar bibi, aku berhasil membuat jembatan!"Serunya dengan bersemangat. Respon Sakura yang pertama adalah terkejut. Namun kemudian Sakura memikirkan proyek sekolah yang di hadapi anak sekolah dasar sekarang sangat luar bisa susah dibanding dirinya dulu.
"Wow. Kirio itu sangat menakjubkan."Ucapnya dengan pujian.
Sakura tidak menyangka jika Kirio kecilnya akan menghadapi tugas membuat jembatan yang sulit. Kirio pasti sangat kesusahan untuk mengatur stik-stik es krim, atau mungkin sedotan, mungkin saja menggunakan lidi. Belum lagi membayangkan anak itu harus mengelem mereka, pasti...
"Jembatan itu akan diresmikan besok Bibi. Aku sangat tidak sabar memberitahumu dari waktu yang sangat lama. Aku menyembunyikannya darimu hihihi."Kirio tersenyum dengan meninggikan semua giginya. Tubuh anak itu terlihat gemetar saking bersemangatnya memberitahu Sakura.
"Diresmikan?"Mendadak Sakura merinding. Jembatan apa yang dimaksud dengan Kirio?
Kirio melihat dengan jelas keterkejutan Sakura, "Bibi tahu jembatan kota yang sedang dibangun itukan? Jembatan yang berwarna merah hati itu!" Seru Kirio.
"Eh, bukan dari stik eskrim, sedotan atau lidi?" pertanyaan Sakura jelas membuat Kirio lebih kebingungan.
"Stik eskrim untuk apa?" tanyanya kebingungan.
Dahi sakura menyerit, "wow Kirio, wow. 8 tahun dan kau mendesain jembatan kota."Sakura sekarang percaya dengan ucapan Sai mengenai pengaruh Uchiha. Sakura kembali terdiam beberapa saat. Kalau bukan karena pengaruh Uchiha, Apa anak SD sekarang sudah sangat sehebat itu? Sakura meragukannya.
"Aku ingin merayakannya denganmu di Restoran. Apa kau punya waktu?"Tanya Kirio lagi.
"Kirio, apa ibumu belum memberitahu mengenai kepindahanku sayang?"Sakura mengigit lidahnya, Kirio pasti sangat kecewa.
"Pindah apa?"
Benar saja, dari raut dan suara yang berubah. Sakura tidak yakin akan mengatakan bahwa mereka sekarang tidak mungkin bisa bertemu dengan mudah seperti dulu.
"Bibi tidak lagi di Konoha. Bibi sedang restoran di Paris."
"Benarkah?"Mata Kirio membulat dan bibirnya terbuka kecil. Seakan terkejut dengan jawaban Sakura.
Sakura yakin kalau mereka berdua sedang bertatap muka, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh pipi merah dan bulat seperti bakpao itu.
"Grandma akan mengaturnya. Aku sayang padamu Bibi. Sudah yah ada tugas yang harus kuselesaikan cepat supaya kita bisa ketemu! I love you bibi!"Suara girang Kirio malah membuat Sakura frustasi.
Apa yang anak itu katakan?

KAMU SEDANG MEMBACA
and this is how life goes
FanficSTORY | 1 Karena sepertinya aku tidak bisa mencintainya. Aku tidak bisa mencintainya. Kau tahu Sakura, jika disuruh memilih dicintai atau mencintai. Sebagai seorang wanita, pilihlah untuk dicintai. Karena jika seorang pria mencintaimu, mereka memili...