"Bisa kamu katakan dengan jelas Kirio?"Tanya Mikoto dengan kebingungan. Ini kali ke empat kalinya Mikoto menyuruh cucunya itu mengulangi perkataannya. Karena menurutnya anak berumur 8 tahun seperti Kirio pasti memiliki sesuatu yang... Salah... Pada permintaan mereka.
"Grandma, I said Private jet milik grandpa. I want to borrow it."(Nek, aku bilang pesawat pribadi milik kakek. Aku ingin meminjamnya)
"Untuk apa?"Mikoto tidak menemukan alasan mengapa anak 8 tahun membutuhkan pesawat jet untuk terbang.
"Take me to Paris grandma. Berapa kali harus aku ulangi?" Kirio terdengar sangat kesal karena Mikoto tidak juga mengerti apa keinginannya. (Membawaku ke Paris)
"Let me talk to your father." (Biarkan nenek bicara pada ayahmu)
"No! Don't Grandma! Please, don't." Kali ini Kirio terdengar putus asa. (Jangan nek! Kumohon jangan)
Mikoto sedikit terkejut karena di detik selanjutnya Kirio telah mematikan sambungan telepon mereka dan meninggalkan Mikoto dengan pertanyaan dihatinya.
...
"Uncle, please?"Sasuke meyakinkan dirinya untuk tidak terpengaruh oleh tatapan membulat, memelas, dan sangat penuh pengharapan padanya. (Paman, kumohon)
"Untuk apa?"
Sasuke yakin wajahnya terlihat sangat kejam sekarang. Kirio meneleponnya ketika ia berusaha menyelesaikan salah satu presentasi yang akan dibawakannya minggu depan.
"Please?"
dan Sasuke tidak menemukan alasan mengapa anak itu terus memaksanya.
"Tidak sampai kau menjelaskannya dengan jujur."ancam Sasuke. Kirio merupakan anak yang jenius. Sasuke yakin, anak itu suatu saat nanti bisa dengan mudah mengelabui mereka semua.
Kirio terlihat sedikit gelagapan, itulah Sasuke tau keponakannya itu sedang memikirkan ide dengan cepat, "I want to see Eiffel tower. My friend said... " (Aku ingin melihat menara Eiffel. Temanku bilang...)
"Who's?"balas Sasuke dingin. (Teman siapa?)
"One of mine."Harusnya Sasuke terkejut karena Kirio membalas dengan sama dinginnya. (Ada, temanku)
Kirio mungkin berpikir Sasuke bodoh.
"Give me the name."Sasuke akan mencari anak itu dan menanyakan apa saja yang telah membuat Kirio terpengaruhi dengan keras kepala seperti itu. (Sebutkan namanya?)
"Harus kah? Itu berlebihan Uncle."Wajah Kirio terlihat memelas.
"Kau meminjam pesawat pribadi. Itu yang berlebihan untuk anak berumur 8 tahun."Sasuke yakin Kirio tidak menggunakan logikanya dengan benar.
"Jesus Christ! I just wanna see Eiffel Tower when Christmas day!!! Why everybodies asking me too much? I am scared."Mata Kirio berkaca. Terlihat ketakutan karena Sasuke seperti menyudutkannya. (Ya Tuhan! Aku hanya ingin melihat menara Eiffel saat hari natal! Kenapa semua orang menanyakannya berlebihan? Aku ketakutan)
Well, Kirio memiliki kemampuan drama yang baik. Harus Sasuke akui.
"Kau ingin pergi ke Paris, naik private jet milikku, dan pada hari natal. Kenapa? Aku tidak melihat ada hal yang masuk akal dari alasanmu. Papa atau mamamu harusnya memintaku langsung. Keluarga kita tidak pernah merayakan hari natal di sana. Kita akan merayakannya di Konoha. Jadi jangan membodohiku, Kirio."
"You talk to much, Uncle. I am sure that your throat will hurt."Ucapan sinis Kirio menjadi bukti bahwa anak itu benar-benar hanya bersandiwara tadi. Hebat. Itachi memproduksi anak yang hebat. (Kau bicara terlalu banyak paman. Aku yakin tenggorokanmu akan sakit)
"I will asking this to your mama."ancam Sasuke sekali lagi. (Aku akan menanyakan ini pada mama mu)
"So I will tell grandma that you are scaring me."balas Kirio yang kembali membuatnya terpukau. Kirio bagai balasan karma dari Tuhan karena terlalu menyebalkan sewaktu kecil. (Lalu aku akan memberitahu nenek kalau kau mengancamku)
"Jangan main-main denganku, Kirio!"Ucap Sasuke dengan tegas.
"Ck. Can anyone help me? I will go with my self." (Aduh, tidak ada satupun yang bisa menolong? Aku akan pergi sendiri)
Sasuke dapat mendengar ucapan anak itu sebelum sambungan video call mereka terputus.
Anak itu tidak mungkin pergi dengan kaki mungil dan boking kecilnya sendiri. Sasuke bahkan yakin Kirio tidak bisa membedakan mana kaos kaki kiri dan kanan karena selama ini anak itu terlalu sering dimanja.
...
Kirio duduk dengan manis di kursi nbelskang mobil rolls kesayangan ayahnya. Kirio yakin ayahnya tidak akan sadar bahwa ia meminjam mobil itu sebentar. Lagipula ia yakin ini satu-satunya cara agar ia bisa pergi ke Paris.
Ia menggerakan kakinya dengan gelisah. Memandangi pohon-pohon yang ia lewati. Kirio sangat berharap rencananya ini berhasil.
...
Kirio memasuki rumah bergaya Viktoria itu dengan sangat senang. Hampir berlari kalau saja ia tahu peraturan pertama di rumah ini jangan terlalu berisik. Kirio menaiki tangga dengan semangat dan tersenyum membalas sapaan para pekerja rumah yang lewat untuk berusaha menahannya beberapa lama. Tapi Kirio tidak punya waktu untuk itu.
"Hi oldman!" Kirio menunjukkan kepalanya pada ruangan kerja yang dipenuhi berbagai buku. Kirio menyukai tempat ini juga karena hangat dan berbau kertas lama. (Hai Pak tua)
"Little man?"Fugaku mengintip dibalik iPad miliknya. Kebingungan melihat cucunya berada di ruangan kerjanya. Setahu dirinya Itachi sedang berada di Singapore untuk mengurus kepentingan bisnis. Jadi ada hal apa cucunya datang kemari. Tapi mengingat ini mendekati hari natal, Kirio biasa meminta kadonya secara khusus. Tapi biasanya juga anak kecil itu memintanya lewat video call seperti yang selalu anak itu gunakan. (Pria kecil)
Kali ini tidak biasa.
"Grandpa, let's go to Paris!" Kirio menarik tangan Fugaku untuk bangkit dari kursi tua yang nyaman itu. (Kakek ayo ke Paris)
Fugaku tidak bergeming dan mengerutkan keningnya.
"Paris? Kau ingin kesana?"
"Yah. Could you take me there?"seru Kirio dengan antusias. (Ya, bisa kau membawaku kesana?)
"Hey little man. Come here and let's see my schedule." (Kemari dan ayo kita lihat jadwalku)
Kirio segera duduk dipangkuan Fugaku. Ia selalu menyukai aroma Fugaku. Aroma parfum kayu yang lembut bercampur dengan wangi pelembut pakaian yang mewah.
"Please... Please... Please. "Seru Kirio menutup matanya.
"Besok Grandpapa harus mencari kado natal untuk kita semua."Helaan napas Fugaku menjadi pertanda bahwa Kirio sulit untuk mendapatkan keinginannya. Seketika kecerian Kirio berganti kesedihan. Dia merengek pelan.
"I don't want any present more than this." (Aku tidak ingin hadiah apapun dari ini)
Fugaku terdengar menggumam pelan.
"Let's see. How about Dinner in Paris? Besoknya kita bisa pergi seharian mencari kado untuk kita semua dan sorenya kita segera pulang." (Ayo kita lihat. Bagaimana dengan makan malam di Paris?.....)
Kirio melompat dari pangkuan Fugaku dengan senang. Ia berlari kegirangan disertai teriakan kencang dan nyaring. Mengabaikan peraturan pertama dirumah itu. Ia berlari memeluk Fugaku dengan erat.
"I love you Grandpapa!!"
"Come on little man! Ambil sepatumu kita pergi ke Paris."Fugaku menggenggam tangan mungil Kirio untuk pergi dari ruang kerja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
and this is how life goes
FanfictionSTORY | 1 Karena sepertinya aku tidak bisa mencintainya. Aku tidak bisa mencintainya. Kau tahu Sakura, jika disuruh memilih dicintai atau mencintai. Sebagai seorang wanita, pilihlah untuk dicintai. Karena jika seorang pria mencintaimu, mereka memili...
