Makhluk Lain di Perut Sabita

662 87 58
                                    

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, Sabita masih sibuk melayani para pengunjung yang datang. Dari tempatnya berdiri, di samping kasir, Aditya tanpa sadar memperhatikan setiap gerak yang Sabita lakukan, cewek cantik itu seperti punya daya tarik lebih saat menyapa para pengunjung dengan senyuman manisnya.

Semakin Aditya mengamati Sabita, dia semakin terpesona. Eitts! Terpesona? Benarkah? Tidak mungkin, Aditya itu kutub es, tak mungkin semudah itu luluh pada seorang gadis.

Dahi cowok dingin itu berkerut saat tiba-tiba Sabita hilang dari pandangan matanya, dia mencari ke sekeliling tapi tetap tak menemukannya.

Karena penasaran, Aditya memberanikan diri bertanya pada pelayan lain. "Hana, lihat Sabita?"

Cewek manis dengan lesung pipit itu menjawab dengan nada jahil, "Cie yang nyariin Sabit, Kak Adit suka, ya? Hayo ngaku."

"Lo itu masih kecil, nggak usah sok tahu gitu."

"Hmm, iya iya. Kak Sabita ke toilet, dia sakit kayaknya. Tadi aja salah terus kasih pesanan pelanggan, hampir jatoh juga di dapur. Terus sekarang di toilet karena mual-mual."

"Mual-mual itu tanda orang hamil, kan?"

"Iya, terus kenapa, Kak?"

"Gak, sana kerja lagi. Lo dibayar buat kerja, bukan buat ngobrol hal gak penting sama gue."

Hana cengo dengan apa yang baru saja Aditya katakan, padahal yang mengajak bicara duluan itu Aditya sendiri. Dan yang duluan memulai obrolan tak penting itu ya Aditya juga.

Hana mengepalkan tangannya kesal, "Mentang-mentang jadi bos, ngeselin."

"Ngomong apa lo?"

"Nggak! Itu ada gajah terbang nyungsep di pohon toge.

"Hehe, gak lucu!"

Karyawan yang tak punya rasa takut untuk dipecat ya hanya Hana. Dia baru kelas satu SMA. Bagi Aditya, Hana juga merupakan alasan dia sering berkunjung ke Kafe. Hana adalah gadis yang berhasil membuat sikap dingin seorang Aditya sedikit mencair dan tak bisa dipungkiri Hana bisa membuat mood seorang Aditya menjadi lebih baik. Gadis itu tak pernah menganggap jika Aditya itu dingin, justru Hana menganggap seorang Aditya itu menyebalkan dan bawel.

Aditya tak keberatan sama sekali, dia memang menyebalakn dan bawel pada Hana. Karena cewek itu cerewet dan jahil padanya.

"Yaudah, Kak. Hana kerja lagi, bye!"

"Han," panggil Aditya.

"Ya?"

"Mual-mual itu beneran tanda orang hamil, kan?"

Hana tertawa ngakak, setahunya mual-mual memang salah satu pertanda orang hamil. Tapi tidak semua orang yang mual-mual itu hamil. Terlebih lagi, kenapa harus bertanya dua kali?

Melihat ekspresi Aditya masih tetap lempeng padahal Hana sudah tak bisa mengontrol tawanya, membuat cewek itu berdeham serius.

"Iya, orang hamil pasti mual-mual, kak."

Hana putuskan untuk mengerjai bos-nya  sendiri. Persetan jika nanti dia kena omelan dan jeweran karena sudah jahil. Cewek itu senang jika Aditya berhasil ia bodohi.

"Oh, gitu." Antara percaya atau tidak, Aditya penasaran. Apa mungkin Sabita hamil? Siapa ayah dari bayi itu nanti? Dan apa Sabita sudah menikah?

"Kak..., Kak Adit!"

"Eh, iya."

"Hana kerja lagi, ya?"

"Iyalah, sana lo. Ganggu!"

Namanya Sabita [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang