Menggemaskan

504 55 10
                                    

Fathan dan Sabita langsung menuju perpustakaan setelah bel pulang dibunyikan. Keduanya kini sibuk membahas soal matematika yang ada di buku paket. Sabita terlihat malas-malasan menuliskan angka demi angka dalam buku catatannya. Baginya menghitung angka yang tak pasti itu merepotkan.

"Gimana, bisa?" tanya Fathan. Sabita menggeleng, dia menyerah terhadap soal limit fungsi yang Fathan berikan.

"Jangan dihafal, pelajari aja rumus mudahnya."

"Nggak bisa, Fathan. Aku nggak ngerti."

"Caranya yang tadi udah gue jelasin. Bagian mana yang lo nggak paham?"

Dengan lugunya Sabita menjawab, "Semuanya, dari awal kamu jelasin." Fathan menggeleng, padahal gadis itu mengangguk saat Fathan menjelaskan tadi.

"Kalo nggak ngerti kenapa nggak tanya?"

Sabita diam. Semakin merasa dirinya begitu bodoh. Fathan pindah posisi duduk di samping Sabita, yang awalnya berhadapan kini saling berdampingan. Cowok dengan lesung pipit itu menarik buku paket, kembali menjelaskan dengan lebih detail pada Sabita.

"Fathan," panggil Sabita.

"Iya?"

"Udahan ya belajarnya," ujar Sabita seraya menjatuhkan dagunya ke atas meja, menggeser bukunya dengan kasar. Dia sangat bosan. Wajah memelas Sabita semakin membuat Fathan gemas. Lalu bagaimana dia bisa menjauhi gadis itu?

Fathan mengacak puncak rambut Sabita. "Lo belum ngerti, yakin mau udahan?"

"Besok lagi aja ya, please." Sabita memohon, selain karena bosan gadis itu juga teringat janjinya dengan Aditya untuk berangkat ke kafe bersama sore ini.

"Gue udah bilang cuma bisa ngajarin lo sore ini."

Sabita bimbang, merasa tak enak juga memaksa Fathan untuk mengajarinya besok. Cowok itu sudah sangat baik mau mengajarinya sekarang.

"Yaudah, maaf ya. Ayo lanjutin lagi."

Baru saja Fathan akan melanjutkan, dering ponsel Sabita berbunyi. Sudah tertebak siapa yang menelpon. Siapa lagi jika bukan Aditya.

Sabita meminta izin pada Fathan untuk menjawab panggilan, dengan berat hati Fathan mengangguk.

"Hallo, Kak Adit."

"Masih asik berduaan, ya?"

Sabita melirik Fathan sejenak, takut jika cowok itu mendengar apa yang Aditya katakan. "Umm, Kak Adit di mana sekarang?"

"Depan."

"Depan? Depan mana ya, Kak?"

"Depan perpustakaan, lagi liatin dua orang yang lagi enak berduaan sih. Mesra banget tuh, sampe duduknya deketan gitu. Bilangnya sih belajar, tapi gak tau deh."

Mendengar jawaban Aditya, Sabita menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah. Sabita langsung bangkit dari duduknya, berlari ke luar perpustakaan untuk menemui Aditya. Gadis itu Memasang wajah terkejut karena Aditya memang ada di luar, cowok bertubuh tinggi itu memasang wajah kesal.

"A-aku, ma-masih harus belajar, Kak. Jangan salah paham," gugup Sabita dengan ponsel masih berada di telinganya.

Aditya menghembuskan nafas kasar. Mematikan sambungan telpon dan memasukannya ke kantong seragam. "Masih lama?"

"Bentar aku tanya dulu," ucap Sabita. cewek itu tanpa ragu kembali masuk ke dalam perpustakaan. Aditya mengerutkan kening tak habis pikir dengan apa yang baru saja Sabita lakukan. Dengan sabar, Aditya kembali menunggu gadis itu.

Namanya Sabita [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang