(Bab 44) Kamulah Takdirku

6.5K 194 21
                                    

"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak."
( Al-Baqarah 216 )

*******

Apa yang aku khawatirkan kini terjadi juga. Tiga bulan aku dan Pak Wildan menjalani pernikahan, rasanya gersang dan hambar.

Cinta di hati belum juga tumbuh, namun sikap Pak Wildan yang datar, seperti tak ada effort untuk menumbuhkan cinta didalam pernikahan kami, semakin membuatku sebal dengan pernikahan ini. Ada sedikit sesal menerima perjodohan ini.

"Bunga nya cantik, Ran. Tumben beli bunga." Ucapku kepada Rania, salah satu teman sekampus ku.

Rania tersenyum. "Iya, hadiah ulang tahun dari suami."

Oh...

Aku ber-oh ria.

"Suamiku memang sering kasih kejutan. Padahal tadi pagi dia sudah kasih aku puisi. Eh, mau berangkat kerja dia malah ajak aku ke toko bunga." Rania terus menceritakan keromantisan suaminya dengan wajah berseri-serinya.

Aku malas mendengarnya. Aku jadi teringat dengan Pak Wildan. Suamiku yang super serius dan dingin itu.

Tiga bulan kami menikah tapi satu kalipun ia belum pernah membuatkan kata-kata romantis atau puisi. Jangankan puisi atau satu bucket bunga, memuji ku saja belum pernah.

"Kalau suami mu nggak romantis, apa salahnya kau yang memulai terlebih dahulu keromantisan itu?" Saran Aira, sahabatku. 1 bulan yang lalu Ia menikah dengan seorang lelaki bergaris keturunan Arab-Jawa. Suaminya dulu katanya juga sangat dingin dan tidak romantis, tapi karena kerja keras serta kesabaran dalam menghadapi suami nya akhirnya suami Aira menjadi lelaki yang romantis dan penyayang.

"Komunikasi." Ujar Aira semangat. "Komunikasi, Zheyenkk!"

"Komunikasi ada kalau ada rasa cinta, Ra." Gumamku.

"Jadi...?!?" Tanya Aira Kaget. "Sudah tiga bulan kalian menikah tetapi belum tumbuh rasa cinta itu?"

Aku menggeleng. Menjawab pelan. "Dia memang bukan tipeku."

"Kalau kamu tak mencintainya, untuk apa kamu menikahinya?" Aira sedikit mendengus. Geleng-geleng. "Kalau kamu tidak menginginkan pernikahan ini seharusnya kamu menolaknya sejak awal."

"Itu semua karena mama dan Umi Salma yang menjodohkan...!" Tiba-tiba rasa marah karena perjodohan ini muncul lagi, kemudian aku coba meredamnya.

"Juga karena Almarhum Faiz berpesan kepadaku untuk menikah dengan kakak nya,Pak Wildan." Ucapku lirih dan terisak.

Kucoba perlahan meredam emosi dalam diri. Kucoba untuk berdamai pada diriku sendiri. pak Wildan memanglah bukan tipe-ku. Aku sama sekali tidak mencintainya. Tetapi aku telah memilihnya untuk menjadi suamiku. Dan aku harus berpikir realistis. Tidak boleh mengandai-andai.

Walaupun sejak awal pernikahan, aku selalu menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, tapi bila itu aku lakukan tanpa adanya rasa cinta, rumah tangga yang semestinya seperti surga akan berubah seperti neraka.

Bila Pak Wildan tak mampu melakukan suatu hal yang dapat meluluhkan hatiku yaitu dengan bersikap romantis, dan tak mampu membuatku mencintainya, maka aku sendirilah yang akan membuat diriku sendiri bisa mencintai Pak Wildan.

Kekasih Impian✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang