Bab 2

1.8K 134 45
                                    

"Dari pemantauan saya, hari ini, divisi keuangan melakukan pekerjaannya dengan baik, Pak. Para karyawan bekerja dengan baik tapi, ada satu orang yang saya curigai." Aldin diam sejenak. Sebenarnya ia tidak begitu yakin. "Pak Surya, kepala bagian divisi keuangan."

"Sudah ada bukti untuk kecurigaan kamu?” tanya Zufar, ia mengenal Pak Surya. Beliau bekerja saat abinya masih menjabat sebagai CEO. Sedangkan ia baru menjabat tiga tahun terakhir ini.

"Sudah, Pak. Ini." Aldin meletakan berkas di meja. "Itu laporan yang asli. Laporan yang tadi pagi Bapak cek itu buatan Pak Surya. Beliau melakukan tindakan korupsi pada dana pengeluaran bulan ini."

Zufar membaca berkas yang Aldin berikan, mencocokkan dengan berkas yang tadi pagi ia baca. Dari awal membaca saja sudah banyak angka yang berbeda jauh. Zufar mengela napas, ia tidak menyangka Pak Surya melakukan tindakan korupsi, mengingat loyalitas beliau dalam bekerja dengan perusahaan ini sangat bagus dan dapat dipercaya.

"Nanti sore panggilkan Pak Surya untuk menemui saya," ucap Zufar, tangannya menutup berkas yang baru saja ia baca.

"Baik, Pak."

"Kamu dapat laporan yang asli dari siapa?" tanya Zufar, dalam hati ia memuji kinerja Aldin yang cakap dalam melaksanakan perintahnya.

"Dari Daisy, sekretaris Pak Surya. Sebelumnya saya memantau kinerja karyawan terlebih dahulu, memastikan mereka bekerja dengan benar dan tidak ada kecurangan. Baru saya pantau kinerja pada bagian yang lebih bertanggung jawab seperti para pejabat struktural, Pak. Dan di sana saya menemukan beberapa kejadian yang janggal, saat saya tanya pun jawabannya tidak meyakinkan. Akhirnya untuk memastikan, seperti perintah Bapak, saya minta ulang berkas laporan pengeluaran perusahaan bulan ini." jawab Aldin, pria berjas biru navy itu menjelaskan dengan lugas juga rinci.

Zufar mengangguk, mengerti. "Baik, terima kasih. Kamu bekerja sangat baik hari ini. Apa jadwal saya selanjutnya?"

Aldin yang sudah hafal jadwal Zufar hari ini langsung menjawab tanpa melihat tab berisi jadwal Zufar. "Menghadiri undangan dari Kepala sekolah SMA Rajawali, meminta Anda sebagai tamu juga narasumber untuk acara festival sekolah."

"Kita berangkat sekarang," ujar Zufar sebelum beranjak dari tempat duduknya.

"Baik, Pak. Mobil sudah stand by di lobi."

Zufar mengangguk sekilas, ia melangkahkan kakinya keluar ruangan. Aldin juga mengikuti langkah Zufar menuju lobi. Hari ini akan menjadi hari terberat bagi Zufar, mengingat peristiwa sial sebelumnya saat ia memutuskan datang ke sekolah SMA itu.

***

Acara pembukaan festival sekolah berlangsung meriah juga teratur. Tak disangka banyak siswa siswi yang sangat antusias menyambut acara sharing ini. Zufar hanya bisa mengela napas pelan, sudah dipastikan ia akan berbicara panjang lebar juga memberikan motivasi, yang entah masuk ke dalam otak mereka atau hanya numpang lewat semata.

Tak hanya Zufar yang berada di atas panggung, Aina, sang pembawa acara, pun turut ikut serta. Tujuannya adalah menanyakan, dan juga memandu acara agar tidak rusuh. Setelah perbincangan ringan, sapa menyapa dan perkenalan, kini giliran bagian inti. Yaitu sesi tanya jawab.

"Ada yang mau tanya teman-teman?" tanya Aina. "Kalau ada yang kurang jelas, bisa langsung kalian tanyakan. Mumpung ada Pak Zufarnya langsung, nih. Ayo!" lanjut Aina. Gadis itu tak melihat ekspresi wajah Zufar yang sempat berubah datar.

Seorang siswa laki-laki yang duduk dekat panggung mengangkat tangannya. Aina pun berseru dengan senang, "Ya! Yang di sana. Silakan perkenalan diri terlebih dahulu."

Seorang panitia datang menghampiri salah seorang siswa tersebut, lalu memberikannya sebuah mikrofon agar suaranya terdengar lebih jelas. Siswa itu menekan tombol on, sebelum mulai berbicara.

Ceezy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang