Bab 9

820 80 0
                                    

Ansya menatap layar Hp-nya dengan kesal. Bagaimana tidak, SMS dari oprator mengenai bahwa kuotanya habis membuat semangat Ansya menurun. Jika bukan karena ingin lebih mencari tahu soal Zufar, ia pun ogah harus buka browser setiap hari. Bisa-bisa kuotanya cepat habis, seperti sekarang ini.

"Napa lu, Sya?" tanya Bagas sambil menyeruput es taronya.

Ansya semakin kesal, karena pertanyaan Bagas. Gadis itu segera menunjuk Bagas dengan tatapan membunuh. "Kuota abis!"

Bagas bergidik, ngeri. "Biasa wae atuh, Sya."

"Bacot maneh!"

"Buset!" Bagas segera pamit undur diri dari hadapan Ansya. Sepertinya mengganggu gadis kehabisan kuota akan berdampak buruk padanya pula.

Rasa rindu Ansya sudah memuncak rasanya, padahal dua hari yang lalu mereka baru saja bertemu. Ansya sempat khawatir bahwa Zufar hanya menganggap Ansya sekadar bermain-main, tidak serius ingin menjadi istrinya.

Kedua tangan Ansya memegang pipinya, menggeleng pelan. Tidak. Ia tidak boleh berpikir negatif pada Zufar, tapi bagaimana jika iya?

Tanpa meninggalkan Hp-nya, Ansya segera berlari menuju kelas. Ia sudah membulatkan tekat untuk meminta hotspot pada temannya.

Hidup hotspot!

***

Zufar meneliti penampilan nya didepan cermin. Jas biru navy yang di padu celana bahan senada tampak apik melekat ditubuh kekar Zufar. Merasa sudah rapi, Zufar melangkah keluar kamar untuk sarapan.


"Pagi Mas Zuu!" sapa Zara ketika Zufar baru mendudukan dirinya di kursi.

"Pagi," balas Zufar seadanya.

Mendengarnya Zara mengkerucutkan bibir. "Ih singkat amat."

Zufar tampak santai memakan sarapannya, ia hanya memakan dua tangkup roti tawar di oles selai kacang dan minum segelas susu.

"Ora peka banget," cibir Zara. "Harusnya Mas tuh tadi balasnya gini, 'pagi adiknya Mas sing paling ayu' gitu, Mas. Biasane be kaya kue," lanjut Zara dengan logat jawanya.

"Mau kue tinggal ambil, tuh masih banyak." Zufar menunjuk piring putih beirisi roti.

"Nggak liat Zara lagi pakai headset," ketus Zara.

"Idih galak amat, lagi dapet Neng?" ledek Zufar. "Mas udah selesai, jangan marah masih pagi, nanti cantiknya ilang."

"Iya, iya, tungguin Zara. Zara mau berangkat sama Mas." Zara beranjak dari duduknya.

"Nggak, kamu berangkat nya sama Pak Agus aja," tolak Zufar. Pria berjas navy itu sudah melangkah kearah pintu namun terhenti, karena teriakan membahana adiknya yang katanya paling ayu.

"MAS AWAS AJA KALAU BERANI BERANGKAT DULUAN!" teriak Zara, dari tangga. Perempuan berseragam SMA itu melangkah tergesa kearah kamar.

Tak sampai lima menit Zara sudah siap dengan seragam lengkap. "Hayuk berangkat, Mas!" ajak Zara semangat.

"Hayuk! Oia, Ra. Umi sama Abi kemana kok enggak keliatan?" tanya Zufar, tidak biasanya Abi dan Ummi  melewatkan sarapan.

Ceezy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang