Bab 15

798 72 7
                                    

Dicari orang hilang.

Ansya hampir tersedak saat pulang ke rumah sudah disambut dengan selembaran kertas, tepat di depan wajahnya. Tak lupa pula, sang Ibu tercinta menatapnya garang.

"Jelas keun!"

"Hehe ...." Ansya tidak bisa berkata-kata lebih dari itu. Ia tahu bahwa ini adalah salahnya.

"Hehe, hehe. Masuk!" Tanpa membantah perkataan ibunya, Ansya segera berlari masuk ke dalam rumah. Ia lebih memilih berdiam diri di dalam kamar, daripada kena ceramah tujuh hari tujuh malam dari ibunya.

Pak Zufar, makasih udah anterin sampe depan gang.
Send.

Ansya memeluk handphone-nya dengan senang. Bagaimana tidak, ia pulang diantar oleh Zufar. Pria idaman sejuta umat.

Bapak Om lg dimana? Ansya mau kirim sesuatu buat tanda terima kasih.
Send

Lama Ansya menatap layar handphonenya, tak juga ia temukan satu notifikasi dari Zufar. Bahkan tubuhnya yang mulai terasa gatal, tak dihiraukan.

Ting!

Ansya memukul udara, kala Zufar sudah membalas pesannya. Walau sedikit lama, dan cukup membosankan untuk menunggu pesan tersebut.

Baru mau ke rmh

Ansya main ya?

Lagi-lagi Zufar tak membalas pesannya. Ansya pun berinisiatif sendiri. Ia akan mandi, berdandan, juga membawakan 'sesuatu' ke rumah Zufar langsung. Ketahuilah, Ansya tak begitu suka menunggu.

***

Zufar mendesah kesal. Ia terjebak di tengah kemacetan. Sudah pasti kali ini akan kembali pulang telat.

Drrtt..

Zufar mengambil handphone di saku celananya, melihat siapa yang sudah menghubunginya pagi-pagi begini. Sudut bibirnya mendadak berkedut, kala mendapatkan dua pesan dari monster kecilnya.

Baru mau ke rmh

Tepat setelah Zufar membalas pesan Ansya, Zara menelponnya.

"Halo, dek?"

"...."

"Iya, sudah mau sampai."

"...."

"Siapa?"

"...."

Mendadak Zufar menginjak remnya saat mendengar Zara menyebutkan nama seseorang di telpon. Pria itu baru sadar dari keterkejutannya saat beberapa pengendara membunyikan klakson untuknya. Ia pun kembali menginjak pedal gas dan berhenti di pinggir jalan, agar tidak menghambat lalu lintas.

"Mas bentar lagi sampai rumah," ucap Zufar mengakhiri panggilan tersebut. Setelah itu, Zufar mengusap wajahnya secara perlahan. Lelah.

Pria itu kembali menatap handphonenya, memeriksa sebentar sebelum menonaktifkannya.

Ansya main ya?

"Astagfirullah!"

***

"Assalamu'alaikum." Mendengar suara salam, Zara segera berlari kearah pintu utama kediamannya. Tamu yang Uminya tunggu sudah sampai.

Ceezy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang