"Sya―"
"Dia sendiri yang ngasih undangan ke gue! Hancur harga diri gue sebagai perempuan, kalau masih berusaha ngejar dan rebut calon suami orang."
"Sejak kapan lo peduli sama pandangan orang lain?"
Bagas benar. Ia tidak pernah mau memerhatikan pandangan orang la waktuin terhadap dirinya, namun itu dulu sebelum bertemu Zufar.
"Gue bisa aja gak peduli, tapi gimana sama dia?!"
Bagas terdiam.
"Lo gak bisa jawab, 'kan?" Ansya terkekeh. Bahkan Bagas pun terdiam, tidak berkutik. "Dia bakalan malu, terus benci sama gue, terus―"
"Apa lo pernah tanya, gimana perasaan dia sama lo?" Bagas tak mau mengalah, dan sekarang Ansya yang diam. "Gak pernah, 'kan?"
"Dari sikapnya aja―"
"Cowok itu gak kaya cewek, Sya. Percaya sama gue, minimal lo harus tahu perasaan Bapak Om lo itu."
Ansya enggan mengakui, namun kepalanya tetap mengangguk.
"Jadi gimana, lo mau berjuang, 'kan?"
Ansya menatap Bagas dengan pandangan sendu. Di pikirannya saat ini hanyalah Zufar. Ia bimbang, apakah harus atau tidak sama sekali.
"Gue ...."
***
Waktu berganti begitu cepat. Seperti anak panah yang melesat. Waktu tiga hari terasa sangat singkat. Segala persiapan pernikahan yang bisa dikatakan dadakan ini sudah selesai.
Bella sudah selesai di rias, perempuan cantik nan solehah itu tengah duduk dengan perasaan campur aduk. Tinggal menghitung mundur satu jam dari sekarang, ia akan resmi menjadi istri Zufar Musaid. Acara demi acara pun sudah di mulai. Dari pembacacaan ayat suci Al-Qur'an yang di lantunkan Zufar dengan merdunya.
Sementara itu, di kursi undangan Ansya tengah memperhatikan Zufar yang tengah melantunkan surah Ar-Rahman. Sungguh pria itu sangat tampan juga menawan, suaranya merdu. Tanpa sadar genangan air kembali menumpuk di kelopak mata Ansya.
Ansya menunduk, air matanya mengalir deras, ia sebenarnya enggan datang ke acara sakral ini. Seharusnya tadi ia menolak saja ajakan Bagas. Percuma dia ada disini. Hari ini perjuangannya untuk mendapatkan Zufar harus benar-benar berhenti.
Melihat punggung bergetar Ansya, Bagas sedikit merasa bersalah karena sudah memaksa sahabatnya itu datang ke acara sakral ini.
Tujuannya mengajak Ansya kesini adalah untuk memui Zufar, ia ingin Ansya menanyakan tentang perasaan pria itu terhadap Ansya. Tapi sepertinya mereka sudah terlambat, acara sudah dimulai. Tidak ada waktu untuk sekedar mengobrol sebentar.
Acara terus berlanjut sampai tiba saatnya akad. Ayah Bella menjabat tangan Zufar. Pria paruh baya itu mengucap bismillah tiga kali sebelum mengucapkan ijab. "Ananda Zufar Musaid bin Zulfikar Musaid saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Bella Sabrina binti Amar Alkhatiry dengan mahar 200 dinar, seperangkat alat sholat dan hafalan surah Ar-Rahman dibayar tunai."
Ansya semakin terisak, Bagas membawa tubuh bergetar sahabatnya kedalam pelukan. Untunglah mereka duduk di kursi paling belakang. Tidak ada yang melihat tangis Ansya. Takutnya ada yang merekam dan memviralkan di sosial media, oh oke. Itu tidak akan terjadi, semoga. Bagas mengusap pelan pundak Ansya, untuk menenangkan gadis itu.
"Saya teri---"
"Hentikan!" ucapan Zufar saat mengucap qobul tersela. Orang yang menyela berlari ke kursi tamu paling ujung, menghampiri seseorang.
Sontak semua tamu undangan memadang heran gadis itu? Bahkan Ansya langsung berdiri sangking terkejutnya, matanya yang masih basah mengerjap tak percaya.
"Kamu yang namanya Ansya?" tanya perempuan yang menyela ucapan Zufar saat mengucap qobul.
Ansya mengangguk.
"Good, aku senang kamu datang." ucap Bella, perempuan itu dengan senang. "Ayo ikut aku," lanjut Bella. Tangannya menarik pelan lengan Ansya agar mengikuti langkahnya.
Masih dengan keterkejutannya, Ansya menurut. Gadis yang tengah patah hati itu mengikuti langkah Bella. Bagas juga sama terkejutnya, begitupun dengan seluruh tamu undangan yang. datang. Sebenarnya apa yang sedang mempelai wanita itu lakukan?
"Duduk, Sya." titah Bella saat sudah sampai di samping Zufar.
Lagi, Ansya menuruti perintah Bella.
Seluruh keluarga besar, pun dengan para tamu juga semakin dibuat penasaran dengan tingkah sang mempelai wanita.
Bella menarik napas pelan, senyum manis terbit di paras ayunya. "Abi, Umi. Maaf, Bella enggak bisa jadi mempelai wanita buat Zufar. Karena Bella yakin cinta sepihak.
Tamat.
Terimakasih yang sudah singgah di cerita Zufar dan Ansya. Big love untuk kalian semua🤗♥
Nantikan cerita lain yang ada di akun ini, yaa. Dan di akun temanku @Khia_fa
Luv Vi♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceezy Love
عاطفيةBab masih lengkap | Sudah terbit Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon Rex Publishing. Di tulis oleh dua orang. Aya Sovia dan Khia_fa "Berawal dari typo, berujung dadi tresno."