Prolog

6.3K 262 49
                                    

"Kelas A! Kelas A! Kelas A!"

Sekumpulan manusia berseru dengan balon berbentuk seperti kentang yang diiris panjang, yang dipukulkan pada tangan agar berbunyi. Jika, di berbagai sekolah setelah melaksanakan ujian kenaikan kelas biasanya mengadakan PORAK (Pertandingan Olahraga Antar Kelas) maka, SMA Rajawali akan mengadakan sebuah pentas yang hampir membuat siswa siswinya kelimpungan sendiri.

Bagaimana tidak, pentas yang diadakan adalah semacam drama bertema 'terserah yang mau tampil'. Kali ini, Kelas 3-A lah yang kebagian giliran. Mereka sepakat menampilkan drama picisan remaja, dengan mengangkat tema cinta-cintaan.

Waktu sangat singkat, dan properti yang seadanya menambah kesan 'kekerean' kelas mereka. Apalagi, ditambah spanduk yang bertuliskan judul 'Ceezy Love'.

"Eh, Teplon! Cheezy Love bukan Ceezy Love. Lo typo-nya kebangetan, ya!" Seorang gadis berbajukan daster rumahan berwarna merah, jaga rol yang menggulung rambutnya berkacak pinggang. Ia adalah ketua dari pertunjukkan ini. Namanya Munaroh.

"Heh, Roh, gue ngerjainnya malem. Terima aja, sih." Templon atau Bagas membalas balik ucapan Munaroh. Ia berpakaian ala Kabayan, karena tidak ada kostum yang lebih sederhana dari milik bapaknya.

"Lo―"

"Diem, pentas bentar lagi dimulai. Gue pusing, nih!" Kesal dengan perdebatan dua temannya, gadis berpakaian seragam putih abu-abu, lengkap dengan jaket ala Milea berucap. Namanya Ansya.

"Aduh, Sya, lo diem aje. Gue mau marahin dulu, ini, anak."

"Roh, buang-buang waktu! Kalau masih berantem, gue mundur, nih?!" Ansya berlagak mencopot jaketnya, agar ke dua temannya diam.

"Eh, jangan dong. Bujuk lo aja berasa se-abad, masa mau mundur."

Ansya kembali memasang jaketnya dengan benar. Ia menang lagi. Senangnya. "Ayo tampil, udah dipanggil tadi."

"Yaudah. Ayo-ayo!"

Berada di atas panggung sederhana dengan meja sebagai tatakan, dan empat tongkat bambu yang biasa digunakan untuk latihan pramuka untuk menyanggah terpal bagian atas sebagai atap. Membuat kelas A gugup bukan main, kecuali Ansya. Gadis garis miring keras itu malah mengambil mikrofon dari sang pembawa acara, lalu menyapa teman-temannya.

"Pagi, guys!"

"Pagi, Sya―iton!" sahut yang di bawah. Jujur saja, Ansya memang sudah terbiasa disapa seperti itu. Dan bersiaplah menerima ganjarannya.

Brak!

"Ansya, mikrofon gue, woy!"

Mikrofon itu melayang di udara dan jatuh tepat mengenai kepala seseorang. Tolong, jangan pernah mengatai Ansya sembarangan.

Mata semua orang memperhatikan korban kesialan yang tertimpa mikrofon tersebut. Ternyata seorang pria dengan jas yang cukup rapi itu adalah korbannya. Semua kompak menelan air liur mereka, kecuali Ansya yang hanya membuka mulutnya.

"Geblek maneh, Sya! Eta, teh, tamuna Pak Karno!" (bodoh kamu, Sya! Itu, tuh, tamunya Pak Karno!)

***

"Terima kasih atas kerja samanya, Pak."

Seorang pria paruh baya berkepala botak juga gigi yang tersenyum rapi dengan sedikit bumbu keselip cabe di tengah berjabat tangan dengan Zufar. Seorang pengusaha muda yang namanya sedang melejit tinggi.

"Sama-sama, Pak. Nanti saya usahakan hadir untuk acara festivalnya."

"Baik, Pak. Terima kasih sekali lagi."

"Sama-sama. Kalau gitu, saya mohon pamit."

"Iya, Pak. Mari."

Pak Karno mengulurkan tangan ke depan, mempersilakan agar Zufar berjalan lebih dulu. Lalu mereka berjalan beriringan menuju halaman depan. Beberapa kali Pak Karno memperingati anak muridnya yang lewat, tanpa sopan santun. Seperti sekarang. Ada seorang anak yang memakai mukena yang cukup panjang hingga terseret di lantai.

"Kamu itu, laki, Nang. Kok, pake mukena?"

"Lagi pentas, Pak. Permisi!"

Pak Karno menggelengkan kepalanya, sudah tak heran. "Maaf, ya, Pak Zufar. Memang kalau lagi ada acara suka seperti itu."

"Tidak apa, Pak. Saya maklumi."

Mereka kembali berjalan menelusuri koridor. Sesekali Pak Karno melontarkan pujian atas kesuksesan yang Zufar dapatkan. "Aduh, Pak Zufar, teh, udah ganteng, cerdas, pengusaha lagi. Sudah ada istri belum, ya?"

Zufar menahan kedutan di pipinya, berusaha agar tidak terlihat tersinggung. "Saya belum berpikir ke sana, Pak."

"Oh, gitu."

Pandangan Zufar teralihkan ke arah lapangan, yang jaraknya lumayan dekat dengan gerbang utama. Perhatiannya terfokus pada sekumpulan anak yang sedang berada di atas panggung dengan tampilan 'apa adanya'.

Ada yang memakai daster ala Ibu rumahan, ada yang memakai seragam juga jaket, ada juga yang penampilannya seperti Kabayan. Zufar menggaruk alisnya sejenak, ia bingung. Sebenarnya, apa yang akan mereka tampilkan di atas panggung? Pakaiannya saja sangat bertolak belakang.

"Pagi, guys!"

"Pagi, Sya―iton!"

Zufar memperhatikan gerak gerik seorang gadis dengan seragamnya, tampak pecicilan dan lucu. Pak Karno yang berada di sampingnya sudah berkacak pinggang lebih dulu, menebak sebentar lagi akan ada acara lempar melempar beberapa detik ke depan.

"Pak Zufar, sebaiknya kita ke depan saja―"

Brak!

Sebuah mikrofon jatuh tepat mengenai kepala Zufar. Zufar spontan mengusap kepalanya sambil meringis. Lumayan sakit, lah, ya.

"Ansya mikrofon gue, woy!"

Pak Karno menangkupkan ke dua tangannya di depan dada, meminta maaf kepada Zufar atas apa yang terjadi. Namun, fokus Zufar masih pada gadis yang tengah berada di panggung itu. Gadis yang sudah melempar mikrofon ke arahnya.

"Geblek maneh, Sya! Eta, teh, tamuna Pak Karno!"

Ansya menutup mulutnya dengan satu tangan. Ia tak menyangka bahwa lemparannya kali ini salah sasaran. Tetapi, ingat. Ansya tidak pernah mau disalahkan.

"Bukan salahna urang, Bagas." (bukan salahnya aku, Bagas)

"Terus, teh, salahna saha?" (terus, tuh, salahnya siapa?)

"Salah Omnya." Ansya menoleh ke arah Zufar, ia sengaja memakai bahasa Indonesia, agar Zufar mengerti arti ucapannya. "Pake kacamata pagi-pagi. Mikrofonnya nubruk, 'kan!"

Oke. Ini saatnya kita bertepuk jidat.

***

To be continue.

Jangan lupa kasih vote dan komentar yang membangun untuk cerita ini ^^

Bantu share juga ya, ke teman-teman kalian buat baca juga cerita, ini ^^

Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon dari Rex_Publishing mohon dukungannya, yah. Cerita ini di tulis oleh dua orang Soviakh dan Khia_fa untuk menyapa kami bisa lewat IG : @soviaya2 , @duniasovi dan @khia_fa , @khia_fa01

Salam manis dari kami ^^

Ceezy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang