Aku percaya jodoh sudah diatur oleh Tuhan. Tapi, tidak ada salahnya kan kita juga berikhtiar untuk mendapatkannya?
-Bella-
***
Kring!
Bel istirahat kedua berbunyi nyaring, menggema diseluruh sekolah. Beberapa siswa mengeluh kenapa jam istirahat cepat datang, padahal ada beberapa hal yang ingin mereka tanyakan pada guru baru itu.
"Bu nggak bisa diterusin dulu perkenalannya?" tanya seorang siswa yang duduk dibarisan paling depan.
Bella, guru baru itu tersenyum ramah. Netranya melihat jam dipergelangan tangannya, waktu mengajar sudah habis. "Kita bisa sambung perkenalan Ibu hari jum'at, kalian istirahat sama solat duhur ya."
"Baik, Bu," jawab sebagian anak kelas Ips 3, beberapa dari mereka tampak kurang setuju.
"Kalau gitu, Ibu pamit. Selamat siang."
"Siang, Bu." Bella melenggang keluar setelah mendapat balasan dari muridnya. Sampai di ruang guru, Bella meletakan peralatan mengajarnya.
Drtt ..
Saat akan mengambil mukenah dari dalam tas, ponsel berlogo apel digigit setengah bergetar, Bella sang pemilik mengambilnya. Ada pesan masuk, senyum Bella merekah. Ia segera mengetikan balasan.
Ummi Nur.
Assalamu'alaikum, Bel. Kamu makan siang sama Zufar, mau? Sekalian saling mengenal lagi, udah lama nggak makan bareng kan? Nanti Zufar jemput ke tempat kamu mengajar.
Walaikumussalam Umi, iya Mi. Bella mau makan siang sama Zufar.
Bella bersyukur Umi Nur, selalu memudahkan ia dekat dengan Zufar. Bahkan ibu Zufar itu sepertinya mendukung kalau mereka menjadi pasangan halal?
Memikirkan nya membuat senyum Bella kian merekah, dengan langkah ringan Bella berjalan menuju masjid.
***
Zufar duduk bersandar bada jok mobil, netranya mengamati padatnya kota Jakarta pada siang hari. Jika boleh tidak menuruti titah sang Umi, Zufar lebih memlilih, setelah solat akan duduk di kursi kerjanya dikantor, mengerjakan tugasnya yang kian hari semakin menumpuk.
Syukurlah proyek pembangunan apartemen yang ada di Bandung sudah mulai berjalan lancar.
"Sudah sampai, Pak," ujar Aldin.
Zufar mengangguk, lalu segera turun dari mobil menuju halte yang ada di depan SMA Tunas Bangsa. Mengampiri wanita yang kata Uminya anggun dan keibuan. "Bell," panggilnya.
Bella---wanita itu tersenyum menyambut Zufar. "Iya, jadi?" tanyanya memastikan.
Benar kata Uminya, senyuman Bella memang terlihat menawan juga keibuan. Zufar mengangguk. "Jadi, kita makan dekat sini saja."
"Dekat sini kebetulan ada restauran yang makanannya juga enak."
"Syukurlah, ayo." Zufar melangkah menuju dimana mobilnya terparkir, Bella pun sama. Mereka berjalan beriringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceezy Love
RomanceBab masih lengkap | Sudah terbit Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon Rex Publishing. Di tulis oleh dua orang. Aya Sovia dan Khia_fa "Berawal dari typo, berujung dadi tresno."