Sudah seharusnya. Bilang sayang, harus mau berjuang.
***
"Sya." Zara memanggil setelah tangis Ansya mereda.
Ansya mengusap kasar air matanya, lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Masuk yuk," ajak Zara. Melihat keadaan Ansya yang tidak bisa dikatakan baik, wajah sembab, hidung merah, sesekali masih sesenggukan karena habis menangis.
"Nggak aku pulang aja," ujar Ansya disertai senyum tipis.
Zara menatap Ansya, untuk yang kedua kalinya, ia mengelus pundak Ansya prihatin. "Maafin sikap Mas Zufar tadi ya, Sya. Dia nggak biasanya kaya gitu, mungkin kaget lihat kamu berubah."
'Bapak om jahat baget! Harus minta maaf sendiri!' "Nggak papa aku tahu kok," kata Ansya tak sesuai hatinya.
"Kamu tahu 'kan nggak ada asap kalau nggak ada api. Mas Zufar tadi marah pasti ada sebabnya. Bukanya aku belain Masku, loh ya." Zara tersenyum, "pasti nanti Mas Zu jelasin lagi kok, ke kamu. Jangan ambil hati sikapnya yaaa."
Ansya ikut tersenyum. "Iya aku nggak marah kok sama Bapak Om, ehm--- maksudnya Kak Zufar."
"Hwaiting, Sya! Aku dukung kamu buat luluhin Masku, menurutku kamu pemberani, bisa perjuangin orang yang kamu sayang," ungkap Zara jujur, sejak pertemuan pertamanya dengan Ansya dua bulan yang lalu, Zara kagum dengan keberanian Ansya memperjuangkan perasaanya. Memang seharusnya begitu 'kan? Bilang sayang, harus berani berjuang.
"Terima kasih, Zahra," balas Ansya. Ia merasa sedikit lega, adik Zufar itu bersikap baik.
Zara terkekeh. "Namaku 'Zara', bukan Zahra. Udah malam, kamu pulang ya, Sya. Aku kedalam sebentar, kamu pulangnya sama Mas Zu aja."
Belum sempat Ansya menjawab Zara sudah berlari, masuk kedalam rumahnya. 'Apa Zufar mau mengatarnya pulang?' batin Asnya bertanya.
***
Zufar melihat jam dipergelangan tanganya. Pukul 12.16 biasanya jam segini jalanan mulai padat karena waktu makan siang sudah tiba. Ia masih memikirkan kejadian tadi malam, ucapan Zara pun masih dapat Zufar ingat. Seperti Zara baru mengatakannya tadi.
"Mas tugasnya laki-laki itu melindungi loh, bukan menyakiti. Komentar Mas tadi itu terlalu pedas sampai Ansya nangis dengernya. Udah malam sana anter colon Kakak ipar aku pulang," ujar Zara panjang lebar. Ia menatap Masnya seraya berkacak pinggang. Layaknya Ibu yang memarahi anaknya.
Tadi malam setelah terdiam beberpa saat, Zufar akhirnya memutuskan untuk mengantar Ansya pulang. Selama perjalanan monster kecil itu tidak membuka suara, pun dengan Zufar. Mereka sama-sama diam, membiarkan keheningan sampai ke tujuan.
Siang ini setelah merenung semalaman, Zufar sudah memutuskan apa yang harus ia lakukan. Zufar mengambil ponsel yang di saku jasnya, mengetikan pesan di aplikasi instagram untuk monster kecil.
***
"Pulang aja kamu teh Sya, kalau berangkat cuma mau males-malesan gini!" Bagas berdecak melihat kelakuan Ansya seharian ini. Dari tadi kerjaan nya cuma tidur, makan, tidur, makan. Gitu aja terus sampai negara api kembali menyerang! Mending makannya beli sendiri, ini menyuruh dirinya untuk ke kantin membelikan jajan.
"Rugi kalau nggak berangkat, alamat nggak dapat uang jajan," balas Ansya. "Lo nggak ikhlas banget gue mintain tolong," dengkus Ansya. Lalu meminum kembali susu kotak kemasan sampai habis dan berbunyi mengerikan.
"Abis kali, Sya. Kaya nggak pernah minum susu aja," cibir Bagas. Ia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ansya.
Ansya menyerahkan kantong plastik berisi sampah. "Dari pada berisik, mending buangin."
"Ogah!" ujar Bagas lalu pergi meninggalkan Ansya sendirian.
Ansya mengela napasnya. Ia berniat akan tidur saja sampai bel pulang, setelah UN kelas dua belas dibebaskan, tinggal menunggu waktu kelulusan. Sebelum menutup matanya, Ansya meraih ponsel yang bergetar, sepertinya ia lupa mematikan sambungan data.
Assalamu'alaikum, ketmu di taman indah bsa? Sekarng. Sya mau ngmng pntng.
Mata Ansya terbuka lebar membaca direct mesangger yang Zufar kirimkan. Benarkah ini nyata buka mimpi?
Plak! Ansya menampar pipinya satu kali. Sakit. Bukan mimpi berarti. Ansya tersenyum, "Gaas anterin gue!" teriak Ansya heboh. Ia beranjak menghampiri bagas.
***
Kira-kira Zufar tuh mau ngomong apa, yaa?
Ada yang masih inget, kenapa Ansya nangis?
Kasih jawaban nya disini.
Yang kangen sama Zufar-Anysa. Boleh dong vote dan komenya❤.
Insyaallah bakal cepet selesai kok kisah Ansya-Zufar ini.
Doakan aku dan Khia, yaaa. Kita mau Pts (Penilain Tengah Semester) Kalian juga, kah? Semangaaat. Jangan lupa belajar sama berdoa, yaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceezy Love
RomanceBab masih lengkap | Sudah terbit Cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba menulis marathon Rex Publishing. Di tulis oleh dua orang. Aya Sovia dan Khia_fa "Berawal dari typo, berujung dadi tresno."