Bab 8

854 82 52
                                    

Bukannya tidak perduli apa kata orang, hanya saja cinta perlu diperjuangkan. Kata orang lagi, cinta akan datang karena terbiasa, terbiasa bersama.

***

Ansya duduk termenung di ruang tamu, melamunkan akan kejadian kemarin. Lebih tepatnya saat Zufar mulai membahas perbedaan adat di antara mereka. Gadis itu melirik ibunya yang tengah menggosok, lalu bertanya dengan ragu.

"Mak, kalau misalkan Emak punya calon mantu orang Jawa, gimana?"

Ibu Ansya menaruh baju suaminya ke tumpukan baju yang sudah digosok, dan menjawab. "Emangnya kenapa, kamu teh tumben pisan nanya, kek, kitu?"

"Misal Mak, misal."

"Orang Sunda wae Sya, orang Jawa mah―beuhhh ribet."

"Ribet, kenapa?"

"Coba teh Ansya pikirin, kalau semisalkan mau nikah, sok, wae, debat pake adatnya siapa."

Ansya mengangguk ringan. "Tapi, Ansya teh suka sama orang Jawa, Mak."

"Siapa atuh?"

"Ang Zufar."

"Zufar?"

"Hooh."

"Mending sama Ang Ujang, wae, atuh."

Ansya bergidik membayangkan rupa Ang Ujang, dengan gigi kelinci yang lebih terdepan, tahi lalat di pipi kanannya, juga pakaian ala Kabayan yang selalu dikenakannya. Ansya menutup kedua telinganya, kemudian berteriak nyaring.

"Mbung, Emakkk!"

"Astagfirullah!" Ibu Ansya sampai 'nyebut' kala anaknya berteriak dengan suara lengkingan melebihi tikus kejepit pintu. Selanjutnya, ia hanya bisa mengelus dada sambil bergumam, "Bener-bener harus dimasukin ke rahim terus buat versi baru, kalau kaya gini mah."

Sementara Ansya masih berpikir keras agar ibunya setuju bahwa orang Jawa dan orang Sunda bisa disatukan, dengan cara apa pun Ansya akan lakukan. Bahkan mengirimi Zufar bekal untuk yang―kesekian kalinya.

***

Zufar menjabat tangan Giovan---rekan bisnisnya. Projek yang mereka jalankan berhasil. Dua minggu yang lalu peresmian resort yang ada di Lombok. Pemasarannya sangat bagus, banyak yang penasaran dengan konsep dari resort baru tersebut. Apalagi Mahendra corp mengandeng Musaid group untuk bekerjasama, tentu menambah daya tarik pengunjung.

"Terima kasih untuk makan siangnya, Pak. Lain kali Saya yang traktir," ujar Giovan setelah tangannya menjabat tangan rekan bisnisnya, Zufar.

"Kembali kasih, untuk lain waktu bisa diatur." balas Zufar, bibirnya tersenyum ramah.

Giovan balas tersenyum, "kalau gitu Saya duluan Pak, mari." pamit Giovan.

"Mari." Zufar mempersilahkan Giovan untuk keluar terlebih dahulu dari restoran privat ini. Giovan melenggang keluar setelah pamit.

Zufar masih mempertahankan senyumnya. Alhamdulillah, projek kali ini sesuai ekspetasinya, yaitu menutup dana perusahaan yang kemarin sempat menurun. Meski sebenarnya sudah terlebih dahulu ditutup dengan uang pribadinya.

Ponsel Zufar yang berada di saku jas bergetar, sepertinya panggilan telepon karena ponselnya masih bergetar sampai sekarang, tidak mau membuat penelepon menunggu lama, Zufar segera mengambil handphone lalu mengangkat panggilan.

Sambungan terhubung, usai mengucap salam penelpon langsung berbicara panjang lebar yang membuat netra Zufar ikut terbelak lebar.

"Lima belas menit lagi Saya sampai di kantor," ucap Zufar lalu mematikan sambungan telepon. Zufar memejakan netranya, apalagi yang monster kecil itu lakukan di kantornya?

Ceezy Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang