Jam istirahat sudah berlangsung sekitar 10 menit yang lalu. Sekarang Emitila dan kawanannya sedang berada di area kantin sekolah, duduk berlima di bangku kantin paling pojok seperti biasanya.
Menyantap makanan mereka masing-masing juga bercanda ria. Suasana kantin yang begitu ramai oleh murid-murid yang sudah seperti cacing kelaparan, berdesak-desakan satu sama lain.
"Kapan basket tanding?" tanya Ertys kepada Riksin selaku kapten tim basket sekolah.
"Gue lupa sih tanggalnya, dua bulan lagi katanya sih. Ntar kalo gue sama anak-anak tanding, kalian jangan lupa nonton ye"
"Pasti" ucap Leon bersemangat, disetujui juga yang lainnya.
"Paro" panggil Emitila pada laki-laki didepannya itu. Yang sedari tadi enggan berucap sepatah katapun.
Merasa nanya dipanggil, laki-laki itu menatap Emitila didepannya. "Apa?"
Emitila membasahi bibirnya lalu terdiam sejenak.
"Lo gak papa kan?"
"Apanya?"
Gadis itu berdecak sebal. Ditanya malah balik tanya. Kalau saja bukan sahabatnya, sudah ia buang jauh ke amazon biar dimakan anakonda sekalian.
"Ck. Lo yang apanya! Dari tadi diem ae, punya masalah?"
"Gak"
"Gausah sok cuek lah lo jadi orang. Heran gue, lu kayak gak ada kata-kata disemasa hidup"
"Gue gak cuek sama lo"
"Yaelah gak ke Emitila doang dong" protes Leon mendengar ucapan teman disebelahnya itu
"Bodo"
Leon langsung diam saja, tidak ingin melanjutkan protesnya. Toh, jika dia lanjut juga bukannya mendapat jawaban malah dicuekin iya.
⚜⚜⚜
XI IPA 2
Suasana kelas yang hening hanya terdengar suara bisikan dan suara lantang yang memenuhi ruang kelas itu.
Saat ini, KBM sedang berlangsung. Bu Diah sedang menjelaskan materi Matematika di depan sana. Selain mengajar pelajaran Matematika, bu Diah juga menjadi guru killer di SMA ANTAWIJAYA.
"Dengerin noh" ujar Ertys kepada teman sebangkunya.
"Males. Gue udah pinter" jawab Emitila santai. Matanya bahkan tetap fokus pada ponsel yang ada di genggamannya.
Gadis itu hanya mengeluarkan buku tulis satu tanpa bolpoin, pensil, ataupun spidol untuk menulis. Bahkan buku itu masih kosong dan hanya terbuka saja. Bangkunya yang berada di pojok belakang menjadi tempat yang strategis untuk bermain ponsel dan tidur.
"Gausah main hp juga kalik lampir!"
"Gini ya betis! Gue sekolah bayar pake uang, sekolah juga punya vasilitas wifi terus kenapa gak digunakan dengan layak? Kan enak masih jam pelajaran, jadinya wifi tuh lancar bat dah. Kalo nunggu ntar istirahat yang ada lemot because karena dipake yang laen juga. Gue kan gak suka tuh yang namanya waiting tapi hasilnya nothing yang ada ntar lama-lama jadi sinting, lo mau gitu? Lagian kalo gue main ponsel gak ngerugiin anak laen juga" jelasnya panjang lebar dengan satu tarikan napas.
Kurang kerjaan banget harus nulis, toh gunanya ponsel dan internet apa kalo gak digunakan dengan baik?
Itu yang gadis itu pikirkan.
Prak
"Itu yang belakang maju! Gantikan saya, biar saya gantian mendengarkan apa yang kamu pahami" tegas bu Diah setelah melayangkan spidol ke meja Emitila dan Ertys.
Emitila menatap jengkel gurunya itu. Kampret!
"Kenapa masih diam?! Cepat kedepan!" ulang bu Diah begitu saja.
Gadis itu berdecak sebal, lalu bangkit dari duduknya melangkah maju ke depan kelas. Berdiri tegap dengan senyum smirk-nya, sebuah ide gila tiba-tiba saja melintas di otak gadis itu.
Sedangkan bu Diah sudah berdiri mengawasi siswinya yang selalu saja membuat masalah disekolah.
"Cepat ulang kembali apa yang sudah saya jelaskan!" perintahnya dengan nada membentak.
"Ck,iye iye.... Jadi setelah semua apa yang saya dengar dan pahami. Jika jadwal resmi pukul 12.05 pelajaran usai, sedangkan sekarang masih pukul 11.25 dan jadwal resmi masih memberikan waktu tambahan 30 menit. Maka kita harus menguranginya terlebih dahulu 12.05 - 11.05 = 20 menit. Lalu 20 menit + 30 menit = 50 menit. Jadi, saya selaku pengganti bu Diah yang ditunjuk langsung oleh beliau memutuskan membubarkan kelas sekarang juga. Selamat menikmati istirahat kalian 50 menit kedepan. Sekian dan terima kasih" jelas dan pamit Emitila didepan kelas yang langsung berjalan menuju pintu.
"Woi betis kuy lah kantin. Makasih bu Diah ku sayang" Ucap Emitila sambil melambai senang kearah gurunya itu.
Bu Diah masih menatap cengo muridnya. Tak lama kedua muridnya tadi meninggalkan kelas, murid-murid lainnya juga langsung berhamburan keluar kelas.
"Astgfirulloh. Sabar gusti sabar". Bu Diah keluar kelas dengan wajah yang kesal sangat sangat kesal
"Hahahahaha gila gila gila.. Aduh hahaha sumpah lo kocak banget.. Aduh hahaha.." tawa Ertys langsung meledak ketika sudah berada di kantin. Tidak memperdulikan murid lainnya yang sehabis olahraga dengan tatapan aneh kearahnya.
"Gue gitu loh" ucap Emitila membanggakan dirinya sendiri. Setelah dipikir-pikir lucu juga melihat ekspresi bu Diah. Lah salah beliau sendiri malah mengibarkan bendera peperangan.
"Weh ketawa ga ajak-ajak lo" ucap Leon yang baru saja datang bersama yang lainnya.
Ertys menyeka air mata di sudut matanya, mengambil napas. Perutnya sungguh sakit karena tertawa tadi.
"Gila gila! Lo bakal ngakak sih kalo tau cerita nya"
"Emang apaan?"
Akhirnya Ertys menceritakan kejadian tadi di kelasnya. Leon dan Riksin terbahak-bahak mendengarnya. Elvaro sih jangan ditanya,dia hanya tersenyum dan geleng-geleng saja. Sedangkan yang sang pelaku hanya cuek saja lebih memilih fokus ke ponselnya.
⚜⚜⚜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Girl ✔
Short StorySiapa sih yang pengen punya keluarga utuh? pasti semua pengen lah. Tapi semua tidak berpihak kepada gadis remaja bernama Emitila Bramesta Ardianto. Seorang gadis remaja yang rindu akan keluarganya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca🖤 . . . 24/06/2...