Satu jam berlalu namun dokter yang memeriksa keadaan Elvaro masih saja belum keluar dari ruang UGD.
Diruang tunggu sudah ada Emitila dan sahabat-sahabatnya serta kedua orang tua Elvaro sendiri. Semua menampakkan wajah khawatir sedangkan Emitila dan Ayuna(mama Elvaro) terus saja menangis. Riksin sedari tadi berusaha menenangkan sahabatnya sedangkan Briant(ayah Elvaro) berusaha menenangkan istrinya.
Tak lama kemudian pintu ruang UGD terbuka memunculkan dokter dan suster yang baru saja memeriksa keadaan Elvaro.
"Dengan keluarga korban?" tanya sang dokter.
"Saya ayahnya dok.. Bagaimana keadaan anak saya dok?"
"Mari ikut keruangan saya" ucap sang dokter lalu pergi menuju ruangannya yang diikuti Briant.
Sampainya di ruang dokter tadi, dokter itu menjelaskan keadaan Elvaro.
"Jadi begini pak.. Saya telah memeriksa keadaan anak bapak dan hasilnya tidak terdapat masalah serius. Benturan dikepala anak bapak tidak berakibat fatal, namun anak bapak juga mengalami gagar otak ringan yang masih bisa disembuhkan dengan cepat. Kami juga menjahit bagian luka luar yang cukup dalam"
"Lalu bagaimana penyembuhan anak saya selanjutnya dok?"
"Anak bapak harus dirawat beberapa hari disini agar kondisinya kembali stabil. Anak babak juga kekurangan darah, kebetulan stok darah dirumah sakit ini yang sama seperti golongan darah anak bapak kosong jadi saya mengharapkan dari pihak keluarga untuk mendonorkan darahnya"
"Baik dok saya akan mencarikan donor yang pas"
"Saya juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan anak bapak"
"Terima kasih dok, kalau begitu saya keluar dulu" pamit Briant sembari berjabat tangan dengan dokter lalu meninggalkan ruang kerja dokter itu.
"Apa kata dokter yah?" tanya Ayuna pada suaminya yang baru saja kembali.
"El tidak kenapa-kenapa.. Dia akan lekas sembuh, yang kita perlukan sekarang berdoa untuk kesembuhannya dan stok darah untuk El"
"Tapi siapa yah? Darah kita tidak cocok untuk diaa.." ucap Ayuna yang kembali menitihkan air matanya.
"Memang darah Paro apa om?" tanya Emitila.
"AB nak.. Apa dari kalian ada yang memiliki golongan darah yang sama?"
"Saya om! Saya sedia mendonorkan darah saya kepada Paro" seru Emitila lalu dia dan Briant segera pergi menuju laboratorium.
⚜⚜⚜
Sudah hari ke 4 semenjak kecelakaan yang menimpa Elvaro. Kecelakaan yang membuatnya harus menginap selama seminggu lebih untuk pemulihannya. Sebenarnya ini bukan karena salah Elvaro yang tidak menaati rambu tapi orang lain lah yang melanggarnya.
Waktu itu sepulangnya dari rumah Emitila, dia memutuskan untuk mampir ke sebuah toko buku untuk membeli beberapa buku guna mempersiapkan olimpiade beberapa bulan lagi.
Setelah mendapatkannya ia segera pulang, naasnya saat ia berhenti tepat dibelakang garis penyebrangan untuk menunggu lampu berubah menjadi hijau, dari belakang ia ditabrak dengan sangat kencang oleh sebuah mobil sedan yang mengakibatkannya terlempar beberapa meter.
"Untung masih ada nyawa" gumam Elvaro memikirkan bagaimana kejadian waktu itu.
"Ada apa El?" tanya mama nya
"Gak ada papa kok" jawab Elvaro setenang mungkin.
"Yaudah kamu istirahat lagi ya biar cepet sembuh" Suruh mama dengan penuh kasih sayang dan hanya diangguki oleh Elvaro.
Dilain tempat
Seorang gadis baru saja keluar dari kamarnya karena ia merasa sangat lapar. Berjalan gontai menuju dapur untuk mengisi perutnya yang kosong.
Didalam kulkas ia menemukan banyak susu beruang kesukaannya dan juga terdapat beberapa bolu dan cemilan.
"Mayan cihui.." serunya seraya mengambil susu dan beberapa cimilan yang ada didalam kulkas.
Asik menikmati cemilannya, ia harus menghentikan aktivitasnya karena kedatangan wanita berumur sekitar 30 tahun yang ia panggil dengan sebutan mama itu.
"Kalo makan tuh duduk nak" ucap Natali menghampiri putrinya yang berada di meja bar dapur.
Namun tidak digubris sama sekali oleh Emitila. Gadis itu hanya melirik sebentar lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
Helaan napas panjang keluar dari mulut Natali. "Gimana keadaan teman kamu?"
"Baik"
"Mama ingin jenguk dia, kamu temenin mama ya.." pinta Natali memohon juga agar ia bisa dekat dengan anaknya.
Emitila hanya berdeham sebagai jawaban."Yaudah mama ganti baju dulu dan kamu juga siap-siap gih" ucapnya lalu meninggalkan dapur, Emitila hanya memandang datar mamanya itu "Apa sih sok asik"
Setelahnya ia juga ikut meninggalkan dapur untuk kembali kekamarnya mengganti pakaian. Sebenarnya gadis itu sangat malas, namun ya sekalian menengok Elvaro mau tak mau gadis itu hanya menuruti saja apa yang mamanya mau.
Selalu seperti ini. Gadis itu belum bisa bersikap manis kepada mamanya. Kebencian yang tumbuh didalam dirinya sudah terlanjur hidup. Marah tentu saja saat ia mengingat kejadian beberapa tahun lalu, saat mamanya dengan enteng menendang dan menamparnya saat tak sengaja menumpahkan teh ke laptop mamanya.
Hanya karena pekerjaan, ia harus diperlakukan kasar seperti itu dari ibunya sendiri.
Sudahlah ia tak suka mengenang masa-masa seperti itu untuk sekarang.
Benar-benar memuakkan.
⚜⚜⚜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Girl ✔
Short StorySiapa sih yang pengen punya keluarga utuh? pasti semua pengen lah. Tapi semua tidak berpihak kepada gadis remaja bernama Emitila Bramesta Ardianto. Seorang gadis remaja yang rindu akan keluarganya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca🖤 . . . 24/06/2...