•26•

1.3K 34 7
                                    

Esok adalah hari dimana Emitila dan kawan-kawan akan terbang ke Jogja untuk berlibur dan besok pula, Gema yang sudah lama memendam perasaannya akan ia nyatakan kepada Emitila.

Di atas layar ponsel milik Elvaron terpampang jelas chatnya dengan yang anak-anak lainnya yang memang sengaja membuat grub untuk membahas persiapan yang harus Gema lakukan. Teman-teman lainnya sangat setuju dengan hal itu, lalu dengan antusias mereka akan ikut serta membantu.

Saat asik dengan ponselnya, Elvaron di kagetkan dengan sosok mamanya yang sudah duduk manis di sampingnya.

"Astaghfirullah mama... Ngagetin tau!" omel Elvaron sambil mengelus dadanya.

"Ya maaf. Kamu aja yang sibuk main hape sampe gak tau mamanya udah duduk di samping" ucap Natali.

"Ada apa ma? Kok belum tidur? Dah malem loh" ujar Elvaron mendapati wajah gelisah sang mama.

"Gimana ya El? Perasaan mama gak enak ini. Tadi di dapur pas mama mau minum di jatohin cicak, mama takut"

Elvaron sedikit kaget lalu mencoba menenangkan mamanya. "Gak bakal terjadi apa-apa kok, mama yang tenang ya"

"El, Emi dimana? Udah tidur?"

"Emi lagi keluar sih cari makan katanya. Udah malem gini malah nekat itu anak" jawab Elvaron kesal juga.

Natali semakin gelisah. Perasaanya semakin tidak menentu dan tak karuan. Tak lama ponsel milik Elvaron berbunyi, menampakkan nama Emitila di layar.

"Angkat El" suruh Natali dengan buru-buru.

Elvaron menggeser tombol hijau dilayar, lalu mengucap halo pada orang di seberang sana. Namun kabar buruk ia dengar membuat hatinya menclos tak karuan.

Detak jantungnya berpacu kencang mendengar kabar jika Emitila tertabrak mobil hingga terpental. Ia dan Natali yang sudah berderai air mata langsung menuju TKP yang tak jauh dari rumah mereka.

Darah melintang beberapa meter di aspal. Kerumunan warga memenuhi area jalanan malam itu. Suara siren polisi dan ambulan salin sahut menyahut.

Mayat gadis perempuan dengan tangan patah dan kepala penuh genangan darah tergeletak diatas jalan aspal malam nan dingin. Mobil remuk dan pecah pada kaca depan terparkir di punggir jalanan.

Histeris, sangat histeris melihat salah satu hidup mereka sudah tak bernyawa. Gadis kuat yang menjunjung tinggi pertemanan dan keadilan, telah berpulang ke sisi tuhan.

Natali yang tak kuat menahan duka, pingsan di TKP. Duka yang begitu mendalam bagi Elvaron dan Natali. Menangis kencang, hanya itu yang dapat Elvaron lakukan saat jenazah kakaknya diangkut kedalam ambulan.

---

Didalam lubang tanah makam sebelah makam sang ayah, Elvaron berpijak. Sesekali menghapus air matanya yang tak kunjung berhenti. Sama halnya dengan Ertys dan Gema, mereka tak kuasa menitihkan air mata saat menaruh jenazah sang sahabat ke peristirahatan terakhirnya.

Kerabat juga teman-teman lainnya ikut merasakan duka atas kehilangan sosok Emitila. Gadis cerdas dengan segala tingkah lucunya. Gadis kuat nan petarung yang tak kenal takut. Semua menangis mengiringi kepergiannya.

"A-a-an-anak-ku.." ucap Natali dengan sesenggukan tak kuasa menahan tangisnya. Putrinya, bidadarinya, bonekanya, kesayangannya, miliknya.

Cerita gadis bernama Emitila telah usai. Meninggalkan segala kenangan semasa hidup. Suka duka yang ia jalani. Tak ada yang mengira jika jalan ini yang tuhan berikan dengan mengambil sosok pemberani seperti Emitila.

Kenapa harus anaknya yang diambil? Kenapa bukan orang lain saja? Dosa apa yang sudah ia lakukan kepada putrinya? Kenapa hanya sebentar waktu yang di berikan padanya bersama sang putri? Natali sungguh menyesali semuanya, berharap ini hanyalah mimpi.

The Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang