•17•

717 25 0
                                    

Berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi saat jam pelajaran berlangsung, Emitila dan Ertys berjalan dengan santainya padahal semua teman sekelas dan guru yang mengajar masih dibuat heran akan tingkah mereka yang absurd. Dihukum bukannya takut atau sedih ini malah senang dan antusias, benar-benar tidak waras.

“Lapangan jangan?” tanya Ertys

“Lapangan? YA tentu saja kita harus kekantin karna itu lebih bagus” ucap Emitila dengan wajah watadosnya, sedangkan Ertys merasa kesal. Untuk apa kata 'YA' malah ngajak kekantin? Tapi tak apa lah, hehe.

“Gendeng” ucapnya menonyor kepala gadis itu malah membuatnya cengengesan tidak jelas.

Setelah memesan, mereka duduk di meja pojokan kantin seperti biasanya. Kantin sangat sepi hanya beberapa murid yang kesini saat jam pelajaran.

“Aduhhhh duh aduhhhh kesini lagi kesini lagi” ucap Emitila disertai nada buatannya sendiri.

“Eh btw masalah lo udah kelar?”

“Udah kok, santuyy.. Lagian gue juga cape lari dari masalah terus. Bener kata Gema, masalah diselesain bukan kabur kaya pengecut”

“Kok Gema? Kenapa nih? Ngomong ape dia?”

“Dih, lo tuh kalo kepo udah kek Petrik Setar”

“Kepo tuh Dora! Tolol banget sih lo”

Emitila hanya mengedikkan bahunya sebagai tanggapan. Ia memilih memainkan ponselnya, siapa tau ada berita baru yang buat dia menarik.

“WOI” teriak Ertys kepada seseorang yang baru saja memasukki kantin dan berjalan kearah stand minuman.

Gema pun berbalik, dilihatnya dari stand ternyata disana ada Ertys dan juga Emitila. Dengan segera ia menyusul mereka tapi sebelum itu ia membayar pesanannya dulu.

“Ngapain kalian disini?”

“Makan lah laper.. Bosen ikut pelajaran terus”

“Oh gitu”

“Nah lo sendiri ngapain jam pelajaran kesini? Bolos ya lo? Gue aduin ke kepsek tau rasa lo”

“Enak aja. Kelas gue kosong, gurunya beranak dan guru piket juga kaga ngasi tugas, yaudah deh gue kesini beli minum eh taunya ada kalian juga”

“Yaudah duduk ae disini gausah sungkan-sungkan. Kasih tau Leon suruh sini” suruh Ertys dan disetujui Gema. Gema langsung saja membuka ponselnya untuk mengabari Leon.

“Astagfirulloh..” teriak Emitila kaget bahkan Ertys dan Gema juga dibuat kaget oleh teriakan tiba-tibanya.

“Apa lagi astagaaaa...” cibir Ertys yang sangat kesal dengan kelakuan sahabatnya itu.

“Kok lo ada disini sih? Kapan dateng? Dari mana juga? Kok gue gak tau? Setan ya lo? Arwah kan? Jauh-jauh lo dari sini.. Husss huss” ucap Emitila semakin melantur bahkan dia sudah naik kursi dengan tampang ngeri juga tangannya seperti sedang mengusir ayam.

Ertys dan Gema menatap kesal kearah gadis itu. Berkali-kali mereka berdua mengusap dada, butuh kesabaran ekstra berteman dengan Emitila.

“Turun deh lo! Gausah kek orang gila!”

“Goblok jangan dipelihara juga sih!”

Yang diomeli hanya cengar-cengir tak berdosa sembari turun dari kursi lalu duduk kembali dengan sok manis, astaga.

“Hehehe.. Lagian lo juga tiba-tiba udah nongol aja di mari, gue kan kaget jadinya” cibirnya. Bibirnya juga maju beberapa senti.

“Lo aja pokus ke hape gimana mo tau gue dateng”

“Kok lo sewot sih?!!!”

“Lah lo kok ngegas, babi!!”

“Punuk unta”

“Kutil badak”

“Beruang santet”

“Kutu jerapah”

“Belek rakun”

“STOPP..... BERISIK TAU GAK!!” bentak Ertys yang sudah sangat jengkel dengan kelakuan dua manusia itu.

“B aja” jawab Gema dan Emitila serempak dengan wajah masa bodohnya.

“Ada apa nih?” tanya Leon yang baru saja datang malah sudah disuguhi pemandangan seperti ini.

“Tau tuh temen lo, PMS kalik” jawab Emitila dengan seenaknya.

“Lo gila!” elak Ertys tidak terima.

“Hahaha udah.. Kek bocah ae lu bertiga” lerai Leon dengan tawanya yang menggelegar.

Bel istirahat baru saja berbunyi dan juga seketika kantin menjadi ramai dengan para siswa yang kelaparan. Emitila bangkit dari duduknya, ia berniat ingin membeli jajan lagi untuk perutnya yang masih lapar.

“Nitip ga? Gue mo beli siomi, masih laper ni perut”

“Siomai kalik, bego.. Kaga deh sana lu pegi”

“Seterah inces dong. Bay”

Berjalan menuju stand yang menjual siomai dan mengantri dengan penuh kesabaran akhirnya ia mendapatkan makanannya. Setelahnya ia membawa siomai itu ke mejanya bersama para sahabatnya namun siomai itu disenggol oleh seseorang.

“Aduh jatuh dehh..” ucap siswi yang dengan sengaja menjatuhkan siomai milik Emitila.

“Yah siomai gue” cicit Emitila pelan melihat miliknya sudah jatuh sengsara dilantai, kali ini ia sudah menatap tajam pelaku.

“Maksud lo apaan lagi?!” tanyanya yang masih dengan nada sabar.

“Kan gue gak sengaja.. Beli lagi deh sono.. Oh atau gak punya uang? Miskin ya, pantesan hahaha”

“Terus kalo gue miskin kenapa? Masalah? Lagian kalopun gue miskin gak bikin uang lo berkurang dan gue masih punya otak buat gak jual diri gue dengan gampangnya”

“Jaga omongan lo!” ucapnya memperingati

“Jaga? Sorry gue gak paham? Bukannya lo ga bisa ya jaga omongan lo sendiri? Kenapa gue harus jaga omongan gue ke orang kek lo, Clara Neta.. Oh ngomong-ngomong di hape gue ada tuh cewe pake baju kurang bahan lagi gelantungan kek monyet di leher om-om nih”

Byur..

“Jangan pernah lo macem-macem sama gue!”

“Lagi?” suruh Emitila. Kali ini wajahnya sudah sangat datar, bicaranya sudah dingin dan kedua tangannya mengepal hebat.

Plak

Begitu kencang hingga suara tamparan terdengar di area kantin membuat kerumunan semakin banyak untuk menonton tanpa berani memisahkan mereka.

Kini emosinya sudah ia lepaskan. Emitila mendorong keras bahu Clara hingga sang empu terhuyung kebelakang.

Brak

Suara kursi ditendang hingga jatuh berserta mejanya membuat semua kaget dan takut apalagi melihat kemarahan Emitila.

“ANJING!! MASALAH GUE KE LO APA HA, BANGSAT!!”

“Disini juga tau gimana lo! Cewek bar-bar yang doyan keluar masuk club, main sono-sini sama cowo, sok jagoan, sok cantik, sok berkuasa, MURAHAN” bentak Clara dengan tekatnya yang tinggal sedikit, jujur ia juga takut melihat kemurkaan Emitila.

Tak tanggung-tanggung, satu bogeman berhasil Emitila luncurkan ke Clara dengan mulus.

“NGACA COK! LO LEBIH MURAHAN DARI GUE! BANGSAT” hendak memberikan bogeman tambahan tangannya sudah terlebih dahulu dipegang Ertys. Badannya ditarik menjauh oleh Gema dan Leon membuatnya semakin memberontak dan ingin menghajar Clara hingga tewas.

“Udah.. Udah plis gue mohon” pinta Leon

“Kendaliin emosi lo,plis” suruh Ertys

Mereka bertiga sedikit kewalahan mengatasi Emitila yang sudah seperti cacing kepanasan ini.

“Emi udah aku mohon” pinta Gema tepat ditelinga gadis itu dan berhasil membuat gadis itu berhenti memberontak.

⚜⚜⚜

The Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang