Malam minggu yang biasa bagi Emitila. Dengan segala kebosanan yang menghampiri, ia bangkit dari kegiatan rebahan yang ia lakukan.
Turun dari ranjangnya lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Hanya butuh waktu 15 menit untuk membersihkan diri. Siap dengan kaos yang di balut dengan kemeja kotak-kotak warna hitam abu yang di padukan dengan celana jins hitam begitu cocok ia kenakan.
Beranjak meninggalkan kamarnya sebelum ia mengambil sebuah topi di balik pintu kamarnya.
“Mau kemana Em?” tanya Elvaron saat berpapasan dengan kakaknya di depan pintu.
“Keluar. Boring gue di rumah bae” jawab Emitila lalu berlintas pergi.
Menyusuri komplek rumah dengan berjalan kaki. Jalan komplek rumahnya terpantau sepi hingga beberapa meter sampai ke jalan raya.
Melewati gang kecil dekat rumahnya sebagai jalan pintas tercepat ke jalan raya.
Sabtu malam memang ramai dengan adanya para pemuda-pemudi yang berjalan-jalan baik sekedar mencari jajanan, berkeliling, ataupun berkencan dengan sang kekasih.
Di depan sebuah gapura, Emitila melihat seorang wanita berumur sedang menjualkan dagangannya berupa lontong sayur.
“Jualan apa Nek?” tanya Emitila kepada nenek-nenek penjual lontong sayur itu.
“Ini lontong sayur, Nak ini mau beli?”
Emitila mengangguk seraya mendudukkan bokongnya di bangku panjang yang di sediakan juga mencomot gorengan hangat di meja.
“Ini Nak” ucap nenek tadi memberikan seporsi lontong sayur. “Makasih Nek”
Menyantap dengan penuh nikmat. “Enak Nek” puji gadis itu.
“Syukurlah kalau enak” ujar nenek itu ikut senang.
“Ngomong-ngomong nenek udah jualan dari tadi?”
“Habis magrib mah nenek udah jualan Nak. Terus tutup jam sepuluhan. Badan nenek gak kuat kalau sampai larut malam”
“Ooo.. Emang nenek di rumah sama siapa? Kok jualan?”
“Kalau gak jualan mau makan sama apa Nak? Cucu nenek masih kecil, sedangkan anak nenek merantau di Kalimantan. Sekarang jaman susah, apa-apa harus uang”
“Mau saya bantun gak Nek?”
“Eh..” kaget nenek tadi. “Gausah Nak.. Nanti juga laku. Nenek gak mau ngerepotin kamu”
“Udah Nek gak papa. Nih Nek saya bayar” ucap Emitila menyerahkan selembar uang biru.
“Aduh belum ada kembaliannya Nak. Kamu bawa aja gak papa”
“Ambil aja kembaliannya Nek” ucap Emitila.
Gadis itu bangkit dari duduknya. Membalikkan posisi topi yang ia kenakan menjadi ke belakang juga menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. “Nenek siap-siap melayani ya? Saya pastiin bakal rame hahaha”
Gadis itu berdiri di pinggir jalan, dan berteriak...
“LONTONG SAYUR WOI!! LONTONG SAYUR..”
“DIJAMIN ENAK JOS MARKOTOS TOSS TOSS..”
“AYO TONG LONTONG..”
“WOI BELI WOI KAMPRET!!”
Teriak gadis itu dengan lantang tak tahu malu. Atau memang urat malunya sudah putus?
Usahanya berbuah hasil. Beberapa orang mulai mengerumuni nenek tadi untuk menikmati kenikmatan lontong sayurnya. Dan nenek tadi dengan gesit melayani para pembelinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Girl ✔
Short StorySiapa sih yang pengen punya keluarga utuh? pasti semua pengen lah. Tapi semua tidak berpihak kepada gadis remaja bernama Emitila Bramesta Ardianto. Seorang gadis remaja yang rindu akan keluarganya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca🖤 . . . 24/06/2...