•18•

651 25 0
                                    

Mendapat kabar jika kembarannya tengah bertengkar di kantin, Elvaron segera menyusul diikuti Riksin bersamannya. Benar, saat ia sudah berada di kantin sangat ramai dengan siswa/i yang menonton tanpa melerai.

Menerobos kasar dikerumunan ia ingin segera menghentikan aksi kembarannya. Ternyata sudah ada Leon, Gema dan Ertys yang menahan Emitila. Elvaron menatap miris kakaknya itu, seragamnya sudah kotor dan basah penampilannya juga sudah acak-acakan.

“Emi lo gapapa kan?” tanyannya sangat khawatir dan diangguki olah Emitila membuatnya lega.

“Kok bisa gini?” tanya Riksin dan mendapati Ertys, Leon serta Gema menggeleng tidak tahu.

“BUBAR BUBAR” teriak Elvaron membubarkan kerumunan itu.

“Lo juga pergi! Kalian berdua bawa temen lo itu” usirnya kepada geng Clara dan mereka pergi meninggalkan kantin serta membopong Clara.

Tanpa mengucap apapun, Emitila meninggalkan tempatnya berdiri sekarang. Tujuannya adalah toilet, tubuhnya sangat lengket sekarang. Yang lainnya pun mengikuti kemana gadis itu pergi, mereka takut jika saya diperjalanan gadis itu akan kembali mengamuk.

---

Disinilah mereka diruangan yang mengadili murid-murid yang melanggar aturan, ruang BK. Sembilan murid menghadap kepala sekolah dan juga guru BK. Tujuh diantara mereka berdiri sebagai saksi dan dua diantaranya tersangka atas semua keributan yang terjadi di kantin tadi.

“Saya benar-benar kecewa atas kelakuan kalian berdua yang sudah melanggar buku saku sekolah. Mau kalian apa? Jadi petinju? Kalo iya jangan disekolah! Sana tarung di ring!”

“Kamu Emi, sudah banyak kasus dan pelanggaran yang kamu lakukan. Bolak-balik keluar masuk BK apa masih kurang puas untuk kamu jera? Sudah banyak hukuman tidak berpengaruh sama kamu. Kamu itu perempuan dan kamu harusnya bisa menjaga sikap dan perilaku,bukan malah kayak berandalan”

“Kamu juga Clara, kakak kelas bukannya mengasih contoh yang baik buat adiknya malah bisa-bisanya terlibat perkelahian. Itu seragam juga tidak ada sopan sama sekali, bermake up berlebihan! Sekolah apa mau jadi model? Berpenampilanlah sewajarnya. Wajarnya seorang pelajar bukan seperti ini” omel pak Ridwan selaku kepala sekolah SMA ANTAWIJAYA.

Tok tok tok

“Permisi” ucap Natali yang baru saja datang karena panggilan dari sekolah. Dibelakannya juga ada Ratih(ibu Clara) memasuki ruang BK tersebut.

“Silahkan duduk bu” ucap pak Banyu mempersilahkan kedua orang tua murid untuk duduk disamping putrinya masing-masing.

“Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran ibu disini. Saya memberitahukan jika kedua putri ibu-ibu ini terlibat perkelahian disekolah dan perbuatan itu sangat melanggar buku saku sekolah ini”

“Saya selaku ibu dari Emitila sangat berminta maaf sebesar-besarnya atas sikap putri saya”

“Ck, gak tau diuntung banget sih. Bukan sekolah yang bener malah berantem. Kamu pikir sekolah gak bayar?! Masih diuntung mama mau bayarin sekolah kamu,pake acara bikin masalah” celetuk Ratih kepada Clara. Mereka menatap miris kepada Clara yang hanya terdiam disana.

“Bu, jangan berkata seperti itu kepada anak. Secara tidak langsung, ibu merusak batin anak ibu sendiri” ucap Natali berusaha memberitahu.

“Gausah ikut campur deh. Anda sendiri bagaimana dalam mendidik anak, Anda? Tidak punya etika sampai-sampai memukul anak saya. Padahal anak ada perempuan tapi kelakuan kaya preman, ck orang tua macam apa ada ini tidak becus mengurus anak”

Elvaron dan Emitila mendelik mendengarkan ucapan yang baru saja Ratih katakan. Siapa dia berani menghina mamanya tepat didepan mata anak-anaknya?

Brak

Meja itu dipukul keras oleh Emitila. Kali ini emosinya yang baru saja redam kembali menyulut karena tingkah wanita itu. “Anda kalo punya mulut itu dijaga!“ ucapnya memperingati.

“Heh anak kecil! Baru lahir kemarin aja udah berani sama orang tua! Sopan santun kamu mana?!!” tantang Ratih.

“Seharusnya saya yang bilang seperti itu. Sudah tua tapi tidak punya sopan santun. Siapa Anda berani mengina mama saya? Tau apa Anda?!!” sarkas Elvaron dengan tajam.

Natali berusaha menenangkan putrinya, sama halnya Riksin dan Gema juga ikut menenangkan Elvaron agar suasana tidak menjadi kacau lagi.

“Udah.. Mama gapapa kok, tenang dulu” ucap Natali berusaha meyakinkan kedua anaknya.

“Gak ma! Gak ada yang boleh menghina mama! Mau itu anak kecil ataupun orang tua aku gak peduli!” ucapnya bertekad, tak lama ia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan keadaan emosi dan disusul Elvaron dan yang lain.

⚜⚜⚜

Elvaron dan Emitila, adik-kakak tersebut pulang dengan suasana hati yang masih kesal. Duduk di sofa dengan wajah yang tetap ditekuk.

“Udah lah mama gak papa kok”

“Gapapa apanya? Kalo aja mama gak ngecegah pasti udah aku bejek-bejek itu tante-tante” sinis Elvaron sangat jengkel.

“Mama juga sama aja! Udah jelas direndahin harga dirinya masih aja diem. Lawan kek jambak kek ato apa. Sebel Emi sumpah pengen garuk mukanya”

“Hahaha kamu ada-ada aja.. Daripada ngomel terus, mending kalian mandi abis itu makan. Mama masak dulu” suruh Natali yang langsung pergi menuju dapur untuk memasak.

Mau tak mau Elvaron dan Emitila menuruti kemauan mama mereka. Kembali kekamar, mandi biar segar, berpakaian wajar, makan di meja makan yang sudah dijajar, kenyang hingga kembali lapar.

⚜⚜⚜

The Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang