•15•

777 26 0
                                    

Petang mulai tiba. Namun, Emitila tidak beranjak sama sekali dari tempatnya. Gadis itu masih setia duduk disebelah makam ayahnya. Matanya menatap kedepan dengan pandangan yang kosong. Hidungnya merang disertai bekas air mata yang mengering di pipinya.

Seharian ini ia habiskan untuk melamun. Disana cukup sepi, mungkin hanya beberapa orang yang berkunjung. Penjaga TPU juga sudah beberapa kali membujuk gadis itu agar pulang istirahat namun hasilnya hanya sia-sia.




Raut wajah Elvaron sangat khawatir dan lelah. Seluruh kota Bekasi sudah ia kunjungi hanya untuk mencari keberadaan kembarannya itu namun tidak ada satupun tempat yang menunjukkan keberadaannya.

Sama halnya dengan para sahabatnya dan juga Gema. Mereka ikut mencari Emitila. Sudah menyebar hingga kepelosok-pelosok namun sama saja tidak mendapati batang hidung Emitila. Namun tidak membuat mereka patah semangat.

“Kita cari kemana lagi? Udah semua tempat kita cari tadi nggak ada” pinta Ertys khawatir.

“Lo coba mikir lagi deh, Ro. Kemana gitu tempat yang belom kita datengin” usul Riksin.

“Siapa tau Emi ada disana” tambah Leon.

“Iya, Ro” ucap Riksin.

“Gue masih mikir ini” ucap Elvaro yang masih berfikir keras menerka-nerka dimana keberadaan Emi.

Mereka diam memilih ikut berfikir, berfikir sangat keras. Terlalu lama dalam pikiran mereka masing-masing “Gue tau kayaknya” ucap Gema memecah keheningan diantara mereka. Seketika tatapan mereka beralih padanya.

“Dimana?” ucap mereka serempak.

“Lo tau gak dimana bokap lo dimakamin? Siapa tau Emi ada disana, Ro”

“Gue tau. Ayo kesana”

Mereka membubarkan diri, menaiki motor mereka masing-masing, mengikuti Elvaron dari belakang. Membutuhkan waktu lama hingga sampai dilokasi, karena sekarang sudah jam pulang kerja membuat jalanan kota Bekasi macet.

Alhasil, saat sampai dilokasi langit sudah gelap dan matahari sudah tergantikan oleh bulan. Memarkirkan motor mereka lalu dengan segera memasukki TPU itu.

Tidak berjalan, namun mereka berlari mencari tempat makam ayah Elvaron. Dan tepat satu meter dari makam, mereka melihat seseorang disana.

“Itu.. Itu Emi” tunjuk Ertys menepuk-nepuk pundak Elvaron.

Dengan cepat mereka menghampiri ternyata Emitila pingsan. Elvaron segera mengangkat tubuh Emitila ala bridal style dan membawanya kerumah sakit karna suhu badan Emitila yang panas.

---

Elvaron menggenggam tangan Emitila, dalam hatinya ia terus meramalkan doa sedangkan gadis itu masih setia dengan mata terpejamnya.

Sedangkan disofa ruangan itu, terdapat Ertys, Leon, dan Riksin yang tertidur karena kelelahan. Menyisakan Gema yang sedari tadi melihat kearah Emitila yang masih berbaring.

Satu jam lamanya, terdengar suara erangan dari gadis itu. Perlahan kelopak matanya membuka dan beberapakali mengerjapkan mata.

“Em mana yang sakit?”

“Masih pusing?”

“Laper?”

“Haus?”

Diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan dari Elvaron malah membuat dirinya pusing.

The Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang