“Aku kira kamu ikut terjun sama mereka?” ucap seorang gadis yang baru saja berdiri disampingnya itu. Gema hanya membuang napas panjangnya, bahunya juga ikut merosot. “Maunya sih gitu..”
“Tapi?”
“Emi gak bolehin gue ikut, dia nyuruh gue tinggal di sekolah. Mungkin dia gak mau gue tambah ngribetin dia sama yang lain kan diantara mereka cuma gue yang gak bisa apa-apa”
“Kata siapa? Kamu udah cukup bantu buat mereka, kamu gak payah kok. Kamu cuma masih perlu berlatih aja, cukup jadi teman yang baik udah bikin mereka kebantu dan bahagia”
“Terima kasih, Amanta” ucapnya tulus, terukir lengkungan di bibirnya.
“Terima kasih kembali. Ke kantin yuk? Beliin mereka minum biar gak dehidrasi” Mereka berjalan beriringan menuju kantin, membeli lima botol minuman ion dingin dan kembali ke pinggir lapangan untuk memberikan minuman itu ke Emitila dan kawan-kawan.
Para siswa yang dijemur dilapangan sudah meneduh, meluruskan kaki mereka, mengipasi badan mereka menggunakan tangan dan tak banyak dari murid laki-laki melepas seragam mereka yang sudah basah karena keringat.
“Aduhhhh sumpah gila tu kepsek, enam jam kita disuruh berdiri dilapangan”
“Kaki gue rasanya mau patah njir”
Umpatan demi umpatan keluar mulus dimulut mereka merutuki hukuman yang baru saja mereka jalani. “Hai” sapa Gema dan Amanta tak lebih hampir bersamaan.
“Nih minum biar gak haus lagi” mereka berdua memberikan sekresek minuman ion kepada teman-temannya itu.
“Thanks.. Emang temen yang pengertian lo tuh hehe..”
“Thanks Gem-Tan” dan yang lainnya juga berucap sama.
“Iya”
“Maaf, gue gak bisa ikut ngrasain apa yang kalian rasain. Gue malah diem dan ngadem di pinggir lapangan cuma ngeliatin kalian” sesal Gema, kepalanya menunduk dan suaranya menyerak hampir tidak terdengar hingga suara isak mengiringi pundaknya yang naik turun.
Emitila menepuk pundak Gema pelan tak kala senyum manisnya terbit. “Bukan salah lo juga. Gue yang nyuruh lo tinggal, jadi jangan ngerasa bersalah lagi,oke?”
Gema mengangguk.
Area lapangan yang tadi banyak akan siswa sekarang sudah sangat sepi, baik yang baru saja dihukum maupun yang sekedar menonton hanya menyisakan Emitila dkk.
“Kantin yuk, laper” ajak Leon yang sudah berdiri sambil menepuk perutnya kelaparan. Dia hanya memakai kaos hitam sedangkan kemeja OSIS nya ia sampir di pundak kanannya.
Mereka ber-tujuh berjalan beriringan seakan memblokade koridor menuju kantin. Sesampainnya dikantin, mereka duduk ditempat biasa dilain sisi Riksin, Ertys dan Leon sudah pergi memesan makanan pengisi keroncongan.
“Minggu depan kita UAS dan gue harap ini masalah terakhir kita sebelum ujian. Gue males dengerin oncehan para guru disini” ucap Elvaron sedikit dingin yang masih terfokus pada ponselnya.
“Gue harap juga gitu, gue gak pengen tinggal kelas” ucap Emitila menyetujui perkataan sodara-nya tadi.
Kesunyian kembali terjadi diantara mereka hingga tak lama tiga sekawan datang dengan nampan yang berisi pesanan mereka semua. “Nih pesenan lo pada”
“Ihhh—”
“Apa, Em?” tanya Riksin bingung.
“Pesenan lo gak salah kan?” Kali ini Leon yang bertanya,s edangkan yang lain juga memandang bingung pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Girl ✔
Короткий рассказSiapa sih yang pengen punya keluarga utuh? pasti semua pengen lah. Tapi semua tidak berpihak kepada gadis remaja bernama Emitila Bramesta Ardianto. Seorang gadis remaja yang rindu akan keluarganya. Bagaimana kisahnya? Selamat membaca🖤 . . . 24/06/2...