•25•

630 22 0
                                    

UAS hari terakhir berlangsung dengan khidmat. Setelah seminggu lebih mereka berjuang dalam mengerjakan soal-soal yang mampu mengekstrakan kinerja otak.

Menjelang jam berakhir mengerjakan banyak murid yang bergesah-gesah dalam mengerjakan. Dan saat bel tanda berakhirnya ujian, semua siswa mengumpulkan lembar jawab mereka masing-masing ke meja pengawas.

Membubarkan diri mereka sebagai sambutan kebebasan mereka.

Emitila dan antek-anteknya sudah berkumpul di warung mang Anip. Mengisi dahaga mereka dengan minuman es.

“Syukur deh UAS udah berakhir” puji syukur Ertys merasa senang.

“Udah merdeka banget gue.. Seminggu penuh otak gue kaya kebakar” ujar Leon.

“Kalian tau setelah ini saatnya apa?” tanya Riksin.

“LIBURAN” seru mereka bersama-sama.

“Kemana nih enaknya?” tanya Emitila dengan sangat antusias.

“Gunung?” tanya Gema.

“Boleh tuh” ucap Riksin menyetujui.

“Iya tuh, kan seru” tambah Ertys.

“Jangan deh. Kan taun kemarin udah ke gunung, masa kali ini mendaki lagi? Gak seru lah” ucap Leon menolak.

“Gimana kalo ke pantai?” usul Elvaron.

“Nah itu boleh-boleh” ucap Gema menyetujui.

“Oke deh, gue setuju” tambah Emitila.

“Kita ke pantai. Terus mau dimana?” tanya Riksin.

“Bali?”

“Jogja?"”

“Rembang?”

“NTT?”

Mereka menimang-nimang semua pilihan mana yang lebih cocok untuk mereka kunjungi. Semua pantai sangat indah, pasti mereka ingin menginjakkan kaki disana semua.

“Oh iya..” ucap Gema yang mengingat sesuatu.

Mereka menatap Gema. “Gimana kalau ke Jogja aja? Kan waktu itu ditawarin sama Amanta juga kan? Itung-itung biar bisa hemat budget juga”

“Yaudah ke sana aja. Lagian tabungan gue juga tinggal dikit. Gak enak gue minta terus sama bokap, gue udah gede juga masa minta terus. Kerja paruh waktu gue juga minggu depan gajian jadi bisa lah buat ongkos” cap Ertys.

“Lo gila gini tapi pekerja keras banget bro” salut Elvaro kepada salah satu sahabatnya itu. Terlahir dari keluarga berada namun tidak membuatnya menjadi remaja yang menghambur-hamburkan uang orang tuanya.

“Gue kasian liat bokap kerja dari pagi sampe malem buat nafkahi keluarga, dan gue gak mau nambah beban bokap, karna gue anak tertua malah buang-buang uang hasil kerja payah bokap. Gue gak mau ngasih contoh gak baik buat kedua adik-adik gue”

“Huaa sayang betis” teriak salut mereka lalu memeluk tubuh kecil Ertys dengan sayang.

“Udah ih gerah gue” ucap Ertys kepada mereka.

Acara peluk-pelukkan selesai, mereka kembali duduk di tempatnya semula.

⚜⚜⚜

Emitila dan Elvaron baru saja menginjakkan kaki mereka di lantai rumah mewah yang mereka tinggali. Rumah itu sepi, sepertinya ibu mereka belum pulang padahal waktu sudah menjelang sore.

“Mandi sono lu jorok amat..” suruh Elvaro kepada kakaknya itu yang duduk di sebelahnya.

Satu alis gadis itu terangkat, ia menatap Elvaron dengan wajah sedikit kesal. “Gimana? Gue gak paham omongan setan..” balas Emitila.

Elvaron melempar bantal sofa ke wajah Emitila. “Kalo gue setan, lo apaan? Iblis?!” cibirnya.

Emitila tertawa tak niat. “Boleh juga tuh ha ha ha..”

“Iyain biar fast...ucap Elvaron mengalah. “Udah ah gue mau mandi dulu.. Ikut gak lo?”

Emitila menatap cengo. Lalu menendang bokong Elvaron sangat kesal. “Kampret! Lo mesum anjiiiiiiiing!” umpat Emitila.

Dengan berlari menyelamatkan diri, Elvaron tertawa terbahak-bahak hingga ke kamarnya. Mengerjai kakaknya itu sungguh menyenangkan.

Emitila mencibir kesal. Ia mengambil remot di meja kaca di depannya lalu memilik untuk menonton televisi saja.

Baru saja menyala sudah di suguhi acara-acara tidak bermanfaat sama sekali. Sebuah FTV bernama AZAB sedang di tayangkan. Memperlihatkan beberapa orang iring-iringan menghantar jenazah lalu keranda miring dan mayatnya jatuh menggelinding ke tanah.

“Ngapain di kejar goblok! Biarin busuk di jurang juga kagak masalah...” ucap gadis itu mengomentari apa yang baru saja ia lihat.

“Anjir ada beha sama sempak haha... Baru tau kalau angin bisa nerbangin daleman hahahaha kocak..”

“Buset buset anjir”

Sibuk dengan acara yang ia tonton hingga tak memperhatikan jika Elvaron sudah berada di sampingnya dengan kondisi rambut yang basah.

“Woi kambing!” kesal Elvaron menciprati gadis itu dengan air yang ada di rambut kepalanya.

“Apaan sih kampret! Ganggu lagi liat tv juga!” omel Emitila merasa terganggu.

“Mandi dulu mbaknya”

“Ntar dulu.. Masih mau liat azab elah”

“Besok ada tuh azab judulnya sering liat azab, seorang kakak mati karena terkena azab” ucap asal Elvaron.

“Goblok ah” sela Emitila. “Iklan dah.. Minggir gue mo mandi” usirnya pada Elvaron karena kaki laki-laki itu menghalangi jalannya.

Elvaron menyingkirkan kakinya keatas sofa. Lalu merebahkan tubuhnya di sana. Di tangannya sudah ada ponsel hitam kesayangannya.

“Anjir.. Besok beli ah motornya mwehehe keren badas ea..” kagum Elvaron melihat sebuh foto motor trail.

Sibuk dengan ponselnya. Ia melihat ke sebuah jam di layar ponsel yang memperlihatkan pukul 05:24.

“Mama tumben kok belum pulang ya?” monolognya.

Elvaron duduk di sofa, ia mematikan tv yang sedari tadi menyala tanpa di tonton. Setelahnya, laki-laki itu beranjak menuju kamar miliknya.

Tidur telangkup diatas kasur empuk itu, ia masih tetap memainkan ponselnya yang sedari tadi ia genggam. Lambat laun matanya terasa berat dan sayu. Beberapa kali ia mempertahankan kesadarannya dengan mengucek kedua matanya namun matanya tetap terpejam menghantarkan dirinya ke alam mimpi.

⚜⚜⚜

The Bad Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang