44. Sex!

11.5K 435 16
                                    

Happy Reading.

°

Tangan Aliya hampir saja memukul pipi Jimin saat pria itu dengan mudah memasukkan kejantanannya tanpa menunggu persetujuan Aliya. Aliya melayani keinginan Jimin untuk bermain diatas ranjang dan Aliya juga menuruti keinginan Jimin untuk melakukannya dengan lama.

Bukanya merasa bersalah Jimin justru menyeringai dan membuat Aliya semakin kesal. "Dasar. Pelan-pelan!" Jimin Tersenyum penuh kemenangan dan mengecup bibir Aliya yang sudah membengkak.

"Nikmat kan!" Suara Jimin pelan tapi sangat menggoda. Aliya menjadi semakin kesal dan mencubit pipi tebal Jimin.

"Berhenti dan cepat selesaikan ini. Oppa tidak lihat jam huh?" Jimin menggeleng dan membiarkan kejantanannya tertanam dalam tubuh Aliya.

"Bagaimana jika aku tidak mau mengakhirinya? Kau keberatan?" Aliya mendesis dan semakin mencubit pipi Jimin hingga yang dicubit kesakitan.

"Aduh sayang sakit!" Jimin meringis dan mencoba melepaskan tangan Aliya yang ada dipipinya. Susah, cubitan Aliya sangat keras.

"Sayang nanti pipiku putus akh" Aliya akhirnya melepaskan tangannya dari pipi Jimin. Menatap kesal pada suaminya yang masih mengusap bekas cubitannya.

"Rasakan. Makanya cepat. Aku sudah lelah dan lagi Oppa mau menyiksaku huh? Bagaimana bisa Oppa tidak bergerak sama sekali?" Jimin tersenyum setelah mendengar ucapan Aliya. Jadi Aliya tersiksa karena dirinya tidak bergerak.

"You Can't Please Me!" Aliya memekik dan memukul dada Jimin. Menggeleng dan mulai merengek.

"Oppa cepat!" Jimin akhirnya menyerah dan mulai menggerakkan pinggulnya. Kecepatannya stabil dan membuat Aliya sudah mulai mendesah. Pelan tapi berangsur cepat. Kecepatan Jimin membuat tubuh Aliya terhentak kuat dan bunyi tubuh mereka yang bertabrakan terdengar jelas. Ranjang juga ikut berdecit membuat keduanya semakin panas.

"Uhmm!"

Jimin mengeram dan menunduk, menuju bibir istrinya yang tidak mau tertutup dari tadi. Terus terbuka dan mengeluarkan suara-suara Sexy yang berhasil membuat Jimin semakin gelap mata. Mengecupnya berulang-ulang dan berhasil membuat nafsunya semakin menjadi.

Tubuhnya masih bergerak dengan cepat, Jimin merasakan istrinya akan segera sampai, terbukti dengan cengkraman jemari istrinya yang ada dibahunya. Kuku kecil Aliya sedikit membuat luka dibahunya. Tidak sakit Hanya sedikit perih.

Jimin tidak peduli, seberapa sering Aliya melukai tubuhnya saat mereka bercinta yang penting dirinya sampai pada kenikmatannya dan terpenuhi kebutuhan biologisnya. Jimin tidak peduli. Membiarkan Aliya melampiaskan nafsunya walaupun dengan melukai dirinya.

"Oppah!" Kepala Aliya memutar kanan dan kiri. Terus bergerak saat kenikmatan akan segera menghampirinya. Ini memang sangat nikmat. Jimin memang selalu membuatnya mendesah, apalagi dengan kecepatan tubuh bawah mereka. Rasanya Aliya ingin menyumpah serapahi suaminya dengan pekikan kenikmatan dan desahan kuat. Aliya tidak kuat. Sungguh.

Aliya semakin tidak terkendali dan semakin mencengkram bahu Jimin. Aliya juga tau jika Jimin akan sampai. Terbukti dengan kejantanan Jimin yang berkedut hebat dan uratnya semakin besar. Rasanya menggelitik bibir Vagina Aliya. Sungguh ini membuat siapa saja akan lupa diri jika sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini.

Tiga hentakan kuat Jimin membuat Aliya kalah dan merasakan tubuhnya meledakkan kenikmatannya, memekik dan memejamkan matanya dengan erat. Disusul dengan Jimin yang berselang 10 detik setelahnya. Pekikan Jimin tidak kalah kuat dari Aliya. Wajah mendongak ke atas dengan penuh kenikmatan, mata terpejam rapat dan mulut terbuka lebar. Belum lagi tangan yang mencengkram kuat pinggang ramping Aliya.

Park Family.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang