60. Baby.

3.5K 319 22
                                    

Happy Reading.

*

Suara langkah kaki yang berjalan cepat menuju sebuah ruangan bersalin, berlari mengabaikan pakaian yang acak-acakan. Wajah mengalir keringat dan rambut acak-acakan. Menghampiri beberapa orang yang berdiri didepan sebuah ruangan. "Ayahhhh..." teriakkan Ji Hyun membuat Jimin semakin berlari. Menghampiri Ji Hyun yang menangis dalam gendongan Jin.

"Hah.. Hyung Maaf" Jin menggeleng dan menepuk pundak Jimin. Tau jika ini berbeda dengan persiapan meraka. "Oppa masuklah. Aliya menunggu" Jimin menormalkan deru nafasnya dan mengangguk. Mengusap wajah anak perempuannya yang menangis. Sepertinya ketakutan.

"Ayah temani ibu dulu ya sayang. Ayah janji akan keluar dengan adik dan ibu. Jagoan jaga adiknya" pesan Jimin pada Ji Yoon dan berdiri diam.

Keduanya dibawa kerumah sakit untuk menunggu Aliya. Bukan dibawa sih, lebih tepatnya ikut. Dan yang membawa Aliya ke rumah sakit bukan Jimin. Jin dan Jihyo yang kebetulan bermain ke rumah si kembar tiba-tiba mendengar Aliya berteriak dari kamar dan saat mereka cek ternyata ketuban Aliya pecah.

Seharusnya masih minggu depan Aliya melahirkan entah kenapa ketubannya sudah Pecah. Dan Jimin yang masih dikantor ditambah sedang rapat langsung berlari keluar, mengabaikan rapat yang dirinya pimpin. Oh Aliya dan anak mereka jauh lebih penting dan Jimin akan meninggalkan apapun jika menyangkut keselamatan keluarga mereka. Apapun itu.

"Aku titip anak-anak Hyung, Noona" Jin dan Jihyo mengangguk pelan. Tau apa yang Jimin rasakan. Mendadak dan tidak terencana, siapa yang tidak panik.

"Aliya dan anakmu akan baik-baik saja. Percaya" Jimin mengangguk dan mencium kening Ji Hyun serta Ji Yoon. "Baik-baik dengan Uncle dan Aunty ya sayang. Ayah masuk dulu" Jimin menarik nafas dalam dan berjalan masuk kedalam ruangan bersalin Aliya. Kaki jelas gemetar, sangat gemetar. Dan Jimin kembali masuk kedalam ruangan menuju neraka untuk ke 2 kalinya. Rasanya masih sama, menakutkan dan mengerikan. Dan Jimin tidak suka sensasi ini. Selalu membuat dirinya was-was dan khawatir. Semua akan Baik-baik saja. Aliya dan anaknya. Harus.

"Ibu akan baik-baik saya Hyunie, jangan menangis hem" Jin mengusap air mata yang terus keluar dari mata Ji Hyun, keponakan perempuannya ini sangat cengeng. Jin memberi kode pada sang istri untuk duduk, maklum Soojin ada digendongan Jihyo, tertidur dan mereka tidak bisa meninggalkan sang anak. Untung Ji Yoon bisa mengontrol dirinya untuk tetap tenang dan diam. Oke karakter Ji Yoon yang seperti ini sangat membantu dalam keadaan seperti ini. sangat membantu.

Semua akan Baik-baik saja. Selalu.

*

Bukannya Aliya yang ketakutan malah Jimin yang takut. Badan panas dingin dengan keringat terus mengalir didahinya. Bibir Jimin bergetar dan tidak mengucap apapun. Jari terus menggenggam jari Aliya, diam bak patung.

"Aku takut Jimin yang pingsan Aliya" kekeh Wendy yang menertawakan Jimin. Kentara sekali Park Jimin, Aliya saja yang melahirkan masih terlihat santai walaupun menahan rasa sakit. Pembukaan Aliya belum semuanya dan masih menunggu, sementara Wendy sudah bersiap-siap karena memang hampir sempurna pembukaan. Agak santai karena Aliya terlihat tenang dan bisa mengontrol dirinya. Beda dengan yang dulu, apalagi dulu langsung dua anak yang keluar.

Sementara Jimin hanya mampu menatap Wendy dalam diam. Melirik saja dan kembali fokus pada wajah Aliya. Pucat walaupun tidak mengucapkan kata sakit tapi tetap saja. Jimin takut, bibirnya kelu untuk menyemangati Aliya. Bisu.

Aliya sendiri masih memegang jari Jimin, matanya melirik Jimin dan benar saja. Suaminya seperti akan pingsan. Pucat sekali, jangan lupakan wajah dan semuanya yang acak-acakan, sangat berantakan. Jimin tidak tampan jika berantakan. Sungguh.

"Perlu bangkar tambahkan, jaga-jaga jika Jimin pingsan"

"Noona..." akhirnya Jimin protes. Dari tadi Wendy hanya main-main dan terus mengejek dirinya. Wendy tidak tau posisinya. Ketakutan.

Aliya tertawa diantara rasa sakitnya, lucu melihat Jimin protes. Wajah takut bercampur kesal. Luar biasa, Aliya melihat Jimin yang seperti ini dua kali. Dasar.

"Eonni sepertinya dia sudah mau keluar. Mulas sekali" wajah Wendy yang awalnya penuh senyum langsung berubah serius. Menarik nafas dalam-dalam dan melirik beberapa perawat wanita yang akan membantu proses melahirkan Aliya. Memberi kode kalau semuanya harus siap-siap.

"Ada nyawa yang ingin hidup Aliya. Dia harus hidup dan kau juga. Berusahalah sekuat tenaga. Ini bukan yang pertama dan aku tidak mau kau mengecewakan semua orang. Kalian harus keluar dari kamar ini dalam keadaan baik-baik saja dan sehat. Banyak yang menunggu dan berusaha yang terbaik, kau bisa" Wendy membenarkan sarung tangannya dan melirik Jimin yang terlihat semakin tegang. Ya Tuhan.

"Dan kau Jim, jangan terlihat seperti kau yang akan melahirkan. Tugasmu disini bukan untuk ketakutan tapi menyemangati Aliya. Jika kau diam saja lebih baik keluar saja. Tidak membantu apapun dan justru menyusahkan. Jadi kau juga harus berusaha mengendalikan diri" Jimin menarik nafas panjang dan mengangguk. Itu memang tugasnya.

"Sayang kau dan anak kita harus baik-baik saja. Ada anak-anak yang menunggu" Aliya mengangguk dan tersenyum tipis. Dirinya bisa.

"Mari berjuang bersama-sama Aliya. Kau bisa"

*

Fokus mereka pada satu titik, seorang bayi merah yang dibungkus kain putih dan dipangku Aliya. Bayi dengan pipi merah yang Chubby, manis sekali. Bayi lahir dengan sehat, dengan berat 2,9 kg dan tinggi 48 cm. Normal sekali.

"Aku tidak berfikir akan laki-laki lagi" Wendy terkekeh saat baru masuk kedalam ruangan Aliya. Jelas Wendy baru saja selesai membersihkan diri setelah menolong persalinan Aliya.

Anak ketiga Jimin dan Aliya laki-laki lagi. Dan itu artinya Ji Hyun jadi penengah satu-satunya perempuan. Entah mungkin mereka mau menambah satu anak lagi.

"Dia menyembunyikan kelaminnya saat dalam kandungan. Aku bahkan tidak bisa melihat saat USG" Aliya tersenyum dan mengusap pipi merah anak bungsunya. Senyum Aliya semakin merekah saat merasakan usapan Jimin pada rambutnya. Jimin jelas selalu ada di sampingnya, keadaan Jimin lebih baik dari sebelumnya.

Kedua anaknya sudah tidur, Sepertinya mengantuk karena menunggu sang Ibu melahirkan adik mereka. "Sudah menyiapkan nama untuk si Bungsu?" Aliya menantap Jimin, Aliya tidak menyiapkan apapun. Karena dari dulu selalu Jimin yang punya ide untuk anak-anak mereka.

"Sudah ada J Twins apakah ini J lagi?" Kekeh Jihyo sambil mengusap punggung anaknya yang juga tidur. Bedanya anaknya tidak mau ditidurkan di ranjang seperti Ji Twins.

"Triple J sepertinya bagus" Aliya menggeleng pelan, rumahnya akan dipenuhi dengan 4 J jika nama anak mereka J lagi. Hah.

"Siapa Jim?"

"Hyun Jo. Park Hyun Jo" Aliya melirik Jimin, Hyun Jo. Park Hyun Jo. Kebalikan nama Ji Hyun.

"Dan nama panggilannya adalah Jo" ah sama saja J jika seperti ini. Tidak ada bedanya.

"Welcome World Jo-ya"

"Welcome World Jo-ya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.

Park Family.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang