58. Sweet Family!

5.6K 542 13
                                    

Mencoba oret-oret ditengah suasana yang tidak baik, menjamur pada yang nunggu ini. Entahlah, otak buruh ide, susah nemu kalau ngak sejalan.

So 250 ⭐ ya. Jangan pelit sama tombol gratis. Ngak rugi anda. Oke.

Happy Reading.

Aliya pusing melihat anak-anaknya yang bertengkar, Ji Yoon dan Ji Hyun sudah lancar berbicara dan Aliya ngeri karena keduanya jadi suka bertengkar sekarang. Hanya karena masalah sepele.

Aliya mau menasehati juga lelah sendiri, terlalu terbiasa melihat ini. "Sayang yang penting adiknya baik-baik saja" itu bukan suara Aliya, tapi Jimin yang baru datang dari dapur sambil membawa segelas susu ditanganya, jelas untuk Aliya.

"Ayah Hyunie au empuan" teriak Ji Hyun tidak terima, kebiasaan Ji Hyun tidak berubah. Aksen cadel dengan suara keras.

"Pabo" Sang Kakak memaki dan berlari menuju kamarnya, begitupun Ji Hyun yang langsung berteriak keras. "Oppaaaaaaa...." jelas menyusul Ji Yoon, Aliya dan Jimin hanya mampu menggeleng melihat keduanya. "Minum sayang" Aliya menerima susu dari Jimin dan meminumnya tanpa protes. Dan Jimin mengalihkan tugasnya mengusap perut Aliya yang sudah sangat membuncit.

Usianya 7,5 bulan. Perkiraan dokter Laki-laki, dan mereka belum memeriksakan lagi. Pertengkaran tadi karena jenis kelamin sang adik. Ji Yoon ingin laki-laki Ji Hyun ingin perempuan. Mereka tau jika sang adik laki-laki makanya bertengkar.  Sebenarnya pertengkaran ini bermula dari Ji Hyun sendiri.


Aliya berusaha melerai dan mengatakan jika laki-laki atau perempuan sama saja, tapi Ji Hyun terus saja ngeyel dan akhirnya pertengkaran tidak terkalahkan. "Padahal jika Ji Hyun perempuan maka tidak ada yang menyainginya" cetus Aliya setelah menghabiskan susunya.

"Dia tidak mengerti sayang, yang dia tau akan ada teman bermain. Kau tau bagaimana cara pemikiran Ji Hyun? Pendek seperti dirimu" kali ini Aliya mendengus samar. Jimin benar-benar tidak tanggung menyamakan tingkahnya dengan Ji Hyun, Dasar Park Jimin.

"Semua sikap buruk anak-anak dari aku. Puas" Jimin tersenyum dan menarik Aliya dalam pelukanya, mengusap rambut Aliya dengan sayang. Tau jika sang istri merajuk.

"Kau akan jadi ibu 3 orang anak sayang. Kurangi merajuk ya" Aliya menyamankan posisinya. Jelas mengabaikan itu, Aliya tidak benar-benar marah kok, terlalu biasa baginya.

Mereka juga lebih lebih tenang menghadapi semuanya, apapun itu. Baik keduanya tidak ada yang egois sekarang, tapi tidak membuat pertengkaran itu hilang. Mereka masih saja bertengkar hanya saja tidak sering, menjadi orang tua membuat mereka belajar banyak.

"Oppa ingin makan apa untuk makan malam? Anak perempuan mu sudah meminta Cumi-Cumi pedas dan Anak laki-laki mu sudah minta Ayam Kecap, jadi ayahnya ingin apa?" Selalu ada permintaan untuk makan malam di malam Minggu, jelas pengalihan karena tidak jalan-jalan jadi sang ibu harus masak kesukaan mereka.

"Samakan dengan anak laki-laki ku saja dan ya peringatan untuk Cumi-Cumi Ji Hyun, Tidak boleh terlalu pedas. Aku tidak mau dia jadi seperti ibunya, maniak pedas" kata Jimin, walaupun tidak yakin jika Aliya akan menuruti.  Selera Jimin dan Ji Yoon sama, begitupun dengan Aliya dan Ji Hyun. Penyuka manis dan penyuka pedas.

"Tanpa kau ajari dia suka sendiri. Darah lebih kental dari pada air. Ingat itu Oppa" Jimin terkekeh pelan. Tau jika Aliya akan mengatakan itu, pasti akan bawa-bawa Gen.

"Jangan terlalu pedas sayang" cetus Jimin lembut. "Iya Tuan. Susul anak-anak, aku akan mulai masak" kata Aliya melepaskan pelukannya. Lebih baik cepat dan Aliya bisa segera istirahat.

"Biarkan saja, mereka akan turun sendiri nanti. Lebih baik aku membantu masak, setidaknya masak nasi" Aliya menggeleng pelan. Ada saja alasan Jimin.

"Awas Jika tidak matang" Jimin tertawa dan mencubit pipi Aliya. Jimin sering masak nasi dan sering juga masih mentah dan tukang protes adalah Ji Hyun, dan jangan lupakan celaan untuk Jimin. Biasa.

*

"Ibu mau nasi lagi" Aliya memberikan nasi pada Ji Hyun, masih ada beberapa cumi di piring Ji Hyun dan selalu akan tambah nasi jika ada. Sementara Ayah dan Anak Laki-lakinya sibuk makan ayam tanpa nasi. Kebiasaan sekali. Aliya jarang protes karena masa bodoh dan tidak didengar.

"Ibu ambilkan jus jeruk sayang" Aliya memang lebih dulu selesai hanya saja menunggu mereka selesai, akan ada Jimin yang mengurus cucian piring nanti, jelas karena Aliya yang masak semuanya. Jimin hanya masak nasi di Rice Cooker dan selebihnya melihat Aliya saja. Aliya tidak protes karena malas.

"Air saja Bu" Aliya tersenyum dan mengusap rambut anak perempuannya dengan sayang. Anaknya sudah sebesar ini. "Tidak tambah lagi?"

"Tidak"

"Ibu tidak tanya aku?" Aliya menggeleng pelan atas pertanyaan Ji Yoon, mengusap sudut bibir sang anak yang ada bekas bumbu. "Orang sudah habis, untuk apa Ibu tanya" Ji Yoon tersenyum hingga matanya tinggal segaris, Aliya juga ikut tersenyum.

"Ayah bereskan bekasnya dan cepat, ini sudah jam 9" Jimin mengangguk tanpa bersuara, meneguk air dan menumpuk beberapa piring makan. Jelas Aliya, dirinya dan Ji Yoon. Sang Bungsu masih sibuk makan.

"Ayo cuci tangan jagoan" Ajak Jimin dan Ji Yoon jelas mengekori. Memang jika ada anak-anak maka akan ada panggilan Ayah dan Ibu bagi mereka. Jika hanya berdua maka beda lagi. Ini semua karena keduanya yang saat itu mulai bisa bicara meniru panggilan mereka.

'OPPA DAN SAYANG'

Jadi setiap ada anak-anak hanya Ayah Ibu.

"Ibu sudah" Aliya memberikan segelas air dan membereskan sisa makan Ji Hyun. "Cuci tangan sayang" Ji Hyun turun dan kursi dan Aliya jelas mengekori, membawa sisa piring Ji Hyun.

"Ayah cuci tangan" Jimin menoleh dan melepaskan sarung tangan cucinya, menggendong Ji Hyun dan membawanya cuci tangan.

"Sekarang waktunya tidur. Bawa adiknya ke kamar Nak" Keduanya mengangguk pelan dan berjalan kearah kamar, meninggalkan Aliya dan Jimin.

"Istirahat saja sayang" Aliya menggeleng dan mengambil tempat duduk didekat Jimin. "Aku akan menunggu Oppa" Jimin tersenyum dan mengusap pipi Aliya.

"Istriku manis sekali sih. Baik akan Oppa selesaikan dengan cepat, tunggu Nde?" Aliya hanya mengangguk dan membiarkan Jimin menyelesaikan pekerjaannya, manis sekali sih suaminya .

Untung Jimin mengerti akan semaunya, jadi tidak terlalu merepotkan. Semua berjalan dengan semestinya. Keluarga bahagia yang lengkap. Dan sebentar lagi akan datang Anggota baru lagi, jelas akan semakin ramai dengan apapun.

Keluarga bahagia, sangat.

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Park Family.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang