8.Baikan.

14.9K 739 24
                                    

Happy Reading.

----

Sejak perubahan pada diri Aliya, Jimin menjadi sosok yang sangat pendiam. Istrinya benar-benar melakukan apa yang diucapkanya. Tidak ada senyum, semangat dan tawa, hanya ada wajah datar dan dingin.

Seperti makan malam kali ini, Jimin kembali makan malam sendiri, Aliya lebih dulu ke Kamar dan untuk makan malam ini Aliya hanya meninggalkan sebuah Note padanya.

Jimin menatap datar berbagai macam makanan yang tersaji didepanya, jangankan makan menyentuhnya saja Jimin enggan. Ini bukan masakan Aliya, Jimin sangat tahu bagaimana bau masakan istrinya. Dengan emosi ia membanting piring yang ada didepanya dan berjalan cepat kearah kamarnya.

"Brakkk" Jimin membuka kasar pintu kamarnya.

"Aku tahu kau tidak tidur" kata Jimin saat melihat Aliya membelakanginya.

"Jangan berlagak seperti orang tuli Aliya" teriak Jimin yang sudah mulai emosi.

"Bangun" Jimin membalik tubuh Aliya dengan paksa, ia muak melihat kebisuan Aliya.

"Kapan kau berhenti bersikap seperti ini?" Teriak Jimin emosi.

"Apa maksudmu? Sakit" Aliya meringis saat Jimin menakan kuat lengannya.

"Aku benci melihat sifat datar dan dinginmu, kembalilah menjadi Aliya yang dulu" teriak Jimin.

"Kau..emph.." Jimin langsung menyumpal bibirnya dengan bibir Aliya, ia melumat kasar bibir Aliya.

Sementara Aliya mencoba menghentikan Jimin, ia kesulitan bernafas akibat ciuman kasar Jimin. "Jhim!" Aliya memukul keras punggung Jimin, ia tidak perduli jika punggung Jimin akan sakit.

"Jim..." Jimin membanting tubuh Aliya keranjang, tanpa melepaskan ciumanya, dengan kasar Jimin merobek piama Aliya dan langsung menindih tubuh Aliya.

"Jangan pernah menolakku"

*

Aliya hanya diam tanpa berani berkutik didepan Jimin. Baru kali ini ia melihat Jimin semarah ini, dan itu diluar perkiraanya. "Angkat wajahmu" titah Jimin.

Aliya mengangkat wajahnya ragu, mata tajam Jimin yang mengintimidasinya membuat dirinya takut. "Masih mau marah padaku?" Aliya kembali menunduk, ia tidak berani menjawab pertanyaan dingin Jimin.

"Aku sangat mencintaimu sayang! Kau tahu jika aku tidak suka saat orang yang kucintai mendiamkanku" kata Jimin sambil memeluk tubuh kecil istrinya.

"Mian seharusnya aku tidak main kasar tadi" sesal Jimin dengan memberikan kecupan sayang pada pucuk kepala Aliya.

"Oppa benci saat kau diami jadi jangan sekali-kali mendiami Oppa. Jika Oppa salah langsung bilang saja, Oppa tidak akan marah saat kau menunjukkan kesalahan Oppa. Dari pada menghadapi kebisuanmu Oppa seribu kali lebih suka menghadapi rengekanmu" Aliya menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

"Oppa salah, seharusnya Oppa tidak mengabaikan keinginanmu. Seharusnya Oppa lebih menuruti apa yang kau inginkan" Isakan Aliya akhirnya lolos saat mendengar ucapan Jimin.

"Uljima, Oppa benci melihatmu menangis" kata Jimin sambil mengusap pipi chubby istrinya.

"Hiks..Mianhae" isak Aliya.

"Ania, Oppa yang salah" Aliya menggeleng.

"Aku yang salah, seharusnya aku tidak terlalu menuntut Oppa, menekan Oppa dengan keinginan ini-itu, dan seharusnya aku..." Jimin mencium lembut bibir istrinya ia tidak ingin mendengar Aliya yang terus menyalahkan dirinya sendiri.

Park Family.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang