Delapan : Masa Lalu yang tersembunyi

76 7 0
                                    

Delapan : Masa Lalu yang tersembunyi

Myungsoo berlari secepat mungkin menuju ruangan tempat Woohyun terkunci, tanpa menghiraukan Dongwoo yang mungkin tertinggal jauh dibelakang. Bagaimana pun Myungsoo tidak ingin ada salah satu diantara mereka yang terluka.

"Tsk, sial! Kenapa gelap sekali?" Umpat Myungsoo yang hampir terjatuh karena menyandung sesuatu.

Sesampainya di ruangan yang diberitahukan oleh Dongwoo, Myungsoo buru-buru membuka pintu yang terkunci dengan menendangnya sekuat tenaga. Betapa terkejutnya Myungsoo, ketika Dia melihat teman sekamarnya meringkuk dilantai.

Myungsoo mulai memeriksa tanda-tanda vital Woohyun dengan cemas. Kemudian Myungsoo menarik nafas lega.

'Syukurlah dia hanya pingsan.' fikir Myungsoo agak tenang.

Lagi, Myungsoo berusaha untuk membuat Woohyun tersadar dengan menepuk-nepuk kedua pipinya tetapi, tidak ada pergerakan yang berarti dari Woohyun. Hal itu membuat Myungsoo mulai diserang rasa takut lagi. Di tambah dengan riuh panik teman-temannya di sekitar- yang sama sekali tidak membantu, justru membuat Myungsoo jadi ikut panik juga.

"Lakukan saja sesuatu! Phobia Woohyun kumat!Dia harus diberi CPR sekarang juga!" Teriak Myungsoo kesal.

Myungsoo memang ingat cara pertolongan pertama ketika seseorang tidak sadarkan diri dari film action yang sering ditontonnya. Tapi bagaimana cara melakukannya, Myungsoo tidak bisa.

'Bagaimana jika aku memaksa melakukan dan malah membuat Woohyun semakin parah? Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukannya!' Fikir Myungsoo frustasi sambil menggelengkan kepalanya.

"Sekarang? Kalau begitu cepat lakukan!"

Mendengar celotehan Daeyeol yang terkesan memerintah dirinya membuat Myungsoo semakin kesal.

"Jika bisa, aku sudah melalukannya dari tadi! Bodoh!"

"Bi-biar aku saja."

Myungsoo menatap Bomin curiga.
"Kau yakin bisa?" Melihat tatapan Bomin yang terkesan tanpa keraguan, Myungsoo segera bergeser, menyingkirkan badannya sendiri ke belakang agar Boomin bisa segera bertindak, melakukan pertolongan kepada ketua klub mereka. Bomin mendekat, kedua tangannya segera melakukan tugasnya. Ia memompa dada Woohyun yang tengah terbaring terlentang dilantai dengan sekuat tenaga.

Suasana tegang yang mengelilingi ruangan pengap, terasa lebih menyiksa. Tepat ketika tekanan pada dada Woohyun- entah yang ke berapa, Myungsoo akhirnya mendengar suara batuk dan nafas terputus-putus dari Woohyun.

"Ap- apa ya-ng terjadi?"
Woohyun terbata. Meski terdengar lemah, itu adalah suara yang keluar pertama sejak ia pingsan.

"Syukurlah Hyung, kamu sudah sadar!" Daeyeol reflek memeluk Bomin dengan kencang. "Aku bangga padamu Bominie!!"

Dongwoo yang duduk tidak jauh pun tak mau ketinggalan, ia ikut memeluk kedua Dongsaeng-nya sebari tertawa terbahak- bahak, khas dirinya.

Tanpa sadar, Myungsoo ikut tersenyum senang. Ia langsung mendekat, membantu Woohyun untuk duduk ketika Hyungnya itu ingin bangun dari pembaringannya.

"Kamu tadi pingsan Hyung, sepertinya phobiamu kumat. Bisa-bisanya kamu terkunci di ruangan gelap, sudah tau punya phobia!" jelas Myungsoo dibarengi omelan.

"Tentu saja aku tidak sebodoh itu, Myungsoo-ah. Aku rasa, sepertinya ada yang sengaja mengunci ruangan itu tadi." Woohyun mencoba mengingat kembali kejadian sebelum dia jatuh pingsan.

Myungsoo menatap Woohyun serius. "Apa kau yakin Hyung?"

"Iya. Walaupun tidak terlalu jelas, tapi aku yakin ada bayangan hitam yang berjalan keluar dari lemari itu." Tunjuk Woohyun pada sebuah lemari tinggi dengan 2 pintu yang ada di pojok ruangan.

24 HOURS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang