Sembilan : Wajah Dibalik Topeng

54 9 0
                                    


"YAH! Kamu mengerjaiku?"

Daeyeol melotot tidak percaya. Untuk kesekian kalinya dalam hidup, Jangjun berhasil membuat dia jatuh dalam jebakan.

"He, he. Ampun Hyung." Jangjun nyengir. Jari tangan reflek membentuk tanda damai ke depan dada untuk membuat Daeyeol luluh.

Namun nasi sudah menjadi bubur. Senyum manis tidak berpengaruh lagi. Pengakuan anak itu sudah membuat Daeyeol marah besar. Dia benar- benar mengkhawatirkan Jangjun,  benar- benar takut sesuatu terjadi padanya, tapi anak itu justru...

"Aaaa.... Hyungggg!! Daeyeol- hyung!!!"
Daeyeol meraih lengan anak itu, mengapit leher Jangjun, lalu menjepitnya erat.

"A..a.. appo! Appoo!! Hyung, Appo!! Punggungku masih sakitt!! Ah. ah.. appo, hyung!!."

Tapi Daeyeol tidak peduli.  "Biyar saja! Biar kamu tahu rasa!"

Untuk sekali, Daeyeol ingin memberi sepupunya pelajaran. Dia selalu mengabaikan kejailan Jangjun. Menjatuhkannya di got, sengaja membuatnya masuk IGD karena makanan pedas, mempermalukannya di tengah kerumunan dengan panggilan dari ruang pengaduan - seolah dia anak hilang di taman bermain. Entah sudah berapa ratus kali anak itu menguji kesabarannya.

Selama ini Daeyeol masih bisa menahan diri karena dia tahu Jangjun masih anak kecil, masih adik yang lebih muda darinya. Tapi tidak kali ini. Tidak saat nyawa seseorang menjadi taruhannya.

Di tengah pertarungan segit itu, Daeyeol  tiba- tiba mendengar teriakan Myungsoo "YAH, KALIAN BERISIK!!!" Dorongan keras mengiterupsi pertarungannya lalu sesuatu meluncur ke arah kepalanya dan...

TAK!

TAK!

TAK!

'AW!'
Daeyeol mengeluh, dalam hati dia menumpat  'Sial. Itu sakit!'

Pukulan Myungsoo benar- benar berefek, tidak hanya padanya tapi juga,

"Hyunggg~~~" 

Sembari mengelus jidatnya sendiri Daeyeol menoleh ke samping.

"Kenapa aku juga dipukul?"
Ia tersenyum mendengar keluhan Joochan yang terdengar kekanakan. Tapi senyumannya hilang segera setelah kikik geli dari sisi lain.

"Hi, hi, hi."
Daeyeol menoleh ke sumber suara, dan amarahnya kembali terpancing saat ia lihat Jangjun- yang sudah melepaskan diri darinya tengah berdiri mengejek sembari tersenyum puas.

Dia maju untuk membuat perhitungan lagi dengan anak itu,  namun Jangjun lebih sigap berlindung ke tempat aman di belakang Myungsoo.

Bibir Daeyeol bergerak- gerak, suaranya hampir tidak terdengar "Aku pasti akan membalasmu! Lihat saja!"
Sepertinya Jangjun mendengar ancamannya itu, karena dia langsung merespon dengan menjulurkan lidah ke arahnya, lalu mengangkat bahu sambil memutar mata.

"Kalian semua beri.. eh-?"

Daeyeol mengalihkan cahaya miliknya ke arah Myungsoo, ia merasa prihatin saat melihat sahabat baik kakanya itu kebingungan sembari menghentak- hentakkan senternya ke tangan.

"Kenapa ini tidak mau menyala?"
Sebagai dongsaeng yang baik (*penulis sendiri masih meragukan hal ini), Daeyeol reflek mengajukan pertolongan dengan menawarkan senter miliknya.

24 HOURS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang