BAB 13 : Dengarkan dulu

43 7 2
                                    

"Terimakasih atas bantuannya, aku tahu aku sudah membawamu masuk dalam situasi sulit yang bukan tanggung jawabmu" Bomin mencoba berbicara pada Yunseong

"Aku juga manusia, jadi hal yang wajar kalau aku membantumu" Jawab Yunseong

"Oh ya tentang uang itu-" Belum juga Bomin habis bicara laki-laki berparas imut itu sudah menyela,

"Lupakan soal pembayarannya, anggap saja aku sudah menolong nyawa orang lain. Bukan begitu?"

Bomin menjadi kikuk mendengar perkataan Yunseong yang terdengar begitu serius namun ada benarnya juga, "Ya, terimakasih sekali lagi"

"Kalau begitu bisakah aku pulang sekarang? Sampaikan salamku untuk senior Daeyeol kalau ia sudah siuman. Katakan padanya kalau aku iri karena dia memiliki kalian yang begitu perduli padanya, ha ha ha" tawa renyah Yunseong membuat Bomin ikut terkekeh berampur iba karena Yunseong seolah memberi kode jika ia begitu kesepian.

"Aku pamit" Yunseong menutupi puncak kepalanya dengan hoodie berwarna navy dan berjalan menjauh dari rumah sakit saat sesuatu terasa mendorong Bomin untuk mengejarnya

"Yunseong tunggu!" Bomin berusaha menyusul laki-laki itu selagi sempat dan menghadangnya dari depan "Tunggu sebentar"

"Apa?" Yunseong mencopot sepasang airpods yang menghalangi pendengarannya.

"Aku tidak yakin kamu akan menyukai ide ini, tapi maukah kamu bergabung bersama kami?"

"Maksudmu?"

"Aku takut perkataanku menyinggung perasaanmu, tapi aku ingin jujur padamu kalau dulu aku juga kesepian sama sepertimu. Aku tidak punya teman dekat yang berarti untukku sampai aku bertemu dengan mereka. Walaupun aku tahu tidak ada pertemanan yang sempurna, tapi setidaknya aku bahagia karena akhirnya aku memiliki seseorang untuk ku ajak berbagi dan bicara tentang banyak hal"

"Jadi selama ini kamu menganggap aku kesepian hanya karena aku selalu sendiri?"

"T..tidak! Tentu tidak! hanya saja...."

"Kamu benar"

"Y..ye?" Bomin tidak percaya Yunseong akan mengiyakan perkataannya.

"Aku adalah makhluk paling menyedihkan, aku tidak memiliki seorangpun yang mungkin bisa melindungiku kalau kalau terjadi sesuatu yang buruk seperti yang seniormu alami  hari ini. Jika orang itu adalah aku bisa saja saat ini aku sudah mati karena tak ada yang pergi untuk mencariku saat aku hilang"

"Kamu tahu apa yang salah denganmu hingga semua orang tidak perduli padamu?"

"Apa?"

"Karena kamu tidak pernah menganggap mereka sebagai teman"

Deg!

Yunseong tersentak!

"Kamu terbiasa menilai orang lain dengan uang, siapa yang memberikanmu keuntungan maka dialah yang kamu perdulikan"

"Tentu saja, seperti roda bergerak karena mesin, maka manusia dapat hidup karena uang yang menggerakkannya"

"Tapi uang tidak pernah menyentuh sampai kesini" Bomin mengusap tengah dadanya menggambarkan suatu ikatan batin sebuah perasaan yang dalam antar sesama manusia.

"Aku adalah tulang punggung keluarga dari 1 ibu dan 3 adik. Hidup tidak memberiku pilihan selain belajar sambil mencari uang karena nasib mereka berada di pundakku, jadi aku rasa kamu bisa mengerti mengapa aku begini"

Bomin terhenyak mendengar jawaban Yunseong. Orang yang beberapa jam lalu sangat menyebalkan di matanya kini berubah menjadi laki-laki yang membuatnya jatuh belas kasihan. Yunseong tidak seburuk yang mereka pikir, dia hanya punya luka yang membuatnya menjadi keras.

24 HOURS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang